-Langit yang menjadi saksinya-

10 2 1
                                    

Pak Tomo memasuki kelas dengan mengenakan kaos olahraga dan membawa sebuah bola basket di tangan kanannya. Hari ini sebenarnya beliau ada jam di kelas Bintang. Tapi berhubung karena ada urusan penting, jadi beliau hanya memberi beberapa pesan untuk kelas tersebut.

"Pagi anak-anak. Hari ini saya minta maaf karena tidak bias mengajar kalian. Tapi kalian jangan khawatir, saya sudah menugaskan anak didik basket saya untuk mengajari kalian meskipun sedikit," terangnya dari depan kelas.

Bintang dan teman-temannya yang duduk di bangku belakang hanya memperhatikannya dengan bosan. Kalau pikir kalian Bintang itu pro basket, berarti KALIAN SALAH BESAR! dia itu tipe cowok yang tidak suka olahraga basket. Menurutnya basket itu terlalu banyak peraturan main.

"kabur kuy nanti pas waktu olahraga. Males gue," ajak Given dari bangku sebelah Bintang. Bintang tidak menjawabnya. 

"iya bos. Mending ntar kita ke rooftop aja. Ngadem di sana," tambah Ocul membuat keduanya melakukan high five karena sependapat.

"terserah kalian," jawab Bintang singkat.

"HEH BELAKANG!!! JANGAN RAME SENDIRI DONG, SAYA DISINI LAGI BICARA LOHHH!!! HORMATI SEDIKIT DONGG!!" Teriak Pak Tomo di histeriskan.

Ocul langsung berdiri dari kursinya dan segera melakukan hormat kepada Pak Tomo."nih pak. Kurang hormat gimana coba saya?" tanya Ocul ikut meniru gaya bicara guru berkepala botak itu.

"sudah-sudah. Saya nggak punya banyak waktu, maklum lah ya orang penting," setelah mengucapkan itu beliau langsung pergi dari kelas Bintang.

Tanpa dikomando teman sekelas Bintang langsung menyerbu ke lapangan basket indoor yang ada di sekolah mereka. Tentu saja Bintang, Ocul, Given, dan juga Nando akan lebih memilih pergi ke rooftop sekolah.

Sesampainya mereka di sana. Suasana sepi nan tentram mengalir di antara mereka berempat. Hal selanjutnya yang mereka lakukan adalah duduk di kursi kebesaran mereka masing-masing sembari mengisap rokok yang mereka bawa.

Tentunya hanya Nando yang tidak melakukan hal itu, cowok itu lebih memilih bermain game online di ponselnya.

"NIKMAT BENER DAHH NIH IDUP!!" ucap Ocul jenaka sembari merentangkan tangannya bebas.

"emang selama ini idup lo belum nikmat Cul?" tanya Given polos menatap Ocul.

"maklumlah, dia kan masih jomblo," Bintang yang sedari tadi bungkam ikut nimbrung menambah kehangatan di antara mereka.

"jangan mentang-mentang lo uda punya pacar ye! gue tikung mampus lo Tang!" ancam Ocul yang disambut jitakan kepala oleh Given.

"siapa juga yang punya pacar," jawab Bintang jutek.

"lah emang lo sama Bulan kalo bukan pacaran namanya apa coba?" tanya Given dengan alis dinaik turunkan.

"IYA LO TANG! pacaran tapi nggak ngasih peje!" heboh Ocul.

"serah lo pada deh mau ngomong apa," Bintang mengalah.

"tapi kalo lo jadian sama Bulan, cocok juga jadi couple goals SMA Wisteria," kini giliran Nando yang ikut menggoda Bintang. Cowok itu tengah menunggu memasuki arena game.

"apaan sih. Udah sono main game aja lo biar gak banyak bacot kayak si Ocul!" ujar Bintang membuat Nando mengedikkan bahunya dan kembali focus dengan ponselnya.

"WIHHH PINTER LO NDO! MAS BINTANG SAMA MBAK BULAN. COCOK BANGET TUHH!!" teriak Ocul sambil membayangkannya.

Bintang tidak menghiruakan ocehan Given dan Ocul lebih lanjut, bisa-bisa tambah ngawur entar. Ketika mata cowok itu menatap langit biru ibu kota. Saat itu juga ia ingat tentang percakapannya dengan kakak Bulan.

ᏚᎻᎪᎠᎾᏔTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang