Bulan depan ujian akhir akan segera menanti para siswa. Banyak siswa yang begitu antusias dan menambah jam belajarnya. Hanya saja khusus untuk Bintang, cowok itu tidak mempermasalahkan ujian ini, toh nanti nilainya pasti sama saja.
Bahkan saat ini saja dia danteman-temannya tengah berada di kantin sekolah. Ya, mereka bolos jam.
"Mentari kenapa kagak pernah masuk sekolah ya?" tany Given tiba-tiba.
"Lo kangen?" Ocul menyahuti sambal memasukkan baksonya kedalam mulut. Given menjitak kepala Ocul membuat cowok itu mengaduh.
"Enak aja lo! gue cuman nanya ye," sergah Given.
"Alesan mulu lo, dasar tahu bulet!"
"Katanya Mentari masuk rumah sakit," ucap Bintang mebuat ketiga temannya menatap ke arahnya dengan heran.
"Kok lo tau?" tanya Nando curiga.
"Dikasih tau Bulan," jawabnya cepat tanpa menghiraukan tatapan teman-temannya ini. Dengan wajah datar Bintang meminum es teh yang ada didepannya.
"Makin deket aja lo sama tuh anak," ucap Given menggoda Bintang tidak menyahutinya dan masih sibuk dengan es teh nya.
Bintang langsung berdiri dari sana seolah-olah ingat sesuatu. "gue duluan," pamitnya pada teman-temannya.
Ketika ia sampai di tempat tujuan, bel istirahat berbunyi seantreo sekolah membuat para murid keluar dan berhamburan dari kelasnya.
Bintang mendatangi ruang basket sekolah. Benar dugaannya Bulan berada di sana tengah membaca buku. Akhir-akhir ini Bulan memang sering pergi kesini, biasalah dia butuh ketenangan mungkin.
Jujur Bintang masih sayang terhadap Bulan. Cowok itu sulit sekali untuk melepaskannya. Meski Bulan sudah menyuruhnya pergi. Tapi Bintang tidak bisa untuk menjauh.
"Lo udah makan?" tanya Bintang datar.
"Belum," Bulan menjawabnya tanpa menatap wajah Bintang membuat Bintang sedikit gregetan dengan cewek satu ini.
Tanpa diperintah Bintang duduk disamping Bulan. "Mau gue beliin?" tanya nya lagi.
"Nggak usah"
"Oke," Bintang mengakhiri percakapannya. Masih ada canggung di antara mereka.
satu detik
dua detik
tiga detik
Keheningan datang diantara mereka berdua. Bintang bingung harus bersikap bagaimana. Kalau disuruh memilih Bintang lebih baik menghadapi emak-emak rempong daripada harus mengahadapi cewek super dingin dan jutek satu ini.
"Basket mau adain tournament?" tanya Bintang basa-basi.
"Iya"
"Dimana?"
"SMA Ayodhya"
"Kapan?"
"Minggu depan"
"oh"
Bintang mengepalkan tangannya. Bahkan Bulan dia ajak bicara tidak melihatnya sama sekali, masih focus dengan buku yang ia baca.
Ketika Bintang sudah mulai bosan. Cowok itu berdiri hendak enyah dari sana. Tapi suara dingin Bulan berhasil menghentikan langkahnya.
"Nanti sepulang sekolah temenin gue jenguk Mentari," ucap Bulan yang kini tengah menatap Bintang tidak seperti tadi lagi.
"Oke, gue tunggu di parkiran," ada sedikit senyum terbit dibibir Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᏚᎻᎪᎠᎾᏔ
Teen Fiction[ Romance ] -ini semua tentang penderitaan yang tak kunjung mendapat kecerahan dari sang pencipta alam semesta- Seorang gadis yang selalu di timpa penderitaan di setiap langkahnya. Akankah dia mengalah dengan keadaan atau sebaliknya? Baca cerita ini...