-Luka di balik tawa-

66 11 4
                                    

Pak Heru memasuki kelas dengan wajah yang ditekuk.Anak-anak diam.Tak ada yang berani mengusik orang ini.Karena beliau terkenal killer dan tidak suka diusik.Sekali kalian mengusik guru ini maka urusan kalian akan sampai mati dikenang oleh orang ini.

"cepat buka buku kalian,dan melanjutkan pembahasan ranya memang sudah melemah termakan umur tapi tetap ketegasan orang ini tidak akan luntur oleh umur.

"pak saya mau ijin ke toilet". Bulan sudah menolak panggilan ini dari tadi,sekarang dia sudah tidak tahan lagi ingin memenuhi panggilan alam ini.

Pak Heru mendongak sebentar kemudian mengangguk tanda memperbolehkannya.

Setelah selesai menunaikan panggilan tersebut Bulan keluar kamar mandi dengan ekspresi lega.
Dia melihat Bintang menuju rooftop sekolah ini.
"Bintang". Panggil Bulan dengan langkah terburu.
"apa?". Tanya Bintang melihat mata Bulan.Lagi-lagi rasa rindu ini kembali muncul.
"lo enggak pelajaran?". Heran dari awal Bulan masuk sini sampai sekarang hanya pertanyaan itu yang ingin Bulan tanyakan.
"bukan urusan lo".
Benar ini bukan urusan Bulan.Memang Bulan siapa buat Bintang.Teman?iya kalau dianggap kalau enggak?. Bulanpun berbalik hendak pergi ke kelas.
"gue mau ngomong sama lo.Ikut gue ke rooftop". Pernytaan itu lantas membuat Bulan terdiam. Bintang menggandeng tangan Bulan dan mereka berdua menaiki tangga bersama.

"ada apa?kalo enggak penting gausah ngomong". Cewek didepannya ini jutek banget.

"mana hp lo?". To the point.

"buat apa?". Bulan menyerahkan ponselnya itu.

"udah jangan banyak bacot kalo nanti gue ngechat lo bales jangan di read doang.Ngerti?". Bulan tidak menyangka akan sejauh ini.Benar dia akan menulis lembaran kisahnya dengan tinta yang akan selalu menulis nama "BINTANG" sebagai tokoh utamanya.

Asap rokok mengepul diudara. Bintang menoleh kesamping melihat Bulan yang terperangah menatapnya. "kenapa lo ngeliatnya gitu banget?". Bulan terkesiap dan mengalihkan pandangannya. "enggak apa-apa". Tercipta keheningan beberapa lama.

Bulan berdiri dari duduknya."gue mau ke kelas". Bintang hanya meliriknya tanpa ingin menjawab. Saat menuruni tangga Bulan melihat tiga orang siswa yang diduga merupakan sahabat Bintang. Mereka duduk disamping Bintang dan ikut menyalakan rokok yang tadi mereka bawa.

--------

Bau anyir kembali menyengat indera penciuman Bulan. Rumah dengan pagar besar dihadapannya ini tidak lagi bercahaya,tidak lagi memancarkan kehangatannya.Sekarang rumah ini suram,gelap. Bulan lansung pergi kekamarnya tanpa menghiraukan pertengkarang yang lagi-lagi terjadi karena hal sepele.

"seharusnya kamu enggak seenaknya memecat dia,Indra!". Teriakan sang paman yang begitu dipenuhi amarah telah membuat rumah ini semakin tidak mengenakkan. Andai Bulan tega meninggalkan ayahnya disini sudah pasti dia akan hidup tenang dengan kakaknya.

"dia telah membuat kesalahan di perusahaan ini! Kamu tidak usah ikut campur dengan urusan saya!". Bentak Indra yang notabene adalah ayah kandung dari Bulan.Ayahnya memang seorang pekerja keras dan keras kepala. Keluarga sang ayah mempunyai jiwa yang tidak bisa dianggap remeh.Mereka semua kejam.Pesikopat. Bahkan apabila ada orang yang mengikut campuri urusan meraka. Mereka tak segan-segan untuk membunuhnya. Tapi mereka berbeda dengan Bulan,gadis dengan rambut panjang dan kulit yang putih pucat itu tidak mengikuti jalan papanya. Ia masih bisa menahan diri.

"Bulan lo dari mana sampai jam segini baru pulang?lo udah lupa sama rumah lo?". Mentari. Saudara kembar Bulan itu tiba-tiba menerobos masuk kamar. Bulan diam. Tapi bukan berarti dia kalah pembicaraan. Ia malas menanggapi orang ini.

ᏚᎻᎪᎠᎾᏔTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang