17부 ▷ Setelah Sekian Lama

195 22 0
                                    

∞8∞

“Setelah sekian lama, sesuatu yang tidak dirasakan kini kembali terjadi pada kehidupan. Memang bukan hal mudah untuk kembali setelah sekian lama. Namun, setidaknya waktu yang dihabiskan kali ini sangat berharga.”

∞8∞

Cheongdam-dong, Seoul, Korea Selatan

Cheongdam-dong adalah tempat yang banyak ditinggali oleh orang-orang kaya di Kota Seoul. Terlihat sebuah rumah besar bernuansa putih bak istana dengan hamparan halaman depan dan belakang yang terlihat luas.

Sementara itu, di dalam rumah terlihat Kim Ha Na tengah melangkah menggunakan kruk—alat bantu jalan. Lalu, langkahnya terhenti tepat di depan sebuah bingkai foto berukuran besar menampakkan foto pernikahan kedua orang tuanya.

Kedua sudut bibir wanita itu terangkat membentuk senyuman. Sementara perasaan terasa begitu menyakitkan.

"Maaf, aku baru ke sini lagi, ibu," ucap Ha Na.

Kini, kedua pasang mata cantik itu mulai berkaca-kaca.

"Pasti ibu sangat senang di sana, karena ayah di sini begitu setia dengan ibu. Bahkan, dia tidak pernah membiarkan orang lain datang dalam perasaannya," monolog Ha Na, diakhiri dengan senyuman.

"Ibu sangat beruntung bisa bersama ayah. Andai aku pun seperti itu. Jangankan untuk bersama, foto pernikahan pun tidak ada." Sebuah senyuman hampa tersungging. Semua itu menyakitkan bagi Ha Na. Seseorang yang masih dicintainya kini begitu jauh. Dirinya menginginkan sebuah kebersamaan. Namun, sayang, Ha Na tidak bisa melakukannya, mengingat seseorang yang dicintai sudah mempunyai keluarga sendiri.

"Apa susahnya untuk meminta dipotret menggunakan gaun pengantin saja." Sebuah suara mengalihkan fokus Ha Na. Lantas, wanita itu menoleh pada sumber suara mendapati sang ayah yang tersenyum lebar. Lalu, pria paruh baya itu melangkah dan berdiri di sampingnya.

Untuk sesaat hanya keheningan yang menyelimuti. Keduanya sama-sama terpaku menatap bingkai berukuran besar itu.

"Kau sangat mirip dengan ibumu. Dan sekarang Na Na pun sangat mirip ibunya." Tuan Kim menyunggingkan senyuman. Lalu, ia menoleh pada Ha Na dan mengusap suarainya.

"Ayah senang, karena kau ingin kembali ke sini. Ayah begitu kesepian selama ini," ucap Tuan Kim.

Ha Na sedikit mendengkus sebal. Lalu, ia melangkah seraya berucap, "Suruh siapa tidak menikah lagi. Aku yakin ibu di sana tengah menertawakan ayah karena pasti dengan bangganya ibu memberi tahu banyak orang, jika seornag pria benar-benar terobsesi padanya." Kata-kata itu hanya sebagai candaan bagi Ha Na. Sebab, semua itu bukanlah pertama kali Tuan Kim dengar.

Kini, keduanya sama-sama duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Terlihat, di sana bukan hanya ada mereka, tetapi A Na, SoA, dan Ki Won pun sudah ikut bergabung. Terlihat mereka tengah menyaksikan penampilan evaluasi kedelapan trainee, kemudian Na Na  dan Jae Kyung.

"Soo Yeon anak Choi Soo dengan Tae Yeon, bukan?" tanya Ha Na, menatap ketiga orang yang duduk di sofa sama.

"Yup, benar sekali. Dia memang nerada di posisi atas dan menempati bagian center. Namun, sayangnya kali ini harus berkomepetisi dengan anakmu untuk posisi itu," tanggap SoA.

"Coba saja dari lama kau biarkan anakmu bergabung. Mungkin, kita tidak perlu buang waktu lagi untuk mendebutkan mereka." Kali ini Tuan Kim ikut menimpali.

"Dia benar-benar berlatih kurang lebih satu tahun saja sudah seperti ini. Lihatlah bagian penampialn Black Flowers yang ditampilkan dengan Jae Kyung." A Na langsung melayangkan tatapan kesalnya pada Ha Na. Sementara wanita itu memutar bola mata malas.

"Namanya juga anak keras kepala. Dia bahkan menyimpan harta karun yang begitu berharga selama ini." Ki Won melayangkan tatapan tidak kalah kesal pada Ha Na. Lagi-lagi wanita itu hanya memutar bola mata malas. Dirinya benar-benar terintimidasi sekarang.

"Tapi setidaknya aku sudah setuju sekarang. Kedua harta karun itu ada dalam genggaman perusahaan. Mau minta apa lagi dariku, hah?!" Ha Na melayangkan tatapan kesal pada keempatnya. Sementara mereka mencoba untuk menahan tawa. Entah mengapa, suasana seperti ini begitu jarang terasa membuat mereka begitu senang. Terlebih, melihat bagaimana sikap Ha Na yang sudah terpisah beberapa puluh tahun ini, karena wanita itu benar-benar menghabiskan waktu di kota Tongyeong.

"Hanya tinggal menunggumu untuk kembali," ucap A Na.

"Kau bilang saat itu kau akan kembali jika Tuhan mengizinkan. Bukankah sekarang waktunya? Bahkan, Tuhan membiarkanmu selamat dari kecelakaan." Ucapan A Na hanya membuat Ha Na memndngkus sebal. Wanita itu tahu ucapan yang dilontarkan hanyalah candaan. Namun, rasanya ia tidak ingin membahas jika dirinya akan kembali.

"Tidak lihat bagaimana kakiku?" Ha Na langsung mengangkat kaki kanan yang masih di perban.

"Seharusnya kau juga bersyukur karena Tuhan tidak membiarkan kaki mulusmu itu diaputasi. Bukankah Tuhan memberikan kesempatan untuk kau kembali menari?" Kali ini Ki Won yang bersuara. Rasanya pria itu tidak bisa hanya terdiam untuk tidak menyudutkan Ha Na.

Setelah itu, mereka melanjutkan banyak obrolan. Tentunya dengan terus-terusan menyudutkan Ha Na. Rasanya begitu menyenangkan bagi mereka, bisa kembali menghabiskan waktu bersama seperti itu setelah sekian lama.

∞8∞

Rumah luas milik Keluarga Choi memang begitu luas. Bahkan, ruangan ini mempunyai ruang latihan yang begitu luas.

Terlihat ruangan luas bernuansa cream itu dihiasi oleh cermin besar yang menempel pada dinding, kemudian piano tidak jauh di sudut ruangan, gitar, dan beberapa alat musik lainnya.

Sementara itu, Kim Ha Na berdiri di tengah lapangan dan kruk dibiarkan tergeletak tidak jauh di sampingnya berdiri.

"Apakah aku bisa kembali?" tanya Ha Na, menatap dirinya sendiri pada pantulan cermin.

Helaan napas terdengar. Lalu, ia memejamkan mata dan pikiran melayang mengenang masa lalu. Di mana dirinya menari di atas panggung seraya mendengar teriakan dari para penggemar. Ha Na merindukan semua itu. Namun, lagi-lagi rasa sakit ia rasakan. Ada banyak hal yang terlewati pada masa itu. Entah itu keindahan atau kepedihan. Namun, rasa pedihlah yang masih terasa begitu melekat. Terlebih, jika dirinya mengingat kejadian yang membuatnya harus terpaksa berhenti dan melepas segalanya.

"Aku berharap, suatu saat nanti Na Na dan dirimu akan bersama. Walau aku tahu, kita tidak bisa dan mungkin .... " Ha Na menghentikan ucapannya. Lalu, bulir bening terlihat menetes, membasahi pipi wanita itu. Bahkan, wanita itu menggigit bibir bawah, berusaha untuk tidak terisak.

"Dan mungkin tidak akan pernah, sampai kapan pun," lirih Ha Na. Lalu, dengan perlahan ia membuka kedua mata. Setelah itu, kedua tangan terangkat untuk menghapus air mata yang tertinggal.

"Perasaanku masih belum jelas. Namun, entah mengapa, rasanya masih sama. Menyakitkan." Senyuman getir tersungging. Lalu, Ha Na berjongkok, meraih kruk. Setelah itu, pergi meninggalkan ruangan.

____________________________________

Terima kasih buat yang sudah ingin mampir baca, memberi vote, dan komennya♡

See you next chapter >∆<

사랑해요 💞
Saranghaeyo 💗

∞NUHS∞
∆TriplePosition∆
👣Sobat Karoket👣

SM Treasures (Super Master Treasures) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang