Part 23

7.4K 536 13
                                    

"Dari mana aja lo yo jam segini baru dateng?" (Jadi loyo bacanya ☹)  tanya farish pada dyo yang baru saja datang ke kantor.

Dyo melihat jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukan pukul 2 siang.

"Dari liat Shani di bengkel" Jawab dyo

Farish bangun dari duduk nya dan menghampiri dyo yang sedang duduk di sofa ruang kerja farish.

"Gimana kabar Shani, dia sehat kan?"

"Sehat, sangat sehat. Dia titip salam buat lo"

"Walaikumsalam" Balas farish

Dyo tersenyum menggeleng

"Yo"

"Hemm"

"Sinka tadi dateng"

Deg!

Dyo terlihat kaget mendengarnya dan farish bisa melihat dengan jelas bagaimana ekspresi kaget yang dyo tunjukan.

"D...dia mau apa kesini?" Tanya dyo

"Dia mau bawa Shani ke Taiwan" Jawab farish.

"T...taiwan? Ngapain?" Panik dyo karena sinka, adik kandung Naomi akan membawa Shani ke Taiwan.

"Mami elis sakit, dia mau bertemu Shani. Dan dia ingin Shani tinggal disana sama mereka"

"Gak boleh!" Tolak dyo, membuat farish heran kenapa sahabatnya itu lebih panik dari nya.

"Kok elo yang panik sih. Gue kan bapak nya, gue dong yang seharusnya gitu"

Dyo gelagapan sendiri karena tidak sadar telah menunjukan ekspresi paniknya di depan farish.

"Y...ya kan Shani udah kaya anak gue sendiri. J...jadi kalo dia main dibawa pergi gitu aja gue gak Terima dong" Kata dyo yang meyakinkan farish supaya tidak curiga apa-apa dengan dirinya.

"Ya juga sih. Tapi ada baiknya Shani emang harus ikut ke Taiwan, siapa tau dia bisa ngelupain gracia dan perceraiannya itu"

Apapun alasannya, dyo tetap tidak Terima jika Shani di bawa oleh sinka ke Taiwan.

"Gue yakin Shani gak akan mau" Ucap dyo yang mendapat anggukan setuju dari farish

"Gue juga gitu sih yo, gak yakin Shani bakal mau"

Bagaimana pun caranya gue gak akan biarin sinka bawa Shani. Batin dyo

"Ya udah lah yo kalo gitu gue keluar sebentar ketemu devano. Dia bilang ada yang mau diomongin" Pamit farish

"Ok, hati-hati bro"

Farish mengacungkan jempolnya, lalu keluar dari ruang kerjanya. Dan menyisakan dyo yang masih kepikiran dengan Shani yang akan dibawa ke Taiwan.

***

Waktu menunjukan pukul 8 malam, Shani yang biasanya pulang larut malam dari bengkel sekarang sudah ada di apartemen. Bahkan Shani juga terlihat sudah mandi, terbukti dari rambutnya yang basah dan wangi shampo.

Ting nong... Ting nong...

Siapa sih. Pikir Shani saat bell apartemennya berbunyi

Shani yang sedang mengeringkan rambut langsung keluar kamar untuk membukakan pintu.

"Iya sebentar" Teriak Shani ketika bell nya lagi-lagi berbunyi.

Ceklek!

Pintu terbuka dan muncul lah sosok wanita berwajah oriental dengan potongan rambutnya yang sebahu.

"Tibon" Sebut shani pada wanita dihadapannya

"Hay cantik, apa kabar?" Sapanya pada Shani

"B...baik, ayo masuk" Shani mengajak wanita yang dipanggilnya tibon itu untuk masuk

Sesampainya di dalam Shani langsung menuju dapur untuk mengambilkan wanita itu minuman.

"Tibon sinka kapan ke indo, kok Shani gatau sih?" Tanya Shani yang berjalan ke ruang tamu sambil membawa nampan berisikan minuman dan cemilan.

"Dua hari yang lalu" Jawabnya

"Kok gak ngabarin aku? Kan aku bisa jemput tibon di bandara"

"Makasih" Kata wanita bernama sinka saat Shani memberikannya minuman

Wanita itu menyesap sedikit minuman yang Shani buat karena masih panas.

"Sengaja, soalnya tibon mau kasih kamu kejutan" Jawabnya pada shani

"Oh ya, kabar oma gimana? Sehat kan?"

Sinka yang mendengar Shani menanyakan sang mami tampak sedih.

"Justru itu tibon ke indo. Oma sakit, dan dia kepengen banget kamu jenguk oma ke Taiwan. Oma juga pengen banget kamu untuk tinggal disana, nemenin oma dan tibon"

Shani yang awalnya terkejut karena mendengar sang nenek sakit langsung berubah ekspresi ketika sinka mengatakan agar Shani tinggal di Taiwan.

"Emm... Tibon, Shani minta maaf. Kalo untuk tinggal dan menetap disana shani gak bisa. Tapi kalo hanya sekedar nengok oma, Shani bakal usahain" Tolak Shani dengan halus.

Sinka sendiri paham jika Shani tidak mungkin semudah itu menerima ajakannya untuk tinggal dan menetap di Taiwan.

"Ya udah urusan itu nanti lagi kita bahas. Oh ya rambut kamu basah, kamu gak keringin?" Tanya sinka ketika melihat rambut Shani yang masih basah.

"Hehe tadi sih sebelum tibon dateng aku lagi ngeringin rambut, terus ke tunda karena tibon sinka dateng" Jawab Shani dengan cengiran nya

"Ya udah kalo gitu sini tibon keringin rambut kamu. Mana hairdryer nya?"

"Itu di kamar" Jawab Shani sambil berjalan ke arah kamar dengan diikuti sinka dari belakang.

Sesampainya di kamar, Shani langsung duduk di depan kaca rias dengan sinka yang sekarang mengeringkan rambut Shani.

"Kalo liat model rambut kamu kaya gini, tibon jadi inget ci omi" Kata sinka

Dan shani mengangguk setuju mendengarnya. Apa yang sinka katakan itu memang betul, jika potongan rambut Shani seperti almarhum ibunya. Shani sangat menyayangi ibu nya, sampai suatu saat Shani yang beranjak dewasa memutuskan untuk mengubah gaya rambutnya seperti mendiang Naomi.

"Rambut bunda itu paling indah diantara yang lain. Shani suka, maka nya waktu Shani umur 17 tahun. Shani memutuskan untuk ganti model rambut kaya almarhum bunda" Ucap Shani

"Tapi kenapa kamu nya tomboy? Rambut udah bagus kaya gini, tapi kamu nya kaya cowo"

Shani menyengir

"Hehe, udah ah shani mau tidur. Tibon malam ini nginep ya, temenin shani"

"Boleh, tapi tibon pinjem baju tidur kamu ya"

Shani mengangguk

"Tibon ambil aja di lemari, ada banyak tuh tinggal pilih" Kata shani yang menyuruh sinka untuk mengambil sendiri di lemari

Karena sudah mendapat ijin dari shani, sinka pun berjalan ke arah lemari.

"Astaga shani ini apa???!! " Kaget sinka ketika membuka lemari shani dan menemukan benda aneh di dalamnya

Shani yang baru menyadari sesuatu langsung menepuk jidatnya sendiri berkali-kali.

Mampus gue. Batin shani




#tbc

Kwkwk mampus lu 🤣

Nikah Muda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang