6

1.6K 288 12
                                    

Aku mengamati jemari Tilda yang telaten menyusun buket pesanan. Dia dengan lihai menyusun bunga sesuai dengan ukuran hingga buket miliknya tampak indah dan teratur. 

"Berapa lama kau mempelajari ini?" Aku bertanya, penasaran.

"Aku berasal dari desa kecil di pinggiran Prancis, kami memiliki kebun bunga dan anggur di sana. Sejak kecil Aku sudah terbiasa mengurus bunga, butuh waktu untuk tahu tepat bagaimana memadukan mereka semua," dia mengambil jarak, mengamati karyanya, "sudah. Apa kau tertarik untuk belajar?"

Aku mengangguk, "tapi mungkin nanti. Kelihatannya menyenangkan."

"Memang. Kau membuat sendiri keindahan ketika orang lain mencarinya," Tilda menoleh kearahku, "Benarkan?"

Bunyi dentingan lonceng memotong pembicaraan kami. Aku menoleh, melihat kurva jangkung yang sama berdiri di depan pintu dengan coat cokelat muda miliknya. 

"Permisi," ujarnya rendah.

"Ah.. Selamat siang monsiour, mau mengambil pesanan?"

"Seperti biasa Tilda," ia tersenyum akrab dan melangkah mendekati meja kasir. Aku mengenali mukanya, Darren yang sama.

"Sakura, ini Darren. Dia selalu membeli rangkaian bunga dalam waktu tertentu," Tilda tersenyum, memperkenalkan.

"Ya.. Kami sebenarnya bertemu kemarin."

"Baguslah," Tilda memeriksa catatannya, "Tulip merah untuk hari ini?" 

Darren mengangguk

"Akan kuambil, tunggu di sini."

Tilda pergi meninggalkan kami dalam keheningan yang janggal. Aku tersenyum canggung, berusaha mencari-cari topik pembicaraan.

"Jadi kau tinggal di sekitar sini?" dia memulai pembicaraan. Aku menoleh ke arahnya.

"Eum ya, tepatnya di apartemen seberang. Kau tinggal di sekitar sini? tampaknya kau sering ke Amavi."

"Hanya beberapa blok dari sini, ini toko bunga ter-rapih yang kutau,"

"Ahhh.. bunga-bunganya memang terawat, Tilda lihai dalam hal ini."

"Kau juga akan," dia tersenyum miring, "Manfaatkan saja waktumu di sini."

Aku mengeryit, berusaha mencerna ucapannya. Namun Tilda kemudian menghambur masuk dengan sebuket bunga tulip berwarna merah di tangan, tertata rapih. 

"Maaf lama, Aku harus menggunting batangnya beberapa," Ujarnya dengan tawa ceria. 

Darren mengambil bunganya dan memberikan uang yang langsung kusambut. Dia tersenyum kecil.

"Terima kasih Tilda," dia mengangguk dan menoleh ke arahku, "Sakura.."

Aku tidak menjawab dan hanya mengawasinya berbalik dan berjalan keluar. si Darren ini, ada sesuatu tentang dia.

-0-

Aku menyelesaikan semua pekerjaanku pukul lima kurang. Tidak terlalu banyak orang memesan rangkaian bunga untuk hari ini, sebaliknya Aku dan Tilda banyak berbagi tentang berbagai hal. Mulai dari resep makanan, tempat wisata dan belanja, serta kegiatan akhir pekan. Informasi darinya sangat penting dan layak didengarkan.

Sasuke selesai kerja sekitar pukul setengah tujuh normalnya, Aku punya waktu banyak untuk menyiapkan makan malam, mungkin juga sedikit berbelanja.

Aku mengayuh Velib menuju pusat perbelanjaan terdekat. Membeli beberapa ikan berpotongan filet, sayur-sayuran dan beberapa jenis kue kering untuk camilan. Semenjak tinggal mandiri dengan Sasuke, ada prinsip yang selalu kupegang, untuk tidak pernah membiarkan rumah kosong tanpa makanan.

Paris RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang