Gilbert dan Nayara menggenapi liburan mereka di Singapura menjadi satu minggu. Kini mereka sudah menginjakkan kaki di bandara Soekarno-Hatta dan menghirup udara ibu kota.
"Gilbert!" seruan seseorang yang meneriakkan namanya, membuat Gilbert menggerakkan kepalanya untuk mencari sang pemilik suara. Ekspresi di wajahnya berubah geli bercampur tidak percaya saat menemukan sang kakak dan keluarga kecilnya sedang berdiri menyambutnya di pintu kedatangan.
"Kamu minta Kak Al jemput ?" tanya Nayara kemudian. Gilbert pun menoleh lalu menggeleng. "Aku bahkan nggak ngasih tahu kalo hari ini kita pulang."
"Welcome home, bro." sambut Albert yang sedang menggendong anaknya dengan riang. Pria itu memberikan pelukan singkat kepada adiknya sebelum beralih menyapa Nayara. "Hai, Nay. Gimana kemarin bulan madunya ? Sudah gol ?" setelah melontarkan pertanyaan vulgar itu, Albert langsung mendapatkan hadiah cubitan dari Varischa. "Albert! Bisa tidak, omonganmu itu direm ? Lihat, wajah adik iparmu memerah." ucapnya kesal.
Albert hanya mengedikkan bahu cuek sedangkan Gilbert, pria itu nampak menahan senyum gelinya saat melihat Nayara yang tengah menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya. "Stop it, Kak. Istri aku ini pemalu."
"Di ranjang juga, Nay ?" goda Albert yang masih belum puas.
"Albert!"
----------
Gilbert dan Nayara menaruh koper mereka terlebih dahulu di kediaman Legger. Setelahnya, mereka menampakkan diri di kediaman Nayara, menyapa Kanaya dan Robert yang tengah duduk santai di ruang keluarga.
"Loh, kok sudah pulang ?" itulah pertanyaan pertama yang dilontarkan Robert. Tentu saja hal itu membuat Nayara cemberut. "Papi! Memangnya nggak kangen ya sama anak cantikmu ini ?" ucapnya sembari melangkah mendekati sang ayah.
"Bukan begitu. Hanya saja, Papi pikir pasangan muda seperti kalian pasti membutuhkan lebih banyak waktu untuk berduaan dan melakukan sesuatu." semburat merah mulai merayapi kedua pipi Nayara. Ia lalu memberikan Robert pukulan ringan di lengannya. "Nggak usah godain Nay, Pi. Tadi Kak Al udah godain aku."
"Oleh-oleh Mami gimana, Nay ?" kini giliran Kanaya yang menanyai putrinya. Nayara menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya kemarin Mami pesen sesuatu ? Kalo oleh-oleh biasa, Nay sama Gilbert udah beliin buat semuanya."
Kanaya menggeleng pelan. "Dasar, anak Mami ini memang pelupa."
"Iya, Mi. Maklum, udah mulai menua juga fungsi otaknya." timpal Gilbert yang langsung dihadiahi pelototan tajam Nayara. "Diem aja bisa nggak sih, Gil ?!"
"Hayo, Nay, Gilbert udah jadi suami kamu lho. Jangan galak-galak." ucap Kanaya memberikan peringatan. Gilbert tersenyum senang dan langsung menjulurkan lidahnya kepada Nayara. Hal itu tak luput dari pandangan Kanaya serta Robert dan membuat pandangan mereka tanpa sadar melembut.
Setelah menyelesaikan perdebatan tidak penting dengan Gilbert, Nayara kembali memfokuskan diri pada ibunya. "Seriusan, Mi, kemarin Mami titip apa sih ?"
Tatapan Kanaya berubah penuh arti. "Cucu."
Kanaya langsung terdiam. Bagaimana bisa aku membawakan titipan Mami kalau suami aku tidak peka seperti Gilbert ?!
"See ? Seharusnya kita memang harus memanfaatkan honeymoon kemarin untuk membuat titipan Mami." bisik Gilbert kemudian yang membuat Nayara menggeram kesal. Ia menoleh ke samping dan memberikan suaminya tatapan tajam. "Yang menghentikan kegiatan itu kan kamu, bukan aku." ucapnya kemudian, mencurahkan kekesalan yang sudah dipendamnya semenjak kejadian itu.
Kening Gilbert berkerut samar. "Makud kamu ? Aku kan berhenti gara-gara kamu yang tidak mau kita melanjutkannya kan ?" masih dengan tatapan sebalnya, Nayara menyahut, "Kamu tahu, kamu jadi laki-laki paling nggak peka setelah kita menikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Roll the Dice On - END
RomanceGilbert dan Nayara, dua orang yang tak pernah bisa lepas satu sama lain. Dan status mereka adalah sepasang sahabat. Hubungan itu sudah terjalin sejak mereka kecil dan terus berlanjut sampai detik ini. Dua-duanya saling merasa nyaman dan terlalu meng...