4. Fried Ell's

71 13 0
                                    

Jungkook meringis kala mengingat setiap perkataan istrinya. Memang semua ini salahnya. Seharusnya dia lebih memperhatikan hal hal disekitarnya.

"Bukannya aku tak peduli, hanya saja aku tak tau jika plastik hitam yang kubuang itu berisi barang pribadinya. Tidak salah bukan??" Ucapnya.

"Baiklah aku salah. Lagi pula kenapa gadis itu meletakannya dibawah meja? Banyak tempat dihotel selain di bawah meja bukan? Dasar bodoh." ucapnya lagi.

Dilihat nya minimarket yang berada didepannya. Segera Jungkook memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju Minimarket.

Udara AC seakan menyambut kedatangan pria tampan itu. Jangan lupakkan tatapan memuja wanita wanita disana. Membuat dirinya muak.

Jungkook menuju tempat pembalut. Ia tampak menekuk lengannya di dada. Mengamati semua tatanan pembakut dengan berbagai warna dan berbagai ukuran itu.

Persetan dengan semua wanita yang memandangnya dengan tatapan aneh. Ia hanya ingin menjadi pria yang bertanggung jawab. Tak salah bukan?

Tik tikk. Suara jentikkan jari Jungkook.

Jungkook memanggil seorang pegawai wanita disana. Pegawai itu dengan senang hati menanyakan apa yang bisa ia bantu pada pria itu.

"Bisakah kau cari yang biasa digunakkan wanita berumur 20th ?"

Pegawai itu menaikkan alisnya.
"Kira kira seperti apa tubuh wanita itu tuan, maksudku apakah dia gemuk atau tidak?"

"Tidak. Dia kurus pendek kecil dan menyebalkan. Bisa kau tunjukkan yang mana barang itu?"

Pegawai itu tampak menahan tawanya. Kemudian ia menjelaskan berbagai ukuran dan jenis benda itu yang membuat kepala Jungkook seakan berputar. Demi bibir Jungkook yang sexy, pria itu sama sekali tak memahami setiap perkataan wanita didepannya itu.

"Jadi jika-"

"Baiklah cukup. Aku ambil semua. Cepat angkut ke mobilku"
.
.
.
.
"Uhhhh Jeon Jungkook sialann!!!
Bisa bisanya dia membuang benda berharga itu. Apa dia masih belum paham jika untuk memilikinya saja aku butuh pengorbanan huh??"

Yuna tampak membanting tubuhnya diatas sofa. Perutnya sakit, kepalanya pusing, dan mood nya hancur karena ulah Jungkook.

Ia menyalakkan tv. Mencoba menghibur diri dengan film kartun yang ditayangkan. Sesekali ia meringis pelan. Yah, seperti inilah wanita menstruasi. Menyakitkan.

Yuna mengambil minuman kuning dimeja. Yaitu air perasan dari parutan kunyit, yang dicampur dengan gula dan asam jawa lalu direbus. Jungkook yang membuatnya. Yuna hanya ingin meminumnya tanpa berminat belajar membuatnya seperti perkataan Jungkook pagi tadi.

Kringggg...

Yuna segera meletakkan minumannya dan berlari kecil menuju telfon. Ia mengangkat telfon itu. Bahkan sebelum ia berbicara, seseorang disebrang sana lebih dulu berkata.

"Jungkook, bagaimana keadaanmu? Dan bagaimana kerjasamanya? Berhasil bukan? Ibu harap begitu. Oh ya, bagaimana dengan rencana kita tentang Yu-"

"Ibu, ini aku"

Nyonya Jeon tampak diam selama beberapa detik.
"Ohh ternyata menantuku yang cantik. Bisa ibu bicara dengan putra ibu?"

Yuna berdehem,
"Jungkook sedang keluar ibu. Kenapa tidak menelfon melalui ponsel saja eum??"

"Ck, dia tidak mengangkatnya. Jadi ibu pikir dia bersamamu. Bagaimana keadaan kalian? Kau minum teh kan?"

Yuna tersenyum
"Kami baik baik saja bu. Dan aku selalu meminum teh hijau itu. Terimakasih bu, aku menyukainya. Lalu ibu bagaimana keadaannya?"

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang