Bag;28

46 5 0
                                    

Rendra menghubungi David ketika sudah sampai di lobby Rumah Sakit

"VID!!!!Nanda ruang berapa?!"

"Bangsal Mawar nomer 236 diluar ada phasley"

"Sip!!"

tut

"Bangsal Mawar nomer 236 gatau itu dimana tanya dulu tuh sama mbak mbaknya" Rendra menunjuk suster yang tengah berbincang di lobby.

"Permisi...." Panggil Hendra berlari kecil ke arah 2 suster.

"Ganteng yak...." bisik salah satu suster.

"Mas...mau nyari apa?" Tanya suster yang telah memujinya.

"Bangsal mawar dimana ya mbak?" Tanya Hendra disusul Rendra dan Alan.

"Mas naik lift ke lantai 6 ada lorong lurus dekat kamar Bayi" Jelas Suster itu tersenyum.

"Oh makasih mbak" Hendra mengangguk dan berjalan ke arah lift diikuti Rendra dan Alan.

Alan tak henti hentinya memandang nomor lantai lift.Memikirkan Nanda yang sudah sekarat karenanya. Rendra hanya menutup seluruh wajahnya membayangkan apa yang akan terjadi pada sosok gadis yang ia sukai itu.

Pintu Lift terbuka mereka pun berlari mencari bangsal dan nomor kamar Nanda.Hingga Rendra melihat phasley yang tengah menangis diluar dan berlari ke arahnya.

"Maaf tan..." Panggil Rendra.Phasley tak menjawab.Tangisnya tak berhenti.David keluar dari kamar Nanda begitu melihat mereka sudah sampai.

"Ren..." Panggil David."Ikut gue,ada yang perlu kita bicarain" David menarik tangan Rendra dan membawanya pergi.

"Tunggu!!" Alan mencegah mereka."Biarkan aku ikut" Lirih Alan memohon.David menatap tak suka kepadanya.Phasley berdiri dan memukul dada pria itu berkali kali.

"Untuk apa kau kesini?! Untuk apa?! Kau sudah membunuh anakku!!!Pergilah!!!" Phasley menampar hati Alan secara tidak langsung.

"Dia adikku...aku yakin itu.Dan ketika aku menyakitinya,aku juga yang akan bertanggung jawab atas dirinya" Kata Alan menepis tangan Phasley dan berjalan mengikuti mereka berdua.

.....

"Gimana Vid?" Tanya Rendra cemas.

"Nanda....kritis Ren..." Lirih David terududuk lemas.Rendra mengusap ubun ubunnya,sedangkan Alan mematung memikirkan nasib orang yang ia anggap adik.

"Nanda butuh pasokan darah banyak....dan juga...harus cangkok jantung..." Suara David bergetar menahan tangisnya.

"Jantung Nanda....bocor...dan dia butuh donor Jantung dan donor darah secepatnya....kalau kita gak dapet 2 itu...kemungkinan 4-5 hari lagi nanda........Meninggal" Ujar David menangis.Rendra melotot hebat tak kalah dengan Alan yang semakin stress dengan ungkapan David.

"dan golongan darah Nanda langka. AB-" Tambahnya

Rendra meremas tangannya dan berlari meninggalkan mereka.

"RENDRA!!!!" Teriak Alan.Rendra tak menggubris teriakan yang ada dibelakangnya.Ia berlari sambil menangisi apa yang telah ia dengar.Rendra berhenti di atap Rumah sakit melihat seluruh pemandangan yang terekam disana.

Sincerely-Aku tulus mencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang