19. Berdiri setelah jatuh.

4.2K 284 42
                                    

Hai Readers....

Gak tau kenapa akhir akhir ini sering update... hehehee

Jangan bosen yach....

Maap typo bertebaran....

=== Topeng ? ===

Author POV

Diandra terduduk di balkon kamarnya, pandanganya menyapu langit malam yang kini terpenuhi oleh taburan bintang, membentuk formasi abstrak yang bisa saja memiliki sebuah gambaran tersendiri.

Berkali kali di hembuskannya nafas mengurai sesak yang pada kenyataanya tidak dapat terurai dengan mudah. Sudah 1 minggu semenjak kejadian menyakitkan itu terjadi, tetap saja bayang-bayang tentang rekaan kejadiian itu masih melintas jelas difikirannya, bahkan merasuki setiap mimpinya.

Selama itu pula, Diandra memilih untuk tidak keluar dari kamarnya, memilih untuk berdiam diri dikamar bahkan berbicarapun nyaris tidak pernah ia lakukan.

Bukan menghindar dari sebuah kejadian, tapi mencoba untuk menerima sebuah kenyataan yang menyakitkan. Semua itu tidak lah mudah, tapi Diandra tau, hidupnya masih terus berjalan, ia tidak boleh terpaku pada suatu peristiwa yang hanya terjadi dalam hitungan jam, bahkan menit.

Sulit memang, melupakan semua yang telah terjadi, terlebih sesuatu yang berlalu itu adalah suatu hal yang mampu menguras seluruh emosi juga ketegaranya.

Tanpa ia sadari, sedari tadi ada seseorang yang memperhatikannya, dibawah cahaya bulan yang sempurna menyembunyikan keberadaanya.

Menatapnya dalam diam tanpa mencoba untuk mendekat, menyaksikan sebuah raut wajah yang selama ini selalu berada di sampingnya sebelum semua itu terjadi.

Berkali-kali ia mencoba untuk mendekat, berkali-kali juga, ia kalah dengan dirinya sendiri, memunafikan sebuah rasa bersalah untuk sekedar terlihat tegar.

Bodoh, ya orang itu benar-benar bodoh. Membiar kan detak jam berlalu begitu saja tanpa sedikitpun mengubah sudut pandang cewek yang kini bisa saja mengenalnya dengan kebencian.

Mungkin menghindar adalah salah satu cara untuk menenangkan diri, tapi diri siapa yang ditenangkan ? Dirinya sendiri? Atau diri cewek yang beberapa hari lalu telah ia sakiti?

Bukankah menghindar adalah seorang pengecut? Tapi jika berhadapan itu tak mampu menyelesaikan masalah, mana yang harus dipilih? Diam seolah tak terjadi apa-apa atau bertindak tetapi semakin menambah kebencian?

Ingin rasanya ia rengkuh cewek itu, cewek yang secara tidak langsung telah menjadi miliknya, menghilangkan semua rasa takut yang sebenarnya ia ciptakan kepada cewek itu sendiri. Tapi sekali lagi, apa dia akan diterima? diterima untuk menghapuskan semua rangkaian cerita yang dengan bodohnya, telah ia tuliskan dalam sejarah hidup orang yang dia cinta. Membuat cewe itu perlahan menatapnya dengan sebuah kekecewaan.

Tapi sungguh ia benar-benar ingin semua ini berakhir meskipun hati tak mampu lagi utuh, layaknya gelas yang terpecah begitu saja, tak akan pernah utuh seperti semula meskipun telah berusaha sebisa mungkin.

Setelah dirasanya cukup untuk sekedar melepas rindu, orang itu pergi, meninggalkan pekarangan rumah yang dulu pernah menjadi tempat bercanda bersama dengan yang lainnya.

"Bodoh" Gumam Diandra lirih. Diikutinya bayangan yang sedari tadi diyakininya sebagai orang yang telah merenggut semuanya hingga hilang ditelan malam.

"Untuk apa lo kesini kalo nyatanya lo nggak ada niatan untuk nyapa gue?" Entah kepada siapa ia bertanya karena saat ini tidak ada orang selain dia.

"Gue emang benci ama lo, tapi apa segitu aja usaha lo untuk menembus semuanya?" lagi-lagi pertanyaan itu terus keluar dari mulut Diandra.

"Apa hanya dengan memunafikan perasaan lo, udah ngebuat lo tenang? Lalu bagaimana dengan gue!" Sekali itu Dindara berteriak berharap udara disekitarnya mampu merambat masuk ketelinga orang yang baru saja dilihatnya pergi dari pekarangan rumah.

Topeng ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang