5. Nuna?

79 12 1
                                    

Gadis itu melangkah dengan langkah lebar. Meninggalkan sosok pria dibelakangnya.

"Jeon Jungkook sialan!!
Bagaimana dia bisa lupa tentang malam ini!!
Aku tidak habis pikir, apa otaknya sudah konslet?"

Gadis itu terus berjalan dengan langkah cepat. Tak menyadari jika pria yang dimaksud telah berbelok guna membeli beberapa minuman.

"Kenapa kau diam saja? Kau tidak ingin meminta maaf??" Ucapnya.

Yuna mengernyit kala tak ada jawaban dibelakang. Ia berhenti dan membalikkan badannya. Kemudian terkejut kala pria itu tak ada disana. Yuna mengedarkan pandangannya.

"Ya!! Jungkook benar benar tak berperasaan!! Manusia jahanam!! Aku membencimu!!" Teriaknya.

Gadis itu membalikkan badannya. Kemudian berjalan.
Langkahnya semakin cepat karena rasa kesalnya.

"Aku akan menghajarmu di hotel nanti. Lihat saja!!"

Meoww..

Gadis itu berhenti. Dan menoleh kala melihat seekor anak kucing dipinggir jalan yang sepi. Dejgan wajah berbinar dia mencoba mendekatinya perlahan.

"Hey, kau kehilangan ibumu?"

Anak kucing itu sedikit menjauh. Namun tak membuat Yuna menghentukan langkahnya. Ia malah semakin gemas dengan tingkahnya.

"Tak apa. Kemarilah"

Tangkap.

Gadis itu tersenyum kala anak kucing berwarna abu abu itu berada di genggamannya.

Meoww..

Yuna terkekeh.
"Kau baru belajar mengeong ?
Kenapa suaranya kecil sekali?" Ucap Yuna sambil berjalan menyusuri jalan.

Hingga, sebuah kilatan cahaya menyapu wajahnya. Sejenak gadis itu tertegun. Cahaya itu semakin terang dengan diiringi suara yang sangat keras.

"Ya!! Awass!!"

"Nonaaa.!!"

Yuna menoleh,
"Jungkook..."

Brukkkk..

***

Pria itu duduk didepan seorang wanita dengan perban di bagian kepala, dan juga lengan kirinya. Beberapa luka kecil tampak menghiasi tubuh wanita itu.

Dia baik baik saja. Hanya pingsan saat mobil itu hampir menabraknya. Beruntung, seorang wanita dewasa menarik lengannya.

Jungkook berhutang budi pada wanita paruh baya itu. Jungkook tidak tidur semalaman. Ia terus menatap wajah disampingnya. Sosok yang mewarnai hari hari Jungkook dengan setiap senyum manisnya, tawanya, kelakuan manjanya, sifat ingin tahunya, kecrewetannya, dan egonya yang selalu tak mau kalah dari Jungkook.

"Kenapa kau sangat bodoh huh?" Ucapnya.

Ia menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian ia menoleh kala mendengar suara ketukan pintu.

"Selamat pagi tuan, saya akan memeriksa Nona Yuna. "

Jungkook mengangguk. Ia memperhatikkan saat dokter itu dengan teliti memeriksa istrinya.

"Bagaimana? Apa dia baik baik saja?"

Dokter itu tersenyum.
"Ahh dia baik baik saja. Hanya pingsan karena benturan dengan trotoar. Nona Yuna boleh pulang saat sadar nanti"

Jungkook mengangguk paham. Ia melirik ke arah jam. Pukul 8 pagi. Ia bersyukur Tuan Kim tidak marah kala pria itu mengundurkan pertemuannya.

"Cepatlah bangun, semua terasa sepi saat tidak ada mulutmu yang berisik itu "

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang