Hari pertama masuk sekolah lagi, ni aku kasih bekal untuk sarapan hahahaaa *authornya ngaco*
=== Topeng ? ===
Diandra POV
Udah 2 hari lagi-lagi gue nggak masuk sekolah, sampai hari ini gue bisa memasuki sekolah lagi, kejadian akhir-akhir ini ngebuat otak gue bekerja lebih keras dari biasanya.
Kilasan masa lalu, kenyataan yang harus gue terima, benar-benar ngebuat gue berada dalam kondisi yang tidak stabil.
Gue bener-bener nggak berminat hari ini, mood gue masih down setelah mendengar masa lalu gue, mencoba mengaitkannya satu sama lain, yang sering kali ngebuat gue pusing sendiri.
Saat ini pun gue hanya duduk dikelas sambil nyembunyiin kepala gue diantara dua tangan yang gue taruh diatas meja. Gue nggak peduli lagi ada manusia yang sedari tadi duduk di samping gue, siapa lagi kalo bukan Rafa. Cowok itu udah nggak bicara ama gue lagi semenjak gue masuk kelas tadi, gue bingung sebenernya, tapi gue lagi nggak pingin mikirin hal itu, kepala gue bener-bener pusing banget.
"Hei..." Panggil seseorang yang gue nggak kenal siapa namanya.
Dengan susah payah gue ngangkat kepala, ada seorang siswi yang kini berdiri dihadapan gue, gue nggak kenal siapa dia.
"Lo Diandra kan?" Tanyanya.
Gue mengangguk. "Tadi dipanggil Pak Adi di lab Kimia, katanya lo disuruh nemuin dia." Katanya setelah itu pergi gitu aja tanpa ba bi bu lagi.
Dalam diam gue berfikir, Pak Adi kan guru matematika, ngapain dia di lab Kimia? Ngapain juga kesana? Itukan bukan Lab untuk anak-anak IPS. Tapi yasudahlah, gue lagi malas main tebak-tabakkan. Kalah menang, gue kesana.
" Pak!" Panggil gue saat gue udah masuk kedalam Lab. Nggak ada apa-apa disini, hanya ada cairan-cairan kimia yang masih tersusun rapi dalam botolnya.
"Hmmfff!!!" Mulut gue dibekap orang, gue meronta, mencoba melepaskan tangan yang udah bekap gue dengan sapu tangan, gue terus meronta sampe tanpa sadar, perut gue kebentur meja, Nggak begitu keras, tapi tetep meninggalkan rasa nyeri seketika.
Tiba-tiba aja lutut gue lemas, nafas gue mulai terengah, dan gue dapat merasakan tubuh gue meluruh, gue nggak bisa bergerak, pandangan gue udah mengabur, tapi sebelum kesadaran gue hilang, Gue merasakan mulut gue kebuka, cairan yang gue nggak tau apa itu, masuk kemulut gue, dan tanpa sadar gue udah nelen cairan itu.
Setelah itu gue udah nggak bisa inget apa-apa lagi.
=== Topeng ? ===
Rafa POV
"Raf, lo liat Dii?" Tanya Ninda yang udah duduk disamping gue.
"Nggak." Jawab gue cuek.
"Ishh... bisa nggak si, lo nggak usah sok cool didepan gue ?" Tanya Ninda yang mampu ngebuat gue menoleh.
"Mendingan lo keluar deh Nin, gue lagi males ngomong." Ujar gue yang sebenernya mau ngusir dia keluar.
"Ye malah ngusir lagi." Gerutu Ninda." Gue cuma mau nyari Dii kok, kangen gue ama dia."
Gue cuma manggut-manggut ngedengerin Ninda ngomong. Tiba-tiba pandangan gue jatuh pada seorang guru Matematika yang tadi sempat manggil Dii keruang Laboratorium Kimia.
Jika orang ini sudah memasuki kelas, lalu Dii kemana?
"yah tu kan masuk, Dii kemana si Raf?" Tanya Ninda. Gue nggak ngerespon pertanyaanya, gue lagi mikir diamana Dii sekarang.
"Raf! Yaudah lah gue balik kelas, lo udah masuk kan." Ujar Ninda.
"Tunggu." Gue nyegah Ninda untuk berdiri. Gue melangkah kearah pak Adi yang sekarang sedang membuka buku absen.
"Permisi pak." Sapa gue.
"Ya?"
"Apa tadi bapak memanggil Diandra untuk menemui bapak di Ruang Laboratorium Kimia?" Tanya gue sesopan mungkin.
"Tidak." Jawabnya."Saya tidak memanggilnya, lagi pula saya baru saja sampai di sekolahan ini."
"Rafa jangan bilang." Ninda bergumam disamping gue.
Tanpa pamit, gue udah berlari keluar kelas, berlari kesetanan menuju Laboratorium kimia, dimana tadi Dii menuju kearah sana. Perasaan gue nggak enak saat ini. Gue takut ada yang terjadi ama Dii.
"Rafa!" Teriak Ninda yang kini terus berlari ngikutin gue.
Gue raih knop pintu, gue buka dengan paksa pintu Lab. Gue kitarin pandangan, disana didekat meja praktek, Gue ngeliat Dii, cewek itu udah terbaring tak sadarkan diri.
Dengan langkah panjang gue hampiri tubuh itu, mengangkat kepalanya kepangkuan gue.
"Dii." Panggil gue menepuk-nepuk pipinya pelan.
"Rafa!" Pekik Ninda yang ngebuat gue ngalihin perhatian ke dia. Cewek itu nggak natep gue, dia malah melihat kearah lain, gue ikuti arah pandangnya, dan seketika itu juga mata gue membulat sempurna.
Rok abu-abu Dii berdecak darah, bukan cuma roknya yang sudah bernoda, darah itu terus mengalir kekakinya menuju sepatu, tapi belum ada yang bercecer dilantai.
"Ambil mobil gue Nin." Ujar gue ngelemparin kunci mobil kearah Ninda. Cewek itu menangkapnya dan langsung berlari keluar.
"Siapa yang ngelakuin ini? Gue bakal ngabisin orang itu." Gumam gue lirih.
Gue angkat tubuh Dii dan berjalan cepat menuju parkiran.
=== Topeng ? ===
"gimana keadaan Dii?" Tanya seseorang yang kini datang dengan seragam basketnya.
"Masih di dalem." Jawab Ninda.
"Lo!" Leo nunjuk gue. Gue tau, pasti cowok ini nganggep gue yang udah nyelakai Dii.
"Leo!" Ninda udah nyekal tangan Leo." Nggak seperti yang lo fikirin, gue ama Rafa nemuin Dii udah dalam kondisi seperti tadi." Leo mengagguk kaku, tapi tatapan matanya sarat akan kemarahan.
Beberapa menit setelah kedatangan Leo, Dokter yang sedari tadi memeriksa keadaan Dii keluar.
"Gimana keadaan adik saya Dok?" Tanya seseroang yang tiba-tiba udah berada disamping dokter itu. Gue nggak tau kapan cowok itu dateng. Gue lihat Dokter itu menghelai nafasnya berat.
Gue takut kata-kata yang mengerikan keluar dari mulut dokter itu. Karena gue nggak mungkin kesana, gue hanya duduk diem dikursi tunggu, membiarkan Ian, Leo dan Ninda menghampiri dokter itu.
"Kondisinya baik-baik saja, tapi..."
"Tapi apa?" Desak Ian nggak sabar.
"Kami tidak dapat menyelamatkan janin yang ada dalam kandungan Diandra." Ujar Dokter itu.
"APA!" Seru mereka bertiga kompak.
===Topeng ?===
Back to school ni ya... hahahhaaa #sama
Gimana ceritanya ? Siapa yang udah ngebekap Dii ? Dan siapa Lia ?
Next chapter bakal kejawab, tapi aku pingin tau dong tebakan kalian... *naik turunin alis*Jangan jadi silent reader, ini chapter2 akhir loh... ntar gak aku lanjtin nih *ngancem* #PLAK
vomment n comment yach
See you next chapter :*
5 Januari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng ?
Fiksi Remajatopeng, semua orang disekitarku mengenakannya, sahabat sahabatku, kakak kandungku, musuh musuhku, bahkan aku juga mengenakannya. Bilang aku pengecut, aku tak akan marah, karena memang aku tak mau semua orang ,mengenal diriku sebagai aku, lucu meman...