3

2.1K 350 14
                                    

Seminggu di negeri orang bukanlah hal yang mudah untuk dilalui. Kami sudah selesai menyusun apartemen mungil kami menjadi senyaman rumah. Ada pigura foto di gantung di dinding, kemudian beberapa buku sudah mulai di susun mengisi rak mungil yang berada di ruang tamu.

Sasuke bernasib baik. Beberapa hari lalu dia melamar pekerjaan di salah satu supermarket, bagian marketing. Wawancara hari ini pukul satu, dia sudah berangkat setengah jam yang lalu, hingga Aku duduk sendiri di meja makan, menyeduh teh dan membaca buku.

Aku bertopang dagu, merasa waktu bergulir lambat dan membosankan. Sasuke bilang wawancaranya kemungkinan selesai pukul tiga dan perekrutan dilakukan pada waktu yang sama. Sekarang masih pukul dua kurang, Aku harus menunggu lebih lama.

Sepi begini mengingatkanku sedikit akan rumah. Bagaimana kabar mama dan papa, Ino, Kak Saso, buggy anjing siberian menyebalkan, rumah, halaman belakang, pagar putih, ah.. Aku mulai berpikir yang tidak tidak.

Aku menepuk pipi dan bangkit untuk berdiri. Ketika itu juga Aku mendengar suara ketukan di pintu, siapa? Apa wawancara Sasuke sudah selesai?

Dengan kebingungan Aku mengintip, mendapati seorang wanita tinggi menjulang di depan pintu dengan kaca mata hitam. Aku berkerut, sama sekali tidak mengenalnya.

Aku membuka pintu, cukup penasaran ketika mendapati tamu perempuan ini berdiri dengan angkuh.

"Bonjur," dia berujar santai dan melangkahiku masuk melewati pintu. Aku ternganga dan mengerjap, berusaha mencerna.

"Permisi?" Itu bodoh keluar dari mulutku.

"Hm.. lama tidak berjumpa bella. Aku baru ke luar selama tiga bulan tapi selera nonamu berubah banyak. Sejak kapan dia menempatkan sofa kecil, kalian banyak melakukan renovasi."

"Eum.. Aku tidak mengenalmu, kurasa kau harus keluar."

"Apa?" Wanita itu bingung memiringkan kepala dan membuka kacamatanya, Aku bisa melihat iris hijau gelapnya tidak terima. "Kau main-main denganku? Aku bisa melaporkanmu pada Jacques dan kau akan menyembah lututku saat ini juga."

"Jacques?" Aku bahkan tidak pernah mendengar nama itu. Baik dia laki-laki atau perempuan Aku tidak tau.

"Jangan berlagak bodoh," dia memutar mata kemudian membelakangiku, "Aku tidak akan main kasar, mood liburanku masih bersisa. Jadi segera siapkan makan siang, perutku melintir dari tadi. Chop chop!"

Aku menarik nafas dan menggeram. Siapa wanita sialan ini, seenak rambut keriwilnya memerintahku di rumahku sendiri.

"Nona siapapun namamu, kau benar-benar kurang ajar. Keluar sekarang juga sebelum Aku melaporkanmu atas tindakan mengusik privasi." Dia menganga, masih tidak mengerti. "Aku Haruno Sakura, bukan pembantu Jacqee-"

"Namanya Jacques."

"Baiklah Jakwes. Karena itu Aku memerintahkanmu untuk keluar!"

Wanita itu mengerjap lalu melihat ruang tamu kami, memastikan Aku tidak bercanda. "Astaga, ini bukan apartemen 723?" Aku menggeleng, masih geram. Dia mendecak kemudian dengan sombong memakai kembali kacamata hitam yang sebesar setengah wajahnya, "kenapa tidak kau bilang dari tadi."

Dia melenggang menuju pintu dan Aku mengekorinya dengan sangat kesal.

"Sampai jumpa sugar, lain kali jangan biarkan orang asing masuk ke rumahmu."

"Apa?" Suaraku meninggi.

"Ciao bella!"

Dia berlalu secepat dia tiba-tiba datang ke kediamanku. Aku menghela nafas, kemudian menutup dan mengunci pintu. Orang-orang aneh masih saja bebas berkeliaran. Menyebalkan.

Paris RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang