25. Kejutan tak terduga

4.1K 279 77
                                    

Hai semuanya... nggak tau kenapa ni ya aku update cepet... itu artinya chapter berikutnya bakal lama update *nggak juga ding*

Happy reading aja deh ya... ^^

=== Topeng ? ===

Rafa POV

"Kami tidak dapat menyelamatkan janin yang ada dalam kandungan Diandra." Ujar Dokter itu.

"APA!" Seru mereka bertiga kompak.

Seketika itu juga ketiga manusia yang tadi menuntut penjelasan dokter, natep gue serempak. Gue menggerutkan kening atas tindakan mereka.

Tunggu, tadi dokter bilang apa... janin ah ya janin, janin siapa yang...

"APA!" Seru gue tanpa sadar mengikuti ketiga manusia yang tadi menyerukan kata itu bersama.

"Bagaimana bisa dok?" Tanya Leo mewakili yang lainnya, yang gue tau masih shock atas apa yang baru saja diucapkan dokter itu.

"Benturan keras pada perutnya juga cairan yang diminumnya, mengangkibatkan Diandra keguguran." Jelas Dokter itu singkat, tapi jelas di telinga gue.

"Terimakasih dok." Ucap Ian yang nampaknya nggak mau memperpanjang.

"Sama-sama." Dokter itu pergi.

Ian melangkah kearah gue. "Cairan apa yang dimaksud dokter itu?" Tanya Ian langsung tanpa basa-basi.

"Gue nggak tau." Ujar gue jujur.

Sumpah, saat ini gue masih shock, gue masih nggak nyangka atas apa yang baru aja diutarakan Dokter tadi. Dia bilang janin, jadi Diandra hamil, tapi sama siapa? Apa jangan-jangan...

"Anak lo keguguran." Ujar Leo datar sedatar-datarnya.

"Gue nggak tau..."

BUG!!!

Satu hantaman melayang kepipi gue.

"Lo masih nggak sadar Raf!" Leo mulai meninggikan suaranya.

"Itu anak lo! Janin yang keguguran itu anak lo Raf, anak Lo!" Leo terus mengulangi kata-kata itu.

Gue renggut semua rambut frustasi, mengacaknya lalu menghempaskan tangan sembarang.

Ninda nepuk bahu gue."Lo udah sadarkan ya, nggak bego lagi, nah jangan gila sekarang."

"Yan, gue minta maaf." Ujar gue tiba-tiba.

Ian yang sedari tadi menatap lurus kini menoleh kearah gue.

"Untuk?" Tanya Ian datar.

"Udah ngebuat adek lo kek gini. Jujur gue sayang banget ama dia, lebih dari sayang, gue cinta ama dia." Tutur gue yang nggak tau kenapa bisa keluar tiba-tiba.

"Lo yakin?" Tanya Ian menyelidik.

"Gue..."

Pletak! Leo menjitak kepala gue. "Lo sadar nggak barusan bilang apa?" Tanya Leo Gue cuma mengangguk.

"Lo baru aja minta izin ke Ian untuk ngedeketin adiknya, goblok." Kata Leo yang mampu ngebuat gue cengo.

"Sebelum gue restuin, gue mau lo dengerin cerita gue. Agar nggak ada kesalahpahaman lagi." Kata Ian yang ngebuat gue menggerutkan kening.

"Permisi... Apakah ada Keluarga Diandra Francessa disini." Ujar Suster itu.

"Iya, saya kakaknya." Jawab Ian.

"Kalo begitu, silahkan mengurus administrasinya."

"Baik Sus." Ian berdiri.

"Le ikut gue lo!" Ajak Ian.

"Iya." Leo udah pergi ama Ian.

Tapi gue belum bisa mencerna tentang semuanya. Apa yang baru aja terjadi, apa yang gue omongin, apa yang gue rasain?

"Gue kedalem dulu Raf." Ujar Ninda yang sebenernya nggak jelas di telinga gue. Gue nggak budek kok, gue cuma nggak bisa ngefokusin suara yang berada di sekitar gue, fikirn gue lagi jalan-jalan nggak tau kemana.

Saat tiba-tiba ada tangan yang mengguncang tubuh gue. "Yang lain kemana?" Tanya orang itu. Gue menegadah, gue ngeliat Inta ama Devan berdiri di depan gue.

"Yang lain kemana Raf!" Ulang Inta nggak sabar.

"Ian ama Leo ngurus administrasi, terus..."

"Gue bilang juga apa Dev! AYO!" Seru Inta yang wajahnya keliatan panik. Gue nggak ngerti kenapa tapi cewek itu udah melangkah menuju kamar dimana Dii dirawat. Tunggu gue nggak ngerti apa-apa. Tapi keliatannya mereka benar-benar panik.

"LEPAS!" Geram seseorang dari dalam ruangan itu. Gue lari kearah pintu, dan yang gue temui sekarang adalah Ninda yang tanganya tercekal oleh Devan dan Inta.

"Rafa tarik selang infusenya!" Kata Inta cukup keras.

"Apa?" Gue bingung.

"Tarik selang infuse dari tangan Dii, jangan tanya kenapa, lakuin aja!" Teriak Inta lagi.

"Jangan Raf, lo mau nyakitin Dii." Itu suara Ninda.

Gue harus gimana sekarang, narik selang infuse yang ada di tangan Dii atau enggak, kalo gue tarik ntar Dii kesakitan, kalo enggak? Emangnya apa yang bakal terjadi.

"Rafa tolong dengerin gue!" Ujar Inta "Cabut selang infuse dari tangan Dii, jangan sampe kejadian Alya terulang lagi. Rafa cepat!" Desak Inta.

Mendengar nama Alya disebut, ngebuat reflek gue bergerak, gue hampiri Dii dan gue cabut paksa selang infuse dari tangan Dii. Gue tau Dii bakal kesakitan tapi gue nggak bisa ambil resiko yang lebih bahaya dari itu.

PLAK! Ninda nampar Inta kenceng, ngebuat Devan hanya bisa terdiam di tempatnya termasuk gue.

"Lo selalu ikut campur urusan gue Bit*h." Maki Ninda.

"Udah cukup nyawa Alya, jangan Dii! Dia sahabat lo Ninda, lo sadar nggak!" Balas Inta membentak Ninda di depan mukanya.

"Gue sadar. Sangat sadar, tapi dia udah ngerubut Rafa dari gue! Bahkan dia ngandung anaknya Rafa!"

Gue tersentak, kenapa nama gue dibawa-bawa ?

"Bukan salah Dii!" Bentak Inta "Rafa yang ngelakuin itu! Lo nggak berhak nuduh Dii yang ngelakuin itu, lo salah Nin. Lo salah!"

"Gue hampir aja berhasil ngebunuh Dii seperti gue ngebunuh Alya..."

"Apa!" Reflek gue.

=== Topeng ? ===
Gue bingung jujur aja... Maaf kalo ceritanya agak aneh di chapter2 akhir nanti. Serius udah nge stuck idenya...

Cie cie yang tebakannya bener *ngelirik NiselNadya *

Vommemt nya dong guy's jangan jadi silent reader, nggak aku lanjutin loh... seriusan ni hahahhaaa

See you next chapter :*

6 Januari 2015

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang