Tidak pernah dia tahu mencintai akan jadi seperti ini.
Dulu sekali ketika zamannya rasa masih samar untuk dimengerti, dia tidak pernah bisa merealisasikan arti kata-kata percintaan yang tertulis di larik-larik puisi maupun lagu, atau yang terlihat dalam cuplikan film romansa yang sering digandrungi anak muda. Dia sama sekali tidak bisa memahami semua itu dari sudut pandangnya.
Banyak hal yang dia tidak bisa mengerti, Termasuk salah satu konsep yang paling tidak bisa dia hubungan—'jika kau mencintai maka kau harus belajar untuk melepaskan.'
Ayolah... orang bodoh mana yang akan melepaskan sesuatu yang kau cintai? Seperti halnya kau melepaskan mimpimu yang kau kejar sungguh-sungguh, melepaskan teman-teman yang mendukungmu, melepaskan hobi yang membuatmu merasa hidup, melepas sesuatu bagaimana kau bisa berpikir untuk menyandingkannya dengan mencintai? Dia rasa dia cukup waras untuk tidak menanggapi omong kosong itu—
Ya;
—mungkin begitu, hingga ketika dia benar-benar berada di dalam posisinya.
Ketika dia meminta Sakura untuk lari bersamanya, dia tidak main-main. Mungkin terlihatnya seperti dia mengambil keputusan secara impulsive dan terlalu jauh, tetapi dia sudah mempertimbangkan segala sesuatu dan hanya butuh keyakinan Sakura padanya untuk bersama.
Baginya hanya gadis itu, hanya si keras kepala yang dia butuhkan. Dia tidak hanya menyukai Sakura, dia benar-benar sepenuhnya menyerahkan perasaannya, dan dia benar-benar paham bahwa itu bukan hal yang patut untuk dilakukan.
Sasuke tidak buta pada kenyataan bahwa dia dan Sakura bukanlah orang yang berada dalam lapisan yang sama dalam masyarakat. Dia tahu marga Haruno yang tersemat di belakang nama itu cukup menjelaskan posisinya, tetapi sebuah marga tidak akan membuatnya berhenti.
Zaman sudah berubah dan seharusnya seseorang dinilai dari kemampuan dalam pembuktian diri, sistem kasta adalah hal yang sudah lama punah, setidaknya begitu yang dia pahami. Maka dari itu, dia tidak akan berhenti membuktikan dirinya untuk Sakura, hanya untuk gadisnya.
Pelariannya ke Paris bukan upaya untuk kabur dari tekadnya, Sasuke hanya ingin dia dan Sakura bersama tanpa gangguan. Mengingat lingkungan mereka tidak pernah mendukung hubungan keduanya, dia memiliki pertimbangan bahwa mereka harus keluar dari zona itu. Mereka harus mencari ruang tanpa adanya gangguan dari siapapun, karena itu Paris bukan hanya sekedar pelarian semata, ini adalah bab baru bagi mereka berdua.
Semula semua berjalan baik-baik saja dan terasa indah.. terlalu indah sehingga tampaknya dia lupa bahwa hidup dalam pelarian tidaklah untuk selamanya.
Hari itu datang, hari yang selalu membuatnya awas dan tidak lelap, hari di mana tiga wajah familiar akhirnya menampakkan diri, menemukannya, dan meminta kembali apa yang mereka rasa milik mereka.
Haruno Kizashi mungkin sangat menekan emosi yang meluap dalam dirinya ketika dia bertemu Sasuke dan percayalah hal yang sama sedang terjadi padanya.
"Kau membawa putriku," Mebuki adalah satu-satunya yang tampak tenang. Walaupun suaranya bergetar dia bisa dengan lihai menyembunyikan ekspresinya, "kami di sini membawanya pulang."
"Dia tidak akan kemanapun," Sasuke tahu dia bukan dalam posisi untuk menolak. Mereka berada di sebuah café yang sudah dikosongkan, hanya berisi dia dan tiga anggota keluarga itu, dengan penjagaan di luar yang bisa diperintahkan menghajarnya sewaktu-waktu.
Sasori meremas taplak meja di bawah tangannya, matanya memandang berang. "Kembalikan adikku, kau tidak punya hak membawanya lari!"
"dan hanya karena kalian keluarganya kalian merasa berhak membawanya pergi?" Sasuke tersenyum miring, "setelah dia benar-benar hilang kalian mencarinya dengan embel-embel khawatir, di mana kalian selama ini dalam hidupnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris Runaway
FanfictionKarena bersama dia, mungkin terasing bukanlah hal yang buruk.