"Gil, jajan lo gue habisin ya."
"Hmm."
"Eh, kopi lo yang ada di kulkas masih separuh nih, gue minum aja deh ya."
"Hmm."
"Loh, kok ada jus mangga juga ? Gue-"
"Habisin aja semua, Nay. Biasanya juga lo yang habisin isi kulkas gue."
Wanita yang dipanggil Nay itu meringis geli. Ia kemudian melangkah mendekati Gilbert - sahabatnya yang sedang sibuk dengan laptopnya di sofa.
"Mobil mana lagi yang lo incer kali ini ?" tanya Nayara di sela kegiatan mengunyahnya. Tanpa menolehkan kepalanya ke Nayara, Gilbert menjawab, "Lo pasti udah bisa nebak."
"Aston Martin ?"
"Salah satunya."
"Mau beli berapa mobil bulan ini ?"
Gilbert kali ini menoleh. Pria itu menunjukkan senyum angkuhnya. "Five."
Berbeda dengan sahabatnya, Nayara malah tersenyum pongah. "Totalnya berapa, Gilbert gila ? Bisa beli rumah mewah dan segala perabotnya itu."
"Ck, kan tu mobil buat gue jual, Nayara bego. Ya nanti kan balik modal, malah untung banyak juga. Lo gimana sih ? Udah sama gue lama banget masih aja nggak ngerti sama bisnis gue." Gilbert menunjukkan pandangan jengkelnya.
Mulut Nayara memberengut sebal. Ia lalu meneguk segelas jus mangga di atas meja sebelum menyahut, "Ya maap. Kan kerjaan gue beda banget sama punya lo."
"Alesan. Gue aja bisa ngerti kerjaan lo, kenapa lo enggak ?"
"Otak gue beda sama punya lo, Gil. Udahlah, gue mau nonton aja." Nayara menghentikan obrolan mereka. Wanita itu kemudian meraih remot tv dan mencari acara yang menurutnya menarik.
"By the way, lo sama Celine gimana ?"
Gilbert mendengus. "Udah putus gue sama dia."
Mata Nayara langsung mendelik. Ia menatap sahabatnya dengan pandangan horor. "Gimana sih ?! Celine itu temen gue, bego. Masa lo samain sama mantan-mantan lo yang lain."
Kedua bahu Gilbert mengedik cuek. "Ya gimana, namanya juga nggak cocok. Buat apa diterusin ?"
Nayara melayangkan bantal sofa yang sedang ia peluk kepada Gilbert. "Itu mulu alesannya! Terus, cewek yang cocok sama lo itu yang gimana ?"
Gilbert tidak segera menjawab pertanyaan dari Nayara. Ia malah memandang lurus mata sahabatnya dan bergerak mendekati wanita itu. "Cewek yang cocok buat gue itu ya...lo, Nay."
Untuk sejenak, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir kedua sahabat yang sedang saling pandang itu. Nayara tanpa sadar menelan ludah gugup saat mendapati pandangan Gilbert yang begitu menenggelamkan di hadapannya.
Nayara kemudian mengeluarkan tawa kakunya. "Hahaha, lucu banget sih lo, Gil. Gue sama lo jadi satu adalah suatu hal yang nggak mungkin terjadi."
"Why ? Kita udah bareng sedari kita bayi, Nay. Selain keluarga, cuma lo yang ngerti gue luar dalem. Jadi, alasan apa yang membuat lo berpikir bahwa kita nggak mungkin terjadi ?" manik hijau milik Gilbert sama sekali tidak meninggalkan mata sahabatnya,
Nayara mendesah lelah. "Gilbert, we already talk about this right ?"
"Ya, tapi kita juga tidak pernah mendapatkan jawabannya."
----------
Nayara baru saja menyelesaikan rangkaian bunga yang dipesan oleh kliennya untuk esok hari. Wanita itu menatap puas hasil rangkaiannya sebelum memindahkannya ke dalam lemari es. Setelah menutup pintu, Nayara meregangkan badannya yang terasa begitu kaku karena terlalu lama duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Roll the Dice On - END
RomanceGilbert dan Nayara, dua orang yang tak pernah bisa lepas satu sama lain. Dan status mereka adalah sepasang sahabat. Hubungan itu sudah terjalin sejak mereka kecil dan terus berlanjut sampai detik ini. Dua-duanya saling merasa nyaman dan terlalu meng...