-Belagu-

6 1 0
                                    

Langkah Bintang akhirya sampai juga di kelas XI IPS 2. Kelas Bulan. Ketika Bintang masuk, teman-teman Bulan memandangnya dengan tatapan heran. Kecuali para kaum hawa tentunya. mereka memandang cowok itu dengan kagum, seolah Bintang bak malaikat yang dikirim tuhan ke kelas mereka.

Tapi Bintang tetap berjalan menuju bangku Bulan dengan tenang. Kedua tangannya ia masukkan kedalam saku abu-abu nya. Dengan tatapan dingin khasnya. Sedangkan Bulan masih terpaku pada novel di depannya tanpa melirik siapa yang datang.

Binatng duduk di samping Bulan. Memandangi Bulan dengan pandangan yang rumit diartikan. Lama Bulan tidak menyadari kehadirannya, hingga akhirnya Bintang merebut dan menutup novel yang sedang Bulan baca.

Bulan kaget dan langsung menatap orang yang telah dengan berani merebut novelnya.

Bintang?!

"ngapain lo kesini?" tanya Bulan dingin. kini ia kembali menghadap depan.

"gue ada urusan sama lo," kata Bintang ikut dingin. ish emang dasar mereka aja yang terlalu gengsi satu sama lain. jadi makin lama deh ini cerita kelar.

"apa?"

"jangan di sini"

"penting?"

"iya"

"kalo penting bagi lo doang, gue ogah."

"bawel," setelah perdebatan itu Bintang langsung menarik tangan Bulan dan mengajaknya keluar kelas. Niat Bintang ingin mengajak Bulan ke rooftop sekolah. Tapi Bulan terus berontak sepanjang jalan. Jadi Bintang berhenti di koridor sepi.

"lo mau ngapain?" tanya Bulan was-was. Masalahnya nih tempat sepi bener cuy!

Bintang melihat raut muka Bulan yang tegang. "pikiran lo gak usah jorok ya! gue cuman mau nanya sesuatu doang." jelas Bintang agar Bulan tidak berburuk sangka padanya.

"ya udah sih cepet. dari tadi lo bacot terus." Bulan mulai senewen. Bulan mengalihkan pandangannya ke lain arah. Prinsipnya untuk saat ini, jangan pernah lihat ke arah dia.

"oke. Mentari kemana?"

DEG!

kenapa saat ini hati Bulan merasa sesak? seolah ada yang menggenggamnya begitu erat dan kemudian memecahnya berkeping-keping. Kenapa ini tuhan?

"rumah sakit," singkat. Jawaban Bulan sangat singkat. Bintang menatap tangan Bulan yang lebam dan kemudian beralih menatap mata dingin cewek itu. Bintang melihat kekosngan di mata dingin itu. Bulan butuh seseorang. ya, cewek ini butuh seseorang.

detik berikutnya Bintang memaki dirinya yang bodoh karena mengajukan pertanyaan tidak berguna itu. Seharusnya Bintang menanyakan keadaan Bulan dan membawanya ke UKS agar lebam ditangannya sembuh.

"udah? lo cuman nanya itu doang?" tanya Bulan menyadarkan Bintang. Cowok itu segera menegakkan tubuhnya.

BELUM. GUE MASIH PENGEN LIHAT WAJAH LO BULAN.

"kenapa Mentari ada di rumah sakit?" tanya Bintang sekali lagi, agar Bulan tetap ada di sini. Agar dia tidak lagi pergi dan meninggalkannya.

"bukan urusan lo!"

"urusan Mentari, jadi urusan gue juga"

"emangnya lo siapanya?"

"gue suka sama Mentari. puas?"

Bulan langsung diam seribu Bahasa. Padahal baru kemarin Bintang bilang kalau cowok itu sayang padanya, tapi sekarang kenapa dia bilang seperti ini?

Apa semua cowok hanya mempermainkan perasaan wanita? apa mereka tidak pernah memikirkan rasa sakit yang telah mereka ciptakan?

"oh," hanya itu yang keluar dari mulut Bulan. Ia hendak pergi dari sana. Tapi Bintang menarik tangannya dengan lembut.

ᏚᎻᎪᎠᎾᏔTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang