30 - Mageía

11 4 0
                                    

Elite Thirteen yang ditugaskan oleh Magnus untuk mengejar Kingsmen memulai misinya di tempat terakhir kali mereka melakukan pertarungan. Anerea—sang blood elf—meminta Valgard untuk menanti beberapa hari, karena jejak dari sihir murni seperti relik tidak akan langsung muncul setelah digunakan.

Valgard beserta Falcon, Oure dan Gyrard kembali mendatangi Anerea yang selama beberapa hari ini menunggu di tempat pertempuran terjadi. Tidak ada alasan khusus yang dibicarakan Anerea karena ia adalah tipikal elf yang tidak banyak bicara. Ia hanya berpesan untuk kembali menemuinya di tempat itu beberapa hari lagi, tetapi Anerea sendiri tidak memberi kapan beberapa hari itu secara pasti.

"Jadi, bagaimana?" tanya Valgard yang baru saja sampai di gubuk kecil yang berada tidak jauh dari sisa-sisa pertempuran yang sudah berlalu satu minggu.

Anerea, yang saat ini sedang terduduk bersila dengan mata tertutup, membuka matanya dengan perlahan. Lehernya bergerak mengikuti sepasang bola mata yang berwarna merah seperti batu rubi, berputar mencari sosok di mana suara itu berasal. Ia menemukan Valgard berdiri menyandar di salah satu fondasi kayu yang tetap membuat gubuk kecil itu berdiri. Makhluk berbulu itu kini berada di sudut penglihatannya.

Anerea kemudian berdiri tanpa memberi jawaban, ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena sudah duduk bersila selama beberapa hari. Suara-suara aneh nan ngeri tercipta melalui setiap sendi-sendi yang bergerak.

Selama beberapa menit ke depan, Valgard dengan sabar menunggu Anerea menyelesaikan ritualnya untuk mendapatkan kembali tubuh fitnya. Dan selama itu juga, ia tidak bersuara ataupun mengatakan sesuatu.

"Jadi, apa yang kautanyakan tadi?" ucap Anerea, suaranya yang serak seiring kembali halus setelah ia membersihkan tenggorokannya.

"Jadi, bagaimana?" ulang Valgard dengan nada yang lebih halus dan terdengar lebih sopan. "Aku kembali beberapa hari, sesuai perkataanmu."

"Oh, soal itu," dengan perlahan Anerea mulai berjalan menuju sisa-sisa pertempuran yang berjarak beberapa puluh meter. Sinar matahari mulai menerpa tubuh berwarna sayu itu dan membakarnya sedikit demi sedikit. Mata itu menyala, penglihatannya berubah menjadi lebih magis. Perlahan namun pasti, asap-asap yang ia cari muncul dari permukaan kosong di tengah udara. Asap yang tidak biasa itu muncul semakin banyak, Anerea mendekat dan menghirup asap tak kasat mata itu seolah dapat memberinya kekuatan tertentu. Seringai muncul di sudut bibirnya, "kau beruntung. Asap ini baru saja keluar."

Oure, Falcon dan Gyrard yang sedang berteduh muncul ketika Valgard memberinya sinyal dari kejauhan. Mereka tidak datang sendirian.

"Apa itu?" seringai itu seakan lenyap dan tak pernah muncul di bibir merah dengan taring yang menghiasinya.

Valgard melempar lirikannya sejenak, lalu kembali pada Anerea yang berada di hadapannya. "Jangan salahkan aku, ini perintah dari Raja Magnus," katanya. "Ia tidak ingin hal ini menjadi kegagalan lain."

"Ah... aku mengerti," seringai itu kembali muncul dengan tipis. "Jadi ini buah dari kegagalanmu hingga aku dipanggil untuk menyelesaikannya."

Valgard berusaha untuk tetap sabar dengan kalimat Anerea yang terdengar jelas ditujukan untuk merendahkan kemampuan dan kualitasnya sebagai salah seorang Elite Thirteen. Namun, mengelak pun tidak ada gunanya, yang terpenting saat ini adalah menyelesaikan tugas dan membawa kembali kristal yang diinginkan sang raja.

"Ya, kurasa seperti itu."

Elf itu menghela napas sekaligus mengangguk. Jemari semampai miliknya, lengkap dengan kuku-kuku panjang nan tajam yang siap untuk menusuk seseorang mulai menghitung pasukan yang diutus oleh Magnus untuk ikut serta dalam misi kali ini.

The Runaway ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang