-Jangan Nangis-

17 3 0
                                    

senja menemani kemacetan Jakarta dengan keindahannya. Tadi Bintang tidak mau langsung pulang hingga akhirnya mengajak Bulan ke suatu tempat yang indah untuk menatap langit malam. padahal sudah lebih dari dua jam mereka berada dalam mobil milik Bulan.

Bulan yang mulai jengah akhirnya bertanya kepada Bintang. "kita mau kemana sih Tang?!" tanyanya dengan nada yang dinaikan.

cowok di sebelahnya tidak menjawab, matanya tetap mengarah lurus ke jalanan depan.Bulanpun yang mulai bosan hanya bias menatap kesibukkan ibu kota lewat kaca mobilnya.

"jangan lihat jalanan," tiba-tiba Bintang bersuara membuat Bulan agak terkejut mendengarnya. Bulan melirik ke arahnya sebentar. tatapan Bintang masih pada jalanan di depannya.

"kalo ngomong tuh liat wajah orangnya," sindir Bulan dengan tatapan sinis.

Bintang menatap Bulan. "iya sayang," ucap Bintang dengan nada lembut membuat Bulan merasa kege-eran.

keheningan kembali masuk dan mengambil tempat di antara mereka, hingga mobil yang mereka kendarai berhenti di suatu tempat. Bulan keluar dari mobil dan menatap ke sekeliling, banyak sekali pengunjung yang datang ke sini.

"ayo masuk," ajak Bintang sembari menggandeng tangan Bulan. mereka menaiki bukit yang ada di sana. banyak orang-orang yang pergi ke sini dengan pasangannya, termasuk Bulan dan juga Bintang.

Bintang berhenti tepat di tengah-tengah bukit. ia mendongakkan kepala melihat keindahan langit malam yang ditaburi banyak bintang. bintang kok lihat bintang pikir Bulan.

"menurut lo lebih indah mana langit malam ini sama gue?" tanya Bintang tiba-tiba membuat Bulan gelagapan.

"langit," jawabnya singkat. Bintang menatap mata Bulan kemudian beralih menatap langit lagi.

"kalo bintang di langit sama gue?" tanya Bintang lagi.

Bulan menghela nafas. "bintang di langit lah," jawab Bulan jujur dan tanpa beban saat mengatakannya.

"lo mau gue bawain?"

"bawain apa?"

"bintangnya."

"emang lo bias?" tanya Bulan tidak percaya.

Bintang mengangguk yakin. "apapun buat lo, Lan," ucap Bintang dengan senyum.

Bulan hanya diam dan memandang langit malam. indah. bahkan lebih indah dari kisah tuhan untuknya. kemudian ia beralih menatap tangannya yang masih berada dalam genggaman makhluk setengah jadi itu.

"dua hari lagi gue mau ke luar kota," kata Bintang membuyarkan lamunan Bulan. cewek itu melepas genggamannya dan beralih menatap Bintang dengan alis mengernyit. bingung.

"terus lo ngapain ngomong sama gue?" tanya Bulan.

"ya siapa tahu lo nyariin gue," ujar Bintang menggoda Bulan.

Bulan mengangkat bahunya tidak peduli dan mengambil ikat rambut di kantong jaketnya. namun Bintang menahannya ketika hendak menguncir rambutnya.

"jangan di kuncir," ucap Bintang mencegah tanagan Bulan.

"kenapa?"

"lo cantik kalo rambutnya di gerai."

"terserah," Bulan lebih memilih untuk mengalah dengan makhluk satu ini. ia memasukkan kembali ikat rambutnya dan memutuskan untuk diam sembari menatap langit malam yang indah itu.

Tak lama setelah keheningan kembali muncul di antara mereka, tiba-tiba kembang api muncul mewarnai langit malam yang dingin. Membuat pahatan paling indah di bibir Bulan.

ᏚᎻᎪᎠᎾᏔTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang