Twenty Six

14.4K 874 31
                                    

Lucas langsung menghempaskan tubuhnya di single sofa setelah menidurkan Gilbert di ranjang. Dia melakukan pernapasan beberapa kali untuk menormalkan napasnya yang ngos-ngosan. Masih dengan pandangan lurus menatap sahabatnya, Lucas mengurut pelipisnya yang terasa menegang.

Sudah hampir dua minggu kegiatan malam dirinya berubah menjadi seperti ini. Lucas akan membawa Gilbert ke apartmennya karena sahabatnya itu yang selalu tidak sadarkan diri karena mabuk.

"Ck, sepertinya gue harus ngeberesin masalah ni bocah satu. Mau sampe kapan gue begini ?" dengan tidak sabar Lucas meraih ponselnya dan mencari nomor Nayara. Ia memutuskan untuk langsung menelpon wanita itu dan memberitahu bagaimana keadaan suaminya.

Lucas menunggu sampai dering kesekian dan ia sama sekali tidak mendapat jawaban. Pria itu lalu menepuk kening saat melihat waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Pastilah istri Gilbert itu sudah terlelap dalam tidurnya. Lebih baik ia mengirimkan pesan saja kepada Nayara, memberitahukan jika suaminya sedang terkapar tak berdaya di apartment miliknya.

=====

Nayara panik. Ia panik saat jam baru menunjukkan pukul lima pagi. Nayara terbangun karena ingin buang air kecil. Dan ketika kembali ke kasur, ia iseng melihat ponselnya yang berada di nakas.

Kedua mata wanita itu melebar saat membaca pesan dari Lucas – sahabat suaminya.

Jemput gih suami lo, gue capek tiap malem nemenin dia mabuk terus.

Di bawah pesan itu, Lucas menyertakan foto Gilbert yang tampak begitu berantakan di ranjang. Tanpa sadar jemarinya bergerak mengusap layar ponsel. Ia tersenyum miris saat melihat daerah mulut Gilbert yang nampak mulai ditumbuhi bulu. Suaminya itu benar-benar terlihat tidak terurus.

Tanpa memperhatikan penampilannya, Nayara langsung keluar dari kamar dan menyambar kunci mobil yang ada di meja ruang keluarga.

Dua puluh menit kemudian, Nayara sudah sampai di depan pintu unit apartment Lucas. Untung saja dia masih ingat nomor unit sahabat Gilbert itu karena dulu suaminya sering mengajak dirinya mengunjungi Lucas.

Nayara menekan bel pintu dengan tidak sabar. Ia menekan berkali-kali sampai akhirnya pintu di depannya terbuka.

"Nggak kurang pagi, Nay, datengnya ?" sungut Lucas dengan wajah bangun tidurnya.

"Gilbert dimana ?" tembak Nayara langsung. Lucas tidak menjawab, ia mempersilahkan Nayara untuk masuk dan menggiring wanita itu masuk ke dalam kamar dimana Gilbert berada.

Langkah Nayara memelan saat dirinya melihat kondisi Gilbert yang tengah berbaring di ranjang depan sana. Rasa rindu yang sudah dipendamnya itu akhirnya meluap keluar. Dengan air mata yang mulai menggenang, Nayara mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.

"Sejak kapan Gilbert mulai mabuk-mabukan ?" tanya Nayara kemudian dengan suara lirih.

"Sejak hari pertama kalian bertengkar. Dia ke klub gue tanpa jeda. Gilbert nggak bakal mau balik sebelum teler." Lucas menjawab dengan tubuh yang ia senderkan di bingkai pintu.

Hening sejenak di antara kedua orang itu, sampai akhirnya Lucas kembali membuka suara. "Lo menyalahkan Gilbert karena dia udah merancang perjodohan bohongan untuk mengikat lo. Sudah tahu kan kalo dia melakukan itu karena dia terlalu mencintai lo seorang ?"

Nayara menelan ludah, mencoba menahan air mata yang sudah terkumpul di pelupuk mata. Ia sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dari Lucas.

"Coba lo jujur sama diri lo sendiri, Nay, tentang perasaan lo untuk Gilbert. Jangan hanya menyalahkan Gilbert saja karena sudah merancang perjodohan untuk mengikat lo."

Roll the Dice On - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang