4

1.9K 306 13
                                    

Hari Sabtu pagi yang cerah.

Aku terbangun pukul tujuh, sendirian dan hanya dibalut selimut. Kasur sebelahku sudah dingin, Sasuke pasti sudah lama pergi.

Langit, yang bisa kulihat dari balik jendela, tampak biru cerah dengan awan putih menggumpal. Tampaknya ini akan jadi hari yang panas.

Aku bergerak, melepaskan tubuh telanjangku dari selimut dan berjalan menuju kamar mandi. Sasuke meninggalkan banyak bercak sebagaimana yang bisa kulihat di pantulan cermin. Bercak merah yang mengganggu dan menggemaskan, rasanya geli.

Pukul tujuh...

Aku harus mandi.

-0-

Sabtu ini kami seharusnya belanja bulanan. Tapi Sasuke mungkin terlalu sibuk, Aku tidak masalah jika Aku harus belanja sendirian. Isi kulkas tinggal daun selada dan telur. Kami bahkan kehabisan gula, menyebalkan.

Supermarket tidak terlalu jauh. Saint Dominoque adalah jalan arteri yang aktif dan dipenuhi dengan fasilitas, kami merasa tercukupkan. Di luar apartemen kami ada ruko-ruko yang menjual beranekaragam barang, mulai dari bunga, kue, dan satu toko serba ada yang mungil. Aku memutuskan untuk berjalan, sekaligus melihat-lihat lingkungan tempat tinggal kami.

Butuh waktu sekitar lima belas menit berjalan kaki untuk tiba di swalayan besar ini. Aku mengambil troli, kemudian berjalan di antara rak, mencari bahan makanan. Tomat dan sayur-sayuran pertama kudapat. Lalu menyusul roti, selai, susu sapi, keju, dan barang lain yang tertulis di daftar belanjaan.

Puas berputar-putar sekitar setengah jam, Aku mendorong barangku menuju meja kasir.

Sasu:  kau sedang apa?

Aku melirik ponsel yang bergetar. Ahh.. dia pasti sudah duduk manis di meja kerjanya.

Sakura :  Belanja di swalayan. Ada permintaan khusus?

Sasu:  ben 'n jerry cokelat. Bisa?

Sakura: iya iya. Kubelikan.

Aku berhenti berjalan dan berputar ke arah rak es krim yang bersebelahan dengan bagian minuman keras. Sasuke tergolong orang yang cukup pemilih dalam hal makanan manis, dia bahkan meminimalisir konsumsinya.

Tidak heran wajahnya asam kecut

Aku tertawa kecil, mengambil dua baskom es krim ke keranjang. Setelah ini mungkin Aku akan pulang. Bayangan asparagus mentega dengan ayam tomat memenuhi kepalaku untuk makan malam.

"Bella!" Suara wanita yang cukup berat terdengar dari arah belakang. Aku memutar tubuh lantas mengernyit. Wanita keriwil pirang yang sama tersenyum mengangkat sebotol Gin Bombay, apa dia menyapaku dengan cara itu?

"Hei-hei, kau tampak linglung gadis kecil. Tersesat di swalayan?"

"Huh? Kau berbicara padaku?"

Dia berdecak, kemudian melangkah mendekat. "Tentu saja, kau pikir Aku punya teman fantasi? Tidak terimakasih, Aku belum cukup gila untuk itu."

"Oke?" Aku mendorong troliku, berusaha mengabaikannya dengan berjalan menjauh. Tau-tau ia mengekoriku di samping dan menenteng dua botol minuman keras.

Paris RunawayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang