Chamber Secret

2.7K 239 33
                                    

Chamber Secret

Persephone baru saja dari perpustakaan, saat ia mendapati Draco tengah memarahi Dobby. Dari kemarahan Draco, menangkap bahwa pelaku Bludger yang menyebabkan Henrietta patah tulang adalah peri rumah pribadi Draco tersebut. "Tenanglah."kata Persephone lembut.

"Jangan membela peri rumah gila ini!"

"Aku tidak membela, aku hanya ingin tahu alasannya". Persephone membiarkan diri nyaman di sebelah Draco.

"Dobby tidak akan memberitahu tuan muda" cicit peri rumah itu.

"Dobby!" bentak Draco. Persephone membelai lengan Draco lembut. "Shhh, biar aku saja".

Aku pun berlutut, membuat diriku sejajar dengan peri rumah tersebut. "Dobby, katakan padaku alasanmu, melukai saudara kembarku"ungkap ku.

"Anda saudara dari nona Henrieta yang hebat. Tapi kenapa anda memusuhi nona Henrieta"tanya Dobby. Sebuah senyuman sendu terukir diwajahku. "Aku rasa ia tidak pernah menganggapku saudara"jawabku.

"Legenda Slytherin akan kembali terbuka"jawab Dobby. Kata – Kata Dobby itu membuatku dan Draco tersentak. "Kembali ke manor Dobby" Perintah Draco. Dobby pun menghilang. Baik Draco maupun Persephone terdiam .

"Chamber Of Secret" gumam Persephone memecah keheningan. Draco menatapnya seakan tak percaya. "Itu hanya mitos."jawab Draco. Persephone menaikkan tangannya meminta Draco menunggu. Ia ingin berkomunikasi dengan para tetua di pikirannya.

"Bagaimana menurut pendapat kalian?" tanya Persephone.

"Mitos selalu berdasarkan dari legenda. " jawab Vesta yang disetujui oleh tetua yang lain.

"Perse, bentangkan sihirmu dan rasakan aura yang memberikan kekuasaan padamu." Kata Hera. Persephone memejamkan matanya, mengikuti kata – kata Hera. Ia tidak dapat memastikan, yang jelas mahluk itu sangat besar.

"Legenda itu benar adanya"kata Persephone .Draco menaikkan salah satu alisnya. "Jangan bilang ada mahluk berbahaya di Hogwarts lagi" Draco menghela nafas. Persephone tersenyum penuh arti. Mengetahui arti senyuman itu, Draco memberikan tatapan sekarang apa yang harus kita lakukan.

"Amati saja, aku ingin mencara menjinakkan mahluk apapun di kamar rahasia", Ia mengambil sebuah buku dan membacanya.

Keesokan harinya, saat sarapan. Persephone mendapat banyak hadiah dari Keluarga Malfoy dan kedua orang tuanya. "Hadiah dari calon mertua" ledek Pansy membuat gadis itu malu.

"Bukankah itu sudah jelas, hanya Lady Slytherin kita yang pantas menyandang nama Lady Malfoy kelak" tambah Theo.

"Sudah sudah, kalian ini membuatku malu" kata Persephone seraya memberikan sandwich yang sudah ia susun pada Draco.

"Tapi apa yang mereka katakan itu benar adanya" balas menghela nafas dan mengangkat kedua tanganya tanda ia menyerah. Draco mencubit pipi Persephone membuat gadis itu protest.

Di meja Gryffindor, Henrietta yang melihat itu meremas tisunya merasa kesal dan cemburu. Draco hanya miliknya, bukan milik Harrieta ataupun gadis sok bangsawan itu. "Draco bukan milikmu Potter."tegur Fred menyadari tatapan mata gadis itu.

"Sejatinya, Draco milik Harrieta. Hanya karena berhasil menyingkir adikmu bukan berarti Draco milikmu Potter"sambung Parvarti. Henrietta hanya menekuk wajahnya. Ia gadis yang bertahan hidup, apa pun yang ia mau harus menjadi miliknya tanpa terkecuali.

Empress of PhoenixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang