14. Tough Decision

72 13 1
                                    

Jimin tampak menatap wanita didepannya dengan tatapan menusuk.

"Kau ingat kan kesepakatan awal kita?" Tanyanya.

Irene mengangguk sambil menyeruput kopi itu. Ia mendongak, menatap manik Jimin.

"Selama gadis kecil itu tak berbuat macam macam.. kurasa.. bisa dipertimbangkan" balasnya santai.

Jimin mengeraskan rahangnya. Ia kenal betul dengan wanita licik didepannya. Yah, sebut saja beberapa tahun terakhir pertemuan mereka membuatnya harus bekerja sama. Dengan satu tujuan, yang menyeretnya menjadi pribadi yang sedikit.... tidak baik?

"Kau tau betul aku membenci seorang pembohong bukan?" Tanya Jimin.

Irene berdiri dan berjalan ke arah sofa. Kemudian ia menyalakan tv.

"Ayolah Jims, kita sudah bertahun tahun melakukan ini bersama. Dan kau masih meragukanku?" Tanyanya.

"Kau memang perlu diragukan " bala Jimin.

Irene tertawa renyah. Ia menatap Jimin.
"Baiklah, cukup basa basinya. Kita akan kembali membahas rencana kita Jim"

Pria itu tampak masih kesal. Ia menatap Irene dan membuang mukanya. Ia kuak dengan semua ini.

"Saham Jeon Company. Aku membutuhkannya untuk mengambil hidup Jungkook. Kau tau? Aku ingin menggenggam hidup pria sialan itu. Untuk dokumen sudah aku dapatkan, selanjutnya, aku hanya tinggal menyerahkannya. " Ucap Yuna.

"Tanda Tangan Jungkook, bagaimana kau akan mendapatkannya?"

"Dengan janin ini," Irene tersenyum licik.

"Jungkook akan melakukan semuanya untuk calon anaknya. Iyakan calon anak??" Irene tampak mengelus perutnya sambil terkekeh.

Tatapanya menajam. Menembus ke masa dimana dirinya merasakkan rasa sakit yang teramat sangat hanya karena seorang pria yang bernama Jeon Jungkook.

Kini ia kembali dengan dendam mengebu, rasa kebencian yang menyelimuti, dan rasa haus akan tangisan dari gadis bernama Yuna.

"Aku akan pergi secepatnya. Mari kita akhiri drama sialan ini" Irene bergeges menyambar tasnya.
.
.
.
.
.
.
.
Jungkook keluar dari ruangan pengap yang biasa disebut ruang rapat itu. Yah, dialah si jenius Jeon Jungkook.

Seringai menghiasi wajahnya. Ia berjalan dengan langkah lebar, tak lupa dengan tatapan menusuk lurus ke depan.

"Aku ingin datanya"

Pria yang berjalan disampingnya tampak membuka tabletnya. Ia mengotak atik isinya dan menyerahkannya pada Jungkook.

Pria itu sengan cepat merebutnya dan membaca setiap detailnya.

" 'Jee90' ,
Jangan terkejut tapi dialah orangnya" ucap Hoseok.

Jungkook masih berjalan sambil menatap isi tablet itu. Yah, ia sama sekali tak terkejut. Kenapa? Karena itu tepat sekali dengan dugaannya.

Jeon Jungkook berada satu langkah didepan musuh musuhnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yuna menghembuskan nafasnya pelan. Ia menghapus jejak jejak air dipipinya menggunakkan tissue. Yuna tampak menenangkan dirinya dengan meminum teh hijau kesukaannya.

"Pria bajingan" ucap Jimin pelan.

Yuna menatap manik kelam didepannya. Tampak dengan jelas sekali jika pria didepannya itu tengah memendam emosi yang sangat besar.

Yuna menunduk. Pikirannya melayang jauh,

Satu masalah belum selesai, kini madalah kain muncul. Perlahan Yuna tersenyum kecut. Menyadari seberapa bodohnya dirinya. Ia menatap teh hijau didepannya. Berfikir jika itulah satu satunya hal yang dapat menenangkannya saat ini.

ECCEDENTESIASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang