=== Topeng ? ===
"It's Over."
Suara itu lirih tapi dalam kelirihan itu terselip ketegasan. Ketegasan dimana semuanya telah berakhir. Detik-detik berlalu tanpa ada ikut campur sebuah kata. Hingga air mata mewakili sebuah kata tak terucap yang mereflekkan kaki untuk menjauh. Menjauh dari tatapan sendu hingga hilang tak terlihat.
"Mana Dii?" Suara itu memecahkan keheningan yang baru saja tercipta.
"Diandra dimana?" Desakan pertanyaan itu mampu mengalihkan semua mata tertuju kearah suara itu.
"Pergi."Jawab Rafa setengah sadar.
"Bego!" Umpat Devan. "Kenapa nggak ditahan. Otak lo dimana si?"
"..."
"Udah Dev. Kejar aja mungkin dia masih ada di deket-deket sini." Ian menepuk pundak Devan sebelum kakinya berlari kearah dimana Diandra menjauh.
"Abis adu jotos?" Tanya Inta saat melihat memar di wajah Rafa dan Leo.
"Yang salah siapa, kenapa malah kalian yang jotos-jotosan. Kenapa nggak dia aja yang kalian habisin." Tunjuk Inta dengan dagunya kearah Ninda yang masih menunduk.
"Ikut gue lo!" Inta menghampiri Ninda. Ditariknya tangan cewek itu. "Ke kantor polisi."
"Nta emang tadi ada apa?" Tanya Leo mencegah kepergian Inta.
"Diandra ngabur." Jawabnya singkat.
Leo mengalihkan perhatiannya ke Rafa. "Masih mau mukulin gue nggak? Kalo nggak gue mau nyusul Dii."
Rafa mendongak. Ditatapnya Leo penuh minat. "Gue ngikut lo nyusul Dii."
Leo hanya mengangguk menanggapi ucapan Rafa.
=== Topeng ? ===
"Kenapa lo malah ke kamar Dii?" Tanya Rafa saat keduanya sampai di depan pintu kamar Diandra.
"Kan tadi gue bilang. Nyusul bukan nyari." Jawab Leo tanpa menoleh.
"Gue apa elo yang ngetuk?" Tanya Leo dengan telapak tangan terbuka.
"Elo aja, ntar gue nyusul." Jawab Rafa. Leo menghembuskan nafas. Tanganya mengetuk pintu kamar Diandra.
"Siapa..." Seru seseorang dari dalam.
"Gue Leo."
"Masuk aja Le, nggak dikunci."
Ceklek!
Tidak ada yang Leo temui di dalam kamar itu. Tapi ia tahu dimana keberadaan cewek itu. Dilangkahkan kakinya menuju balkon kamar. Disanalah Diandra berdiri membelakanginya.
"Semua orang nyariin lo Dii. Kenapa lo ngabur gitu aja?" Tanya Leo. Diandra tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan itu.
"Siapa yang patut disalahkan?" Tanya Diandra entah kepada siapa, karena saat ini cewek itu hanya menatap lurus tanpa menoleh sedikitpun. Leo berdiri disamping Diandra. Tangannya memegangi besi balkon.
"Bahkan gue sendiripun nggak tau siapa yang salah." Aku Leo.
"Maaf Le." Ucap Diandra tanpa menoleh.
Awalnya cowok itu mengernyit bingung saat Diandra mengucapkan kata maaf tapi akhirnya Leo hanya mengangguk mengiyakan permintaan maaf Diandra.
Sedetik berlalu. Saat itulah Diandra menelusup masuk kedalam pelukan Leo. Memeluknya erat. Dalam pelukan itu, Ia menangis, mencoba mengadu dalam kata yang tidak mampu terucap.
"Semuanya baik-baik aja." Kata Leo. Tidak ada jawaban dari Diandra, cewek itu terus menangis dalam kedua tangan yang merengkuhnya erat.
"Maaf." Ucap Diandra lirih. Leo mengangguk, tangannya mengusap air mata yang terus menetes pada pipi sahabatnya itu.
"Jangan nangis lagi, gue mohon." Pinta Leo.
"Thank." Ucap Diandra.
"Gara-gara gue elo..."
"Hey, gue nggak papa." Leo memotong ucapan Diandra.
"Le..."
"Gue bakal ngelakuin apa aja demi lo Princess."
FLASH BACK ON
"Gue ngerasa mual akhir-akhir ini Le." Ujar Diandra waktu Leo mengangkatnya kekamar setelah menceritakan masa lalu Diandra.
"Lo udah check?" Tanya Leo.
Diandra mengangguk sembari menghelai nafas."Positif"
"Selamet ya." Ujar Leo dengan cengiran diwajahnya.
"Gue nggak tau." Ujar Diandra tiba-tiba. "Gue mau mertahanin janin ini, dia nggak punya salah apa-apa." Lanjut Diandra "Tapi disisi lain, gue takut, gue takut kalo gue nggak bisa ngejaga dia." Ujar Diandra mengusap perut ratanya saat ini.
"Maksud lo?" Tanya Leo.
"Dokter bilang, kalo gue mertahanin janin ini, hanya ada satu nyawa yang selamat, gue atau dia, dinding rahim gue belum sekuat itu untuk menampungnya lagi pula...." Diandra menggeleng kuat, ada satu yang tidak mau ia bagi pada Leo. "Intinya. Dokter takut kalo kita bisa saja nggak ada yang bisa di selamatkan."
Leo diam, menatap Diandra dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana ia tidak tahu dengan keadaan sahabatnya saat ini, bahkan ia tidak ada saat sahabatnya itu pergi untuk mengechek kondisinya.
"Le, kalo seandainya gue bakal mati karna keadaan ini, gue harap lo mau ngejagain anak gue nanti." Ujar Diandra lirih.
"Dii, jangan bertindak bodoh, jangan pertaruhin nyawa lo!" Nada suara Leo meninggi.
"Tapi gue nggak mau ngebunuh anak ini Leo! Nggak akan selama gue hidup."
"Diandra dengerin gue!"
"Enggak!" Bantah Diandra "Lo yang harus dengerin gue!"
"Gue mohon Leo, anak ini nggak punya salah, dia pantas untuk melihat dunia luar yang indah ini..."
"Dan ngebiarin lo mati!"
"Leo lo nggak ngerti..."
"Gue nggak akan ngebiarin lo ngebunuh anak itu, tapi mungkin gue bisa..." Setelah mengucapkan kata-kata yang belum selesai, Leo keluar membanting pintu kamar Diandra.
"LEO!" Teriak Diandra frustasi.
FLASHBACK OFF
Diandra masih berada dalam pelukan Leo."Maafin gue udah ngebuat lo terlibat." Ujar Diandra yang sebenarnya masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan sahabatnya itu.
"Maafin gue udah ngebunuh dia, gue nggak mau lo kenapa-kenapa Dii." Aku Leo yang mendapat anggukan dari Diandra.
"Maafin gue juga, karena Rafa jadi mukulin lo." "Anggap aja kita impas." Senyuman Leo membuat Diandra kembali tersenyum dan memeluknya sekali lagi.
=== Topeng ?===
Aku pingin tau gimana reaksi kalian guys.
Comment ya... apa aja...
Ntar langsung aku next chap...
See you :*
22 Januari 2015.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topeng ?
Teen Fictiontopeng, semua orang disekitarku mengenakannya, sahabat sahabatku, kakak kandungku, musuh musuhku, bahkan aku juga mengenakannya. Bilang aku pengecut, aku tak akan marah, karena memang aku tak mau semua orang ,mengenal diriku sebagai aku, lucu meman...