Part 17

8.3K 633 19
                                    

"Shan, gimana keadaan shani?" Tanya veranda yang baru saja datang ke apartemen shani setelah mendapat kabar jika tadi Shania mendapati shani yang jatuh pingsan ketika ia datang untuk mengambil barang-barang milik gracia dan si kembar. Shania yang panik pun langsung menghubungi dokter dan juga veranda.

"Belum sadar ma" Jawab shania yang entah kenapa melihat keadaan shani sekarang membuat shania kasihan. Padahal seharusnya Shania senang melihat orang yang sudah merusak masa depan adiknya menjadi menderita seperti sekarang.

Veranda yang kini duduk di sisi ranjang mengusap lembut kepala shani.

"Dokter bilang apa Shan?" Tanyanya lagi pada Shania.

"Maag nya kambuh ma, dehidrasi juga" Jawab Shania

Veranda menatap penuh khawatir pada shani yang sudah ve anggap seperti anak nya sendiri. Karena mengingat mendiang ibu shani adalah sahabat baik sekaligus cinta pertama veranda, sebelum akhirnya ve menikah karena hamil diperkosa oleh devano.

"Shan, jangan sampai papa tau ya kalo mama datang kesini. Dan mama juga gak bisa lama-lama disini, karena mama ninggalin gre di rumah sama si kembar. Tolong kamu jaga shani sampai dia bangun ya"

"Iya ma"

Setelah itu ve pun pamit kepada shani sambil membawa beberapa barang milik gracia dan si kembar yang sudah Shania cari di lemari.

Selepas pergi nya ve dari apartemen shani, Shania menyibukan diri dengan menonton youtube di handphone nya sambil berbaring di samping shani.

"Gre...."

"Gracia...."

"Gre, aku kangen kamu sayang"

Terdengar igauan dari Shani yang memanggil-manggil nama gracia. Shania yang mendengar langsung menghentikan aktivitasnya itu.

"Eh!" Kaget Shania ketika tangan Shani berada di atas perutnya dan wajah shani yang dibenamkan ke ceruk leher Shania.

"Gre, jangan pergi. Kamu kan udah janji sama aku gak akan pergi" Igau shani lagi

Duh ini gimana cara ngelepasinnya. Ucap Shania dalam hati ketika Shani semakin erat memeluknya dari samping.

"Gre, aku sayang kamu"

Cup!

Bibir Shani mengecup leher Shania yang ia kira adalah gracia. Shania sempat terkejut ketika mendapat perlakuan seperti itu dari Shani. Pikiran Shania jadi kemana-mana, ia takut jika Shani hanya pura-pura mengigau untuk mencari keuntungan dari nya.

"Shan bangun" Shania mencoba menyadarkan shani dengan menepuk-nepuk pipi nya. Tapi tidak ada tanda-tanda Shani sadar. Sekarang malah terdengar dengkuran dari Shani yang menandakan Shani kembali tertidur setelah mengigau.

Shania pun akhirnya pasrah dengan posisinya yang masih dipeluk oleh Shani, sampai nanti gadis yang 2 tahun lebih muda dari nya itu terbangun.

*

Waktu menunjukan pukul 11 siang, Shania yang menunggu Shani terbangun nyatanya ikut tertidur dengan posisinya yang masih sama.

Tak lama ada pergerakan dari Shani yang merintih kesakitan di perutnya. Shania yang terusik dengan rintihan Shani akhirnya terbangun. Ia terlihat panik ketika Shani menangis sambil memegang perut.

"Shan, perut kamu sakit banget ya?" Tanya Shania dan Shani hanya mengangguk sebagai jawaban.

Shani sendiri belum sadar sepenuhnya jika yang mengajaknya bicara adalah Shania. Karena Shani meringis sakit sambil memejamkan mata.

"Ya udah tunggu sebentar ya. Aku ambilin kamu makan, setelah itu kamu minum obat" Tanpa menunggu jawaban dari Shani, Shania langsung keluar kamar untuk mengambilkan Shani bubur yang sempat ia pesan tadi.

"Aww ss..ssakit" Shani kembali merintih kesakitan dan tak lama Shania kembali lagi dengan membawa semangkuk bubur, teh hangat, air putih dan juga obat yang diberikan oleh dokter pagi tadi.

Kini Shania duduk di sisi ranjang tempat tidur Shani sambil menaruh nampan yang ada isinya itu di atas meja kecil. Lalu Shania menidurkan Shani supaya untuk berbaring saja.

"Shania" Sebut Shani dengan suaranya yang lemah.

"Iya ini aku Shania, ya udah sekarang kamu makan dulu ya. Ayo aaaa.. " Shania mulai menyodorkan sendok berisi bubur ke arah mulut Shani.

Shani yang masih bingung dengan keberadaan Shania di apartemennya tidak ingin ambil pusing. Shani memilih untuk menerima suapan dari Shania ke mulutnya.

"Harus habis ya, setelah itu minum obat" Ucap Shania pada Shani seperti seorang ibu ke anaknya.

Dengan sangat telaten Shania menyuapi Shani, sampai-sampai bubur itu sekarang sudah habis.

"Sekarang minum obatnya" Perintah Shania, lalu Shani meminum obat tersebut dengan dibantu oleh Shania.

Shani tersenyum.

"Makasih ya" Kata Shani

"Sama-sama" Jawab Shania

Lalu keadaan menjadi hening, Shania yang paling tidak bisa di situasi yang seperti sekarang ini langsung pamit untuk pulang pada Shani.

"Aku pulang dulu ya"

"Tunggu shan!" Cegah Shani sambil menarik lengan Shania. Dan karena terlalu kencang tarikan Shani, kini Shania jatuh menindih tubuh nya.

"Shani... "

"Ssstt..." Kata shani yang melarang Shania untuk berbicara.

Shania pun terdiam dengan posisi dan jarak yang sangat dekat dengan wajah Shani.

Shani memandang mata Shania, lalu turun ke bibir pink milik Shania.

Gre sayang sama kak Shani, kakak jangan tinggalin aku lagi ya.

Tiba-tiba saja suara gracia dan kata-kata itu terngiang-ngiang di kepala Shani ketika ia ingin mencium bibir Shania.

Shani yang sadar langsung menjauhkan Shania dari nya.

"Maaf shan" Kata Shani

"Iya gpp" Balas Shania, lalu bangun dari atas tubuh Shani.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya. Bye" Pamit Shania lagi sambil membawa nampan yang berisi mangkuk dan gelas kotor bekas Shani makan.

Melihat kepergian Shania, Shani hanya melambaikan tangannya sebentar. Setelah itu ia memaki-maki dirinya sendiri atas apa yang baru saja terjadi.

Bodoh lo Shan, bodoh!" Maki Shani pada dirinya sendiri sambil memukuk kepala nya.

Sementara Shania p sudah keluar dari apartemen Shani langsung menetralkan degub jantungnya ketika mengingat jarak wajahnya dengan wajah Shani tadi sangat dekat.






#tbc

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang