9. Sebenarnya... ada apa?

5.1K 346 38
                                    

Hii malem, maaf sebelumnya, part ini bener bener gaje... moga pada suka n gak bosen ya... ^^

=== Topeng?===

Lewat udara kurasakan hembus nafas penuh sesak,

Lewat angin ku dengar jeritan memberontak,

Lewat tanah ku berdiri menyaksikan jejak,

Jejak amarah yang perlahan tak pasti,

Mengoyak jalinan perasaan dalam hati,

Menghembus dan menghempaskan tanpa henti.

Author POV

Menjauh, mungkin kata itu selalu digunakan dalam keraguan, dalam semua masalah yang tak menemui akhir, atau bersembunyi dari sebuah kenyataan, kenyataan yang menguras setiap rona dalam diri, diri yang selalu bergerak dengan kebohongan, kebohongan dengan semua perasaan yang terurai. Meski hati berteriak untuk mengakhiri, nyatanya ego tetap menang untuk terus menuntun langkah menuju sebuah kata penyesalan.

Itulah yang Diandra rasakan saat ini, cewek itu menyesal, menyesal karena kata yang mengubah sudut pandang seseorang terucap tanpa beban. Melukai 2 hati yang saling merapalkan janji. Janji untuk menjauh, janji untuk bersikap biasa.

Siapa yang bisa disalahkan saat ini? Diandra kah, Rafa kah, atau ego diantara mereka, ego yang telah mematikan indra perasa, memunafikan semua rasa yang sebenarnya jelas di depan mata. Menjatuhkan harapan yang telah berdiri diambang kehancuran.

Mungkin tidak ada yang bisa disalahkan, mungkin semuanya benar , atau mungkin semuanya mewujud dalam kesalahan itu sendiri, kesalahan yang mereka buat untuk menyakiti hati satu sama lain, yang tanpa sadar, mereka ingin membalut luka yang tercipta atas dasar keegoisan.

Disinilah mereka, diruangan yang penuh dengan manusia manusia tak dikenal, duduk berhadapan dalam kebisuan, mendengarkan setiap gurauan dari sekitar mereka. Sesekali diliriknya Rafa yang hanya menyimak setiap kata yang keluar dari teman teman mereka.

Satu kata yang kini terfikir dalam otak Diandra. Acuh. Ya , saat ini Rafa acuh, tak sekalipun dia melirik kearah Diandra yang saat ini terus terusan menghembuskan nafasnya mengurai sesak.

"Le gue mau pulang" Ujarnya yang membuat semua mata yang berada satu meja denganya menoleh kearahnya.

"Kita disini baru sejam Dii" Jawab Leo.

"Terus mau berapa jam lagi Le" Balas Diandra " Nunggu sampe gue mati kelaperan!"

Leo menepuk keningnya "Lo belum makan ya?"

"Menurut lo!" Ketus Diandra.

"Makan disini juga bisa" Rafa menyahuti Diandra.

Diandra menatap Rafa sejenak, ada keinginan untuk menjawab dengan gelengan, tapi ingat dia harus bersikap biasa."Berasa gue lagi ngomong sama lo ya." Bukanya menjawab dengan santai, kata itulah yang malah keluar dari bibir cewek itu.

"Enggak"

"Gak usah dijawab Raf!"

"Pertanyaan kan?"

"Ehem. Makan disini gak papa kan Dii" Leo angkat bicara.

"Tapi..."

"Lagian kita semua juga belom makan Dii, disini aja ya" Potong Leo, yang mau tak mau membuat Dii hanya mengangguk.

Gagallah rencana Diandra untuk menghindar, menghindar dari sepasang mata yang kini menatapnya tanpa ekspresi yang terkesan tajam. Apa yang harus dia lakukan sekarang, menetap lebih lama untuk merasakan kejanggalan yang dia buat sendiri.

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang