17. Revealed Already

114 13 0
                                    


Coba tekan tanda bintang dulu..🤗
Happy reading..























"Jangan mulai lagi Yuna-yaa " Jungkook tampak frustasi sekarang.

Sedangkan istrinya tampak menarik nafasnya pelan sambil meletakkan dua potong sandwitch di meja Jungkook.

"Aku sama sekali tak menyangka, endingnya akan seperti ini Jung" ucap Yuna sambil tersenyum. Tersenyum miris meratapi dirinya sendiri.

Jungkook menyesap kopinya, sambil menatap istrinya yang kian mengurus dari hari ke hari. Semua karena Yuna semakin susah diminta makan.

"Kau tau? dulu sewaktu aku masih kecil, aku bermimpi akan menikahi pangeran pujaanku. Lalu kami menikah dan mengurus anak bersama. Bahkan kami selalu mengucapkan kata kata romantis setiap harinya "

Jungkook memakan sandwitch nya dengan perlahan. Tangannya sibuk mengotak atik tabletnya. Namun tidak dengan telinganya yang ia pasang sangat tajam guna menangkap setiap perkataan Yuna.

"Tapi ternyata aku sadar, setiap kehidupan selalu memiliki ujian. Bahkan dalam pernikahan ini. Iya kan Jung?" Yuna meremas jari jarinya.

Makanannya tak tersentuh. Ia hanya memainkan nya hingga sandwitch itu tak terlihat seperti sebuah makanan lagi.

Sedang Jungkook menatap Yuna sekilas. Menelan setiap perkataan yang dilontarkan oleh Yuna.

"Cepat habiskan makananmu. Jangan dimainkan" ucap Jungkook tanpa melirik ke arah Yuna.

Hal itu tentu membuat hati Yuna teremas. Air matanya sudah menggenang. Namun egonya tetap berkata untuk menahannya. Jangan menangis.

"Jung, bagaimana jika nanti kau lebih memilih Irene Nuna karena dia memiliki bayi yang lucu??"

Prangg..

Yuna terperanjat. Sedang Jungkook tampak menatap Yuna dengan tatapan tajamnya. Tangannya terkepal erat dengan pamdangan menusuk ke arah Yuna.

"Kenapa kau selalu membicarakkan hal hal yang tak perlu kau bicarakkan? Tak bisakah kau hanya duduk diam dan makan makananmu? Kau butuh nutrisi bukan cerita cerita konyol yang selalu kau rangkai di mulutmu! Kau tidak akan kenyang hanya karena memakan pemikiran pemikiran tak berguna seperti itu" ucap Jungkook.

Jungkook berdiri. Ia memakai jasnya dan melirik ke arah Yuna.

"Aku tak suka kau membicarakkan hal seperti itu. Cukup diam dan tidak perlu ikut campur!"

Yuna membeku mendengar perkataan Jungkook. Ia menunduk. Entah sejak kapan air matanya sudah meluruh. Ia menggenggam jari jarinya.

"Kenapa kau malah membentakku??" Bisiknya.

Pelan. Sangat pelan. Namun berhasil menembus telinga tajam milik Jungkook.

"Yuna? Sayang? Hei.."

Sekarang Yuna semakin menangis kala Jungkook menyelipkan tangannya di ketiaknya. Jungkook mengangkatnya keatas meja. Kemudian ia menangkup wajah Yuna yang bergetar.

"Sayang.. maafkan aku. Aku tak bermaksud membentakmu."

Jungkook berusaha menghentikkan tangisan Yuna. Ia tampak menghapus air matanya dan mengusap punggungnya. Namun hal itu malah membuatnya semakin menangis saja.

"Maaf. Aku sedang memikirkan banyak hal akhir akhir ini. Aku malah melampiaskannya padamu. Sungguh, maafkan aku"

Yura menatap Jungkook. Kemudian ia malah memukul Dada Jungkook.

"Kau yang membuatku menangis sepsrti ini" ucapnya sambil memukuli dada Jungkook.

Jungkook mengangguk.
"Aku tau, jadi maafkan aku"

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang