Aku menggerakkan kakiku maju mundur beriringan. Menatap Sasuke yang sedang memilah kertas di atas meja kerja di dalam kamar kami. Sudah menunjukkan pukul sebelas, belum ada tanda dia akan tidur, tampaknya akan ada malam yang panjang.
"Kau tidak lelah?" Sasuke buka suara. Aku meliriknya setengah sadar, mulai mengantuk. "Tidak usah tunggu, Aku hanya sebentar. Tidur saja duluan."
Aku mengangguk dan menguap. Dia sudah seminggu bekerja di bagian manajemen, sejalan dengan kuliahnya. Aku berpikir sebentar, sudah dua minggu dia sering pulang larut dan setelahnya tidak langsung tidur. Aku merengut, rasanya kami sama saja seperti di Tokyo, kerja lembur bagai kuda, namun bedanya saat ini Aku pengangguran.
Kantukku menguap ke langit-langit. Aku terduduk di tempat tidur kembali menghadapnya. Memikirkan rangkaian kata untuk di ucapkan.
Sasuke Aku ingin bekerja..
Aku menahan nafas. Rasanya mati kutu jika tiap hari kedepannya ia akan bekerja dan Aku berpangku tangan di rumah. Tidak bisa seperti itu.
Sasuke tampaknya sadar, dia menengadah melihatku dan mengernyit. "Bukannya kau mengantuk?"
"Tidak.. maksudku iya.. tidak itu tadi.." Aku berdehem. Dia masih kebingungan.
"Kau mau membicarakan sesuatu?"
"Ah.. Aku mau jujur," Sasuke diam. Menunggu Aku dengan sabar. "Kalau kau pergi kerja rasanya membosankan. Aku mau melakukan sesuatu ketika kau tidak di rumah, sudah kupikirkan selama seminggu ini. Kau tidak keberatan?"
Tatapan Sasuke tampak berpikir. "Apa yang ingin kau lakukan?"
"Ada toko bunga di depan. Kemarin Aku belanja dan sempat mampir. Bunga lily di meja makan Aku beli dari sana, kami berbicara sebentar dan pemiliknya mengatakan ia butuh kasir. Aku bilang akan kupikirkan, Aku harus bicara denganmu."
Diam beberapa saat. Sasuke tampak mempertimbangkan sesuatu.
"Kau yakin?"
Aku mengangguk, "lebih baik melakukan sesuatu. Aku tidak apa-apa."
Kemudian Sasuke menghela nafas, suaranya terdengar rendah. "Aku mengerti kau kesepian. Maafkan Aku sudah bekerja terlalu sering," dia mengulas senyum tipis, "tempat kerjamu di depan rumah bukan?"
Aku mengangguk, semangat.
"Jangan kelelahan. Ingat masih ada Aku yang harus kau urus."
Aku mengerucut, "kau bisa mengurus dirimu sendiri. Apa itu artinya iya?"
Sasuke tertawa pelan, "tentu Sakura. Kau punya kebebasan memilih."
Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menghampirinya, lalu duduk di pangkuannya. Dengan senyum lebar Aku menciumnya lembut dan menatapnya, "kau menggemaskan."
Sasuke menggeram, dia berdenyut. "Jika begini kau tampaknya harus lembur bersamaku."
Aku terpekik ketika kepalanya turun menjarah bagian dada. Sasuke bergelayut manja di bawah sana, Aku terkekeh, menggigit bibir dengan semangat.
-0-
Hari ini kami berangkat bersama. Aku mengenakan sepatu kets dan menyusulnya ke bawah. Sasuke biasanya akan naik taksi atau sepeda velib. Terkhusus hari ini kami berdua menaiki sepeda yang disediakan, terimakasih untuk pemerintah Prancis yang bijaksana mengurangi pencemaran karbondioksida.
Sasuke mengantarkanku hingga ke depan Amavi, dia tampak mengamati sekeliling namun belum memberikan komentar apa-apa.
"Jadi.. kau akan pergi sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Paris Runaway
Fiksi PenggemarKarena bersama dia, mungkin terasing bukanlah hal yang buruk.