-Awal Bencana-

10 5 0
                                    

"Bulan!"

Bulan menoleh ketika mendengar panggilan tersebut. Mentari berdiri dihadapannya, tapi tunggu dulu sepertu ada yang berbeda darinya.....Kenapa dia memakai seragam sekolah sama seperti Bulan?.

"lo ngapain pake seragam sekolah gue?" tanya Bulan dengan nada sedikit tinggi.

"hari ini gue bakalan pindah sekolah," ucap Mentari bangga.

Mulut Bulan menganga sempurna. "Hah?! Lo pindah ke sekolah gue?" tanya Bulan lagi tak percaya.

Mentari mengangguk singkat. " Papa yang mau gue pindah. Katanya sih, gue harus jagain lo," jawabnya enteng.

Bulan tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. tangan Mentari menarik lengan Bulan dengan kasar. "lo berangkat sama gue!" ucap Mentari sedikit membentak.

"ogah! gue nggak sudi berangkat bareng lo!" sahut Bulan ikut membentak.

"ya udah terserah lo," Mentari melepaskan cengkramannya. "oh iya. lo lagi deket sama cowok kan? mending lo jauhin tuh cowok. Bukan apa-apa sih tapi gimana ya, lo tuh nggak cocok sama dia asal lo tau."

"bacot lo! bilang aja kalo lo tuh iri kalo gue punya pacar," kata Bulan dingin. Mentari menghela nafas kasar.

sejak dulu memang Bulan sulit sekali untuk dinasehati bahkan sekedar untuk diajak bergurau saja dia tidak pernah menanggapinya, Bulan memang cewek aneh yang pernah ada.

"lo inget ya, Lan. gue bakal ngerusak hubungan kalian! dan lo akan gue buat menderita." Nada bicara Mentari terdengar serius. Bulan tahu sifat saudara kembarnya ini, dia tidak akan pernah berbohong dengan kata-katanya.

Tapi memangnya kenapa kalua Bintang direbut? toh Bulan juga bukan siapa-siapanya. mereka hanya sebatas teman. tidak lebih. jadi Bulan cukup sadar diri.

"terus? urusannya sama gue apa? nggak ada kan?" tanya Bulan beruntun.

"oke kalo itu kata lo," ucap Mentari mulai mendekat ke arah Bulan. "jangan nyesel kalo sampe Bintang jadi milik gue, dan dia bakal ngelupain lo selamanya." Mentari menepuk pundak Bulan dan meninggalkannya di tempat.

Bulan membeku ditempatnya. kata-kata Mentari barusan sangat serius dan terdengar tidak main-main. ia menatap kepergian Mentari dalam diam, otaknya tengah berpikir keras untuk mengelak kalimat itu tapi hatinya tidak rela kalau sampai kalimat itu benar-benar terjadi.

aku tidak akan membiarkan siapapun mengganti, bahkan menggeser posisiku dalam hidupmu. itu janjiku padamu.

--------

seorang cewek dengan seragam sekolah ketat berjalan masuk kedalam kelas Bintang. semua mata tertuju padanya, antara terpukau dengan kecantikannya atau tidak suka dengan gaya berpakaiannya yang sangat tidak sopan untuk seorang pelajar.

"perkenalkan anak-anak. ini Mentari, siswi baru di SMA Wisteria." ucap Bu Diyah di depan kelas. memang beliau bukan wali kelas mereka, tapi hari ini jam pertama adalah pelajarannya.

setelah memperkenalkan dirinya, Mentari dipersilahkan duduk oleh Bu Diyah. Mentari berjalan dijajaran bangku Bintang CS. mereka menatap Mentari terpukau, kecuali Bintang. cowok itu malah menunduk memainkan ponselnya.

Mentari duduk dibelakang Bintang. selama jam pelajaran ia tak pernah focus dan terus terpaku pada Bintang. hingga bel istirahat berbunyi, Mentari ingin berkenanlan dengan Bintang dan mengajaknya berdialog.

"lo Bintang?" tanya Mentari memberanikan diri. Bintang menoleh dan menatap Mentari sesaat.

"ya," jawab Bintang singkat. cowok itu berdiri hendak pergi. Mentari menahan tangannya, ia masih ingin menanyai Bintang lagi.

ᏚᎻᎪᎠᎾᏔTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang