Nayara sedang terbengong di tengah kegiatannya merangkai bunga. Semenjak kejadian saat fitting, otak Nayara seakan terus memutar kejadian dua hari yang lalu itu. Dan jadilah, dirinya menjadi tidak bisa berkonsentrasi melakukan apapun.
"Mbak Nayara, ada yang datang mau ambil pesanan." ucap Vania yang membuat lamunan Nayara buyar. Wanita itu kemudian berdeham dan meletakkan beberapa tangkai bunga yang sedari tadi belum dirangkainya. "Siapa, Van ? Suruh masuk sini aja."
Vania menganggukkan kepalanya sebelum berbalik untuk memanggil sang tamu. Nayara langsung berdiri dari duduknya dan melangkah menuju kulkas yang berisikan berbagai rangkaian bunga pesanan kostumernya.
"Hai, Nay." sapaan dari seorang wanita membuat Nayara menolehkan dirinya ke belakang. Senyum Nayara kemudian merekah saat mengenali wanita itu – Felis. Nayara berjalan cepat ke arah teman kuliahnya itu dan memberikannya pelukan singkat. "Gue pikir lo lupa ambil pesenan."
Felis terkekeh. "Ya masak gue lupa ngambil bunga buat nikahan kakak sendiri. Uang jajan tambahan bisa melayang, dong." Nayara ikut terkekeh sambil menarik temannya mendekat. Setelah itu, Nayara kemudian membuka lemari es di depannya dan mengambil rangkaian bunga yang berada di baris kedua.
"Gila deh, lo emang bakat banget ngerangkai bunga, Nay. Bagus begini. Pokoknya, besok kalo gue nikah, lo kudu ngebikinin buket yang lebih bagus dari ini." ucap Felis dengan mata yang tengah mengagumi karya Nayara.
"Siap, bos."
"Oh ya, ngomong-ngomong tentang nikah, denger-denger lo mau nikah. Sama siapa ?"
Nayara tidak langsung menjawab pertanyaan itu dan malah melangkah menuju meja tempat ia mengerjakan bouqet. "Lo kenal kok sama orangnya." jawab wanita itu kemudian. Felis bersedekap sambil memandang temannya dengan mata menyipit. "Jangan bilang, si Yoel mantan lo dulu ? Kapan lo clbknya sama dia ?"
Nayara terperangah saat mulut Felis mengucapkan nama sang mantan saat di bangku kuliah itu. "Bukan woi! Gue bahkan udah lupa pernah pacaran sama cowok macam dia."
"Lah terus ? Sama siapa, dong ? Cowok yang deket sama lo dan yang gue kenal itu cuma dia, Nay."
"Yakin cuma Yoel ?"
Felis hendak langsung mengangguk, namun sejurus kemudian sebuah nama terlintas di otaknya. Mulut Felis mengeluarkan suara ketersiapan yang cukup keras dan kedua matanya kini melebar kaget. "Nay, sumpah. Gilbert ?"
Nayara hanya menaikkan kedua alisnya singkat sebagai jawaban atas pertanyaan Felis. Ia lalu kembali melanjutkan menulis nota tanda terima untuk temannya itu. Sedangkan Felis, wanita itu kini terdiam karena masih terkejut dengan informasi yang baru saja diterimanya.
"Gue dari dulu udah curiga sama kalian. Nggak nyangka kecurigaan gue terbukti benar." ucap Felis setelah rasa terkejutnya mulai mereda. Nayara menyelesaikan tulisannya terlebih dahulu sebelum membalas, "Curiga gimana sih, Fel ?"
"Ya gue curiga sama interaksi kalian. Kemistri diantara kalian itu bukan hanya sekedar sahabatan doang, Nay. Tapi lebih."
Nayara menggelengkan kepalanya lelah. Ia lalu menyobek nota yang sudah selesai ditulisnya kemudian menyerahkannya kepada Felis. "Nih, kasihin kakak lo."
Felis menerima kertas itu dan langsung memasukkannya ke dalam tas. "Kapan lo nikahnya ?"
"Tiga minggu lagi."
"What?! Tiga minggu lagi lo nikah dan baru sekarang lo ngasih tahu gue ?!"
"Gue malah rencana ngasih tahu lo seminggu sebelumnya." balas Nayara santai. Hal itu membuat mata Felis semakin melebar. "Lo anggep gue temen apa bukan sih, Nay ? Jahat banget baru mau ngasih tahu gue seminggu sebelum. Terus mana undangannya ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Roll the Dice On - END
RomanceGilbert dan Nayara, dua orang yang tak pernah bisa lepas satu sama lain. Dan status mereka adalah sepasang sahabat. Hubungan itu sudah terjalin sejak mereka kecil dan terus berlanjut sampai detik ini. Dua-duanya saling merasa nyaman dan terlalu meng...