Bag 18

54 4 0
                                    

Rendra menatap kosong halaman sekolah mengingat kejadian yang tak ia inginkan hari ini.

"Gapapa Ren?" Tanya Loran menyodorkan air putih.Rendra hanya membalas dengan anggukan.

"Gak paham gue ada juga orang normal tapi pura pura bisu..." Lirih Rendra.

"Udahlah Ren....gausah dipikirin....lagian dia udah malu maluin kamu....Dia gak sadar diri kalo dia itu emang gak mampu...pantes sih kalo gak punya temen" Kata Loran lepas.

"Lo ngehina dia?" Tanya Rendra sedikit tersinggung.

"Enggak....cuma kan yang aku bilang kenyataan..."Loran menenangkannya

"Tapi nada lo kek ngehina" Kata Rendra menatap loran begitu sinis

"Enggak Ren...Beneran..." Loran terlihat khawatir

"Inget ya...kalo lo macem macem sama Nanda,gaada ampun buat lo meski lo cewek paling cantik sekalipun" Rendra berdiri meninggalkannya.

Rendra melirik jam tangannya tepat menunjukkan pukul 5:30 sore.Ia pikir semua orang dikelas sudah pulang.Namun,Baru selangkah ia mematung melihat Nanda tengah tertidur pulas,bajunya kotor namun nyaman tak nyaman ia menikmatinya.

Pertama kali senyuman tulus terlihat di bibirnya...

"Lo tau nan? Lo itu cantik...bahkan melebihi Loran sekalipun...." Batin Rendra tersenyum membangunkan gadis itu.

"Nan?...Bangun...udah mau malem..." Rendra mengetuk meja.Nanda Langsung terbangun karena suara itu suara yang tak ingin didengarnya.Nanda melempar tatapan benci + kecewa melihat Rendra.

"Mau pulang Bareng?" Tawar Rendra.

"Tidak,terimakasih" Jawab Nanda mengalungkan Tas nya.

"Udah mau malem loh...Nan..bareng aja ya..."Ucap Rendra lembut bagaikan bulu

"Aku bilang tidak ya tidak" Sahut Nanda dengan nada sedikit kasar.

"Nan....rumah lo jauh...udah ya gue anterin"Tawar Rendra sekali lagi

"AKU BILANG TIDAK YA TIDAK!!!!" Nanda kasar membentak Rendra kemudian berlari menghilangkan diri.

"Lo benci banget ya?..." Tanya Rendra pada dirinya sendiri.Ia tertawa kecil

"Kenapa gue pernah bully dia..."Rendra merasakan hal itu akan berbalik padanya.Semuanya.Pikirnya,Nanda bukan orang pendendam..tapi apa yang ia ucapkan tadi benar benar terbalik dari biasanya.

####

MooChi CaFe...

"Parah juga lo Ren bullynya..." Nyinyir pemilik kafe menemui Rendra tengah terpuruk.Rendra memanggilnya Mas Uk.

"Tau...gausah diingetin.." Rendra sewot

"Masalahnya ya ren...lo tuh ngebully cewek...padahal cuma karena dia cacat doang kan? Masa iya lo harus bully sih...Dan soal bisu..Mungkin dia itu pendiam makanya dia kalo ngomong males,tapi lo ngiranya Nanda nanda itu bisu..padahal dia bisa bicara,cuma dia males mau ngeluarin suaranya...istilahnya hemat lah" Ucap MasUk

"Caranya minta maaf gimana ya...." Rendra kebingungan

"Buat Dia bahagia..." Bisik MasUk

"Kayak gimana?" Tanya Rendra sedikit mempunyai pencerahan

"Nah...gini...." MasUk membisikkan kalimat ditelinga Rendra.

"Gitu....." Rendra mengangguk angguk

"Yap...Lusa kan Malem minggu tuh...bisa kan? Sekalian ungkapin perasaan mu itu Ren" Ucap MasUk

"Maksudnya?!" Rendra mengangkat Nadanya

"Gengsi! Lo tuh kesini biasanya curhat pasal NANDA NANDA NANDARA....terus...emang cewek disekolah lo cuma dia doang??????" Tanya MasUk

"Tapi kan Gue bilang nanda itu spesial...." Ucap Rendra

"Justru itu! Dia itu spesial bagi lo,gue liat mukanya biasa biasa aja..." Kata MasUk

"Itu karena lo homo" Rendra berdiri dan berlari sekencangnya keluar kafe.

"Bayar dulu kopinya!!!!!"

####

Rendra membanting helmnya digarasi.Perasaannya campur aduk setelah dinasehati MasUk.Rendra berjalan masuk lewat pintu samping dan mendapati seseorang tak asing baginya.

"Hai Albert... Du bist zu Hause?
(Hai Albert Kau sudah pulang?) "Sapa Pria yang masih tergolong awet muda.Tak lain adalah ayahnya.

"Warum ist Papa hier?
(Kenapa Ayah ada disini?) " Tanya Rendra melihat penuh pertanyaan

"Warum? Ist dein Haus nicht auch hier? Ich möchte nur kurz vorbeischauen.
(Kenapa? Bukankah Rumah ayah juga disini?Ayah ingin berkunjung sebentar) "Pria itu berdiri melebarkan senyuman dan tangannya agar Rendra bisa memeluknya

"Seharusnya ayah tak perlu kembali...ayah mati pun aku senang karena kau tak lagi dihidupku" Ucap Rendra mengalihkan bahasnya.Tentu ayahnya tau.

"Kenapa kau bicara begitu?" Tanya Ayahnya terbata bata menggunakan bahasa asing baginya.

"Tidak ada.Aku hanya senang jika Ayah mati ataupun pergi kemana dan tak kembali" Rendra dingin meninggalkan Ayahnya.Mengunci pintu rapat rapat.Ia membanting segalanya yang ada dikamar,buku,gelas dan lainnya.

"Kenapa???" Suara Rendra bergetar melihat tubuhnya tergeletak dilantai.Ia tak peduli kamarnya bak kapal pecah.Depresi Rendra berkurang melihat secarik kertas kosong disampingnya.

"Ah..." Rendra mengambil kertas dan bolpen yang berjarak tak terlalu jauh dengannya.

"Gue pengen liat Senyuman Nanda...." Aneh memang disaat Rendra memikirkan Ayahnya yang pulang tiba tiba,ia ingin menulis sesuatu untuk Gadis yang mungkin sudah mencuri hatinya.

Nandara...

Mungkin alay karena gue nulis surat kertas...itu karena gue gak punya nomor handphone lo...

Nan...gue tau selama gue satu kelas sama lo,gue jail,nakal bahkan bisa dibilang jahat bagi lo....apalagi gue pernah buat lo nangis...Dulu alasan gue...gue pengen lo kekuar dari sekolah itu...yang dimana gue berfikir kalo sekolah itu khusus anak normal dan kaya aja.

Tapi salah,
Nyokap gue bilang...semua orang itu punya kelebihan punya kekurangan...dan lo masuk ke sekolah elite gue yakin ada yang spesial dari lo meski gue gak tau jelas itu apa.

Gue gengsi.Memang.Tapi,ketika gue mutusin untuk ngejauhin lo dari David dengan cara gue pura pura deketin lo, gak tau kenapa gue ikut terbawa perasaan...meski gue masih malu ngungkapin nya...

Mungkin lo juga nan....meski lo udah ngomong kalo lo tau siasat gue...tapi nggak kalo urusan hati kan?

Hatiku tak bisa bohong...meski wajahku terlihat biasa saja...Nan...

Aku...

.......................................................

Sincerely,

Albert Joshep Wahlander...(Rendra)

Bersambung


































Sincerely-Aku tulus mencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang