2. Siapa ?

7.5K 534 33
                                    

Diandra POV

Istirahat pertama, gue harus berdiri di pinggir lapangan hanya untuk nungguin manusia yang masih mendrible bola di tengah lapangan bersama teman - teman sekelasnya, sebenarnya gue ogah nungguin manusia yang satu itu kalo saja dia nggak ngancam gue untuk pulang jalan kaki, sialan.

Entah berapa pasang mata yang kini menghujam kearah gue, gue nggak peduli, palingan mereka masih nyindir gue atau ngomongin gue, ah bodo amat. Kayak gue nggak pernah diliatin aja.

Akhirnya manusia itu berjalan kearah gue, baju olahraganya udah basah oleh keringat, sesekali butiran itu jatuh dari pelipis ke pipinya, Cowok itu merentangkan tangannya saat jaraknya beberapa meter dari gue , gue mundur selangkah dan mengacungkan jari telunjuk kearahnya.

"Peluk, gue banting lo." Ancam gue.

Cowok itu tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya ,kedua rentangan tangannya sudah lenyap , sebagai gantinya cowok itu memeluk leher gue dengan tangan kanannya, menariknya semakin mendekat kearah tubuhnya sambil menekannya kebawah sampai gue harus menunduk.

Gue tau saat ini ada tatapan-tatapan panas yang menghujam tajam dipunggung gue sampai gue merinding ngeri.

"Le lepasin." Rengek gue kesakitan, kalungan tangannya benar-benar ngebuat leher gue hampir putus saking kerasnya, karena dia emang sengaja sekarang. Manusia sialan ini balas dendam gara-gara gue nggak nolongin dia waktu di krubungi oleh cewek-cewek di depan kelas gue tadi.

Disaat gue masih kesakitan gara-gara tangan Leo yang terus menekan leher gue kebawah. Seorang cewek yang gue tau bernama Inta, menghampiri kami berdua, dengan muka yang gue yakin dibuat-buat agar terlihat pucat.

"hai Le." sapanya lembut gue dan Leo menoleh, tangan Leo masih mengalungi leher belakang gue, gue yakin saat ini ekpresi Leo adalah ekspresi bosan .

"Ada apa?" Tanya Leo

"Gue..."

belum sempat kata-katanya selsai cewek itu jatuh kearah Leo, tapi bukannya menolong dia malah menghindar, membiarkan kerasnya lantai menangkap tubuh yang meluruh itu.

"Jiah." Seru kami berdua kompak.

Detik-detik berlalu, belum ada yang bereaksi sama sekali, hingga melwati 1 menit barulah banyak manusia yang berlari kearah Inta yang udah tergeletak tak sadarkan diri.

"Tolongin gih." ujar gue sambil melepaskan tangan Leo yang melingkari leher gue.

"Mau kemana lo?" tanyanya saat melihat gue melangkah menjauh.

"Toilet" kata gue tanpa menoleh lagi.

===Topeng ?===

Gue sedang mencuci tangan di wastafel, sembari merapikan ikatan rambut gue. Gue melihat kearah kaca, melihat pantulan diri gue, sesaat alis gue bertaut, gue sempat tertegun bahkan nggak ngenalin siapa gue, menyedihkan.

Masih belum berpaling dari kaca, knop pintu toilet terbuka, gue nggak peduli siapa yang masuk ketika gue dengar

KLIK!!!

Seseorang menguncinya, gue reflek menoleh dengan cepat, mata gue terbelalak, tubuh gue terpaku ditempat, hanya ada satu gerakan kecil yaitu menekan tombol 2 pada layar ponsel menunggunya bergetar, setelah itu membiarkannya terjatuh pada saku rok gue.

"Diandra Francessa, anak dari pengusaha terkenal yang sudah memiliki cabang di hongkong dan singapore, apa yang terjadi sayang, kenapa penampilan lo seperti sekarang." ujarnya sinis.

Gue nelan ludah dengan susah payah, kenapa manusia yang berdiri beberapa meter di depan gue tau pekerjaan bokap gue kalo selama ini gue berusaha nutupin mati-matian.

"Siapa kamu, mau ngapain kamu, pergi, ini bukan toilet cowok." kata gue setenang yang gue bisa.

Manusia yang berada di depan gue berjalan semakin dekat, membuat gue harus merapat pada wastafel, manusia itu menelan sisa jarak yang tinggal beberapa langkah hingga sepatu kami bersentuhan.

Jemari-jemarinya mengangkat kepala gue, mengamatinya sebelum dia melepas kaca mata gue. "Lo nggak butuh ini."katanya mengejek

"Pergi!!!" Gue udah nyoba untuk terdengar tenang, tapi suara itu terdengar bergetar hingga bibir manusia di depan gue tersenyum meremehkan.

"Main bentar yuk." ajaknya .

Gemuruh jantung di dada gue berdetak dengan kencang, gue nggak bisa ngelawan, gue takut, tapi gue nggak bisa lari. Sepatu gue seperti udah menyatu dengan lantai.

Shitt!!! Umpat gue dalam hati.

Kedua telapak tangan besar itu menyentuh pipi gue, mengangkatnya hingga gue bisa menatap kedua bola mata brengseknya, gue rasakan kepalanya semakin mendekat kearah gue, hingga gue bisa merasakan hembusan nafasnya yang tenang.

Kepala itu semakin mendekat semakin mendekat hingga tinggal beberapa centimeter lagi sebelum bibir itu menyentuh bibir gue.

Gue nggak mau dicium, enggak dengan manusia ini atau siapapun, gue memejamkan mata dan menggeleng kencang sebelum kedua telapak tangan gue menyentuh dada bidangnya.

Dengan kekuatan yang entah dari mana, gue dorong tubuh itu hingga tercipta rentangan jarak diantara kami. Mengetahui ada kesempatan gue lari kearah pintu yang sialnya udah di kunci oleh manusia itu, gue mencoba memukul pintu berharap ada yang mendengar, tapi gue kehabisan waktu ketika sebuah tangan mencengkram bahu gue dan memutarnya

PLAKK!!!

satu kata yang terfikir di otak gue. "Sakit."

===Topeng ?===

Maaf ya kalo absurd banget, Aq bingung mau nulis apa.

Mulmed : Rafa
^^ :D

8 November 2014

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang