13. Lie

80 13 1
                                    

Masih semangat?? Harusnya masih wkwk.
Happy Reading..🤗
.
.

"Cari tau pengirim pos atas nama 'Jee90'. Lacak keberadaannya, aku mau kau mendapatkan datanya sesegera mungkin" ucap Jungkook .

"Segera kirimkan hasil lab sidik jari di gantungan kunci itu. Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi"

Pria yang kerap disapa Hoseok itupun mengangguk.

"Kau tenang saja, ini sudah menjadi makanan sehari hariku" balasnya ringan.

Jungkook menutup sambungan telfonnya. Ia menatap benda benda yang ada didepannya. Sengaja ia mengumpulkannya dan memasukannya kedalam sebuah map berwarna hitam.

Benda benda itu tak lain merupakan sebuah foto dirinya dan juga ayahnya, artikel lama tentang seorang anak yang dipukul dengan tongkat golf oleh ayahnya, koran lama yang berisi berita berita mengenai kecelakaan bus dan juga mengenai Jeon Company, dan juga sebuah foto gantungan kunci donat.

Itu semua merupakkan kiriman dari seseorang yang selalu ia sebut "si bulan sabit"

Jungkook menatap benda itu satu persatu. Ia telah mentarget satu orang saat ini. Dan iapun sudah menyiapkan rencana untuknya.
.
.
.
.
.
.
"Bagaimana?" Tanya wanita itu.

"Saham telah saya alihkan atas nama nyonya Irene. Kita hanya tinggal membubuhkan tanda tangan dari tuan Jungkook"

Irene tersenyum samar. Ia mematikkan ponselnya kemudian memandang ke arah seorang pria yang tengah duduk didepannya.

"Jadi, kukira akan ada kabar baik" ucap pria itu.

Irene duduk didepannya.
"Satu langkah lagi. Kita hanya mengambil alih perusahaan itu. Kemudian dengan mudah kau bisa mengambil apa yang seharusnya menjadi milikmu. Kemudian pria itu akan hancur" ucap Irene.

Pria itu tersenyum samar. Yah, ialah sosok dibalik semua ini. Sosok dimana Irene hadir, sosok dimana terciptanya sebuah rencana besar, sosok dimana ialah musuh yang dihadapi Jungkook, sejak mereka masih kecil.
.
.
.
Ceklekk..

Jungkook mengedarkan pandangannya. Semua gelap.
Pria itu menghidupkan lampu dan segera menuju lantai atas.

Jam menunjukkan pukul 8, tapi tidak ada tanda tanda kehidupan disini.

"Yuna-yaa kau sudah tidur??" Teriaknya.

Tak ada jawaban. Jungkook membuka pintu kamar. Dan dirinya sedikit terkejut kala menyalakkan lampu.

Yuna duduk diatas kasur, memeluk lutut, dengan kondisi berantakkan dan mata sembab. Kamarnya sangat berantakkan. Benda benda tak ada di tempatnya dan tergeletak dimana mana.

Jungkook segera berlari dan meletakkan tasnya, ia menghampiri Yuna.

"Apa yang terjadi?"

"Pergi."

Jungkook tersentak. "Apa??"

"Kubilang pergi " lagi lagi Yuna berbicara datar dengan pandangan sayu kedepan.

"Hey, apa yang kau katakkan? Apa yang terjadi?" Tanya Jungkook halus

"AKU BILANG PERGI DARI SINI !!" teriak Yuna

Jungkook tersentak. Ia menatap Yuna yang kini menangis. Ia bingung, apa yang telah terjadi pada istrinya.

"Pergiiii hikss..
Aku tidak mau melihat wajahmu.." tangis Yuna.

Hati Jungkook terasa sangat sakit. Ia tak tau kenapa, namun rasanya ia tak rela melihat air mata itu turun. Jungkook mendekat dan mendekap tubuh kecil itu.

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang