Aku menahan nafas ketika pintu cokelat muda itu terbuka.
Sasuke yang pertama sekali melangkah masuk, membawa koper di kedua tangan, menggeretnya masuk ke dalam. Aku mengekor di belakang, membawa koper yang lebih kecil, perlahan-lahan melangkah memasuki apartemen bernuansa putih dan cokelat. Memasuki rumah baru kami sejak hari ini.
Pintu terayun tertutup di belakangku. Yang pertama sekali kudapati adalah ruang tamu mungil yang manis. Dindingnya berwarna putih bersih, sofa berwarna cokelat muda berada di tengah ruangan mengelilingi meja kayu kecil dan menghadap televisi dan perapian mungil, ada karpet bulu berwarna abu-abu di bawahnya. Kami memiliki balkon yang menggemaskan. Aku meletakkan koper di dekat rak sepatu dan berjalan mengeceknya. Balkon mungil kami menyuguhkan pemandangan menara Eiffel yang romantis, masih siang namun tampak menakjubkan. Ada pot bunga tulip berwarna merah muda yang kuncup, kemudian dua kursi duduk kecil untuk memandang langit kala matahari terbenam.
"Sakura.." Aku tidak terlalu memperhatikan kemana perginya Sasuke sedari tadi. Dia memanggil namaku dari dalam, Aku masuk dan menutup pintu.
"Kau memanggilku?"
"Di kamar.."
Aku dengan semangat menjelajahi apartemen baru kami. Penasaran bagaimana rupa kamar tidurku dan Sasuke membuat langkahku cepat mengikuti suaranya. Aku membuka pintu cokelat, masuk ke dalamnya. Sasuke mengeluarkan pakaian dari koper, sedang meletakkannya di tempat tidur kami yang berukuran sedang, empuk dan nyaman. Ada meja rias di dekat lemari pakaian, jendela besar berbingkai putih lengkap dengan balkonnya, kemudian meja berukuran sedang dengan kursi putar. Aku mengamatinya lamat-lamat.
"Bisa bantu Aku dengan ini?"
Sasuke menggaruk belakang telinganya, kebiasaan yang ia lakukan ketika sedang bingung. Tangannya menunjuk tumpukan baju dan koper barang bawaan kami, Aku mengerti apa maksudnya.
"Tentu, Aku akan merapikannya. Kau bisa mandi dulu, nanti akan kubuatkan makan malam."'
Sasuke menggeleng, "Aku akan mandi, tidak usah memasak, mungkin sebaiknya kita makan malam di luar."
Sesudah ia berkata demikian, Sasuke membuka atasannya dan melangkah ke kamar mandi yang letaknya di luar kamar. Aku duduk di pinggir tempat tidur, mengembuskan nafas menatap suasana baru di sekelilingku.
Kehidupan baruku.
Aku tersenyum kecil, tidak bisa kutahan.
Kehidupan baru kami.
Kami berdua siap untuk keluar tepat pukul tujuh malam. Wangi dan kelaparan, bersiap menjelajahi kota di malam hari. Angin Paris bertiup lumayan kencang mengharuskanku mengancing lebih rapat mantel cokelat yang kukenakan dan berjalan lebih merapat pada tubuh tegap Sasuke.
Saint Dominique tampak masih ramai, di mana semua orang keluar berbondong-bondong mencari makan malam, seperti kami. Sasuke menggenggam tanganku, kami saling mengaitkan jari dan berjalan di tengah orang yang berlalu-lalang.
"Kau ingin makan sesuatu yang spesial malam ini?"
"Kau bercanda? Aku terlalu lapar, apa mereka menjual burger king?"
Sasuke tertawa kecil dan menggeleng, sebagai gantinya ia menggandengku memasuki restoran Prancis ala abad pertengahan yang berdiri megah di tengah kota. Aku mengamatinya menyebutkan nama pada resepsionis dan juga berpikir ketika pelayan segera mengantarkan kami pada satu meja untuk berdua dengan tulisan dipesan di atasnya.
"Serius Sasuke? Sebuah restoran megah sebagai ganti burger king? ckck, kau gila."
"Aku hanya ingin menyambut kita di kehidupan baru," Sasuke mengangkat gelas berkakinya ke udara, memberi kode pada pelayan restoran. Pelayan dengan sigap menuangkan Chateau, mungkin satu paket dengan reservasi Sasuke, lalu berlalu begitu saja. Dia mengangkat gelas, Aku mengikutinya. "Untuk Paris.."
Aku tertawa dan menggoyangkan gelasku menubruk miliknya, "Untuk Paris."
Kami memesan makan malam. Aku dengan sepiring sup kepiting asparagus serta Sasuke dan sup tomat zucchini-nya. Interior rumah makan ini mengangumkan, mempesona dan membuat nyaman. Namun Aku dan Sasuke tidak berlama-lama di sana, malah langsung pergi ketika pesanan kami kandas. Dengan dompet yang terkuras setengah dan perut menggembung kenyang, Sasuke menggandeng tanganku lagi ketika kami ke luar dari rumah makan dan mendapati suasana kota kala malam sepenuhnya, hidup dan berbinar-binar.
"Tidak apa jika kita jalan-jalan sebentar melihat Anatole atau mungkin Eiffel dari dekat?"
"Aku justru akan kesal jika kau tidak mengajakku," Aku memegang tangannya, Aku tau dia khawatir Aku masih jet lag atau kelelahan, "Kau mengajak wanita badak Sasuke. Aku baik-baik saja."
Pemuda itu mengulum senyum, dan kami berjalan dalam keheningan yang menyenangkan.
Lampu-lampu jalan berwarna kuning matahari dinyalakan di jalanan. Suara petikan gitar dan suara nyanyian berirama romansa terdengar di tiap sudut gang, serta toko-toko yang masih terang dan terbuka. Aku mendongak, melihat menara Eiffle menjulang tinggi dan bercahaya.
Kami sampai di taman, setelah berjalan kaki sekitar dua puluh menit. Banyak orang berkumpul di taman untuk sekedar nongkrong dengan teman, kekasih atau memilih sendiri, membaca di bawah lampu taman dan menikmati suasana kota yang seakan-akan tengah bernyanyi bersama malam yang semakin larut.
Dari kejauhan Aku melihat sungai Seine yang menyatu dengan Eiffel, seakan segala satu di sini menjadi saling berpasangan. Aku memandang dengan wajah berbinar hingga kemudian Sasuke mengambil tempatnya di belakangku, memposisikan tangan di pinggangku dan menarikku hingga punggungku bertemu dada bidangnya.
"Cantik bukan?"
"Ya.." Aku menahan nafas, merasakan dia yang meletakkan dagu di bahuku dan kini nafasnya terasa hangat dan dekat dengan kulit telingaku.
"Kau juga.." Sasuke berujar ambigu. Aku mengerutkan kening, tidak mengerti. "Kau juga cantik Sakura.. sangat cantik."
"Tua perayu.." tanganku terulur guna mengelus rahangnya yang tegas. Menelusuri tulang pipinya sembari menatap obsidiannya lamat-lamat.
Kami berciuman. Tidak tergesa-gesa, tenang sebagaimana air Seine mengalir dalam diam. Tidak ada dari kami yang menutup mata, saling beradu dan memuja. Dia tersenyum, maka Aku juga demikian.
Di saksikan menara bercahaya ini kami diam-diam meletakkan janji, bersama mendayung di kehidupan asing, di negeri asing di mana kami tidak mengenal siapapun dan apapun.
Namun Aku bersamanya, dia bersamaku.
Kami akan baik-baik saja,
Karena bersama dia mungkin menjadi terasing bukanlah hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris Runaway
FanfictionKarena bersama dia, mungkin terasing bukanlah hal yang buruk.