9. Is it Obvious?

979 168 147
                                    

Sheila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sheila

Lima menit setelah Senja nge-chat gue dan bilang kalau dia bakalan berangkat bareng Exy, Bima telepon. Katanya sebentar lagi sampai. Kurang dua tikungan saja kalau arahnya sesuai map.

Untuk case Senja sih, padahal nggak usah bilang juga gue tahu kok dia bakalan berangkat sama Exy. She told me right after he went home.

Gue cuma nggak menyangka aja bisa secepat itu mereka bergerak.

Nice.

Gue jadi merasa sedikit tenang karena mungkin dengan begini, gue bisa lebih fokus ke hubungan gue sama Bima yang bisa dibilang berada dalam tahap penjajakan.

Berjalan ke basement dan menunggu sekitar dua menitan, akhirnya gue melihat Rush putih milik Bima yang mulai mendekat, dan berhenti tepat di depan gue yang tengah berdiri menunggu kedatangannya.

Sebenarnya, gue mau langsung naik sewaktu Bima menurunkan kaca mobilnya dan menyapa gue. Tapi ternyata, laki-laki itu malah meminta gue untuk menunggu sebentar selagi dirinya sendiri turun dari mobil.

"Kenapa turun, Bim?" Gue bertanya ketika Bima sudah berada tepat di depan gue, menyebelahi pintu mobil.

"Manner. Hahaha. Ayok, kalau sekarang udah boleh masuk," jawab Bima sambil membukakan pintu passenger seat depan, dan memersilakan gue untuk masuk ke mobilnya.

"Astaga. Kirain apaan." Gue merespons dengan senyum yang tanpa sadar melengkung di bibir.

Setelah kami berdua memasang seatbelt, Bima mulai melaju meninggalkan basement apartemen gue untuk membelah hiruk-pikuk jalanan Jakarta di sore hari.

"Mau nyetel radio, La?" tanya Bima lembut.

"Boleh."

"Ya udah gih, puter aja. Biasanya kalau jam segini tuh Trax lagunya bagus-bagus," ucap laki-laki itu lagi, sesekali menoleh ke arah gue.

Menuruti apa kata Bima, gue mulai menyalakan radio dan menemukan gelombang Trax FM setelahnya.

Pas banget lagu Better Man milik Westlife lagi diputar, dan gue tanpa sadar tersenyum senang karena memang gue suka sama Westlife dari jaman masih SMP.

"Suka Westlife, La?" tanya Bima saat dia sadar gue jamming to the song sendirian.

"Iya, Bim. Suka dari zaman masih berlima. Desperate asli waktu Bryan keluar pas gue lagi suka-sukanya.

Bima terkekeh. "Tahun berapa sih itu, La? Kakak gue juga uring-uringan waktu itu, tapi gue nggak inget kapan pastinya. Soalnya tahu lah, cowok lebih suka Avenged Sevenfold, nggak ngikutin boyband."

"Dua ribu empat, Bim. Soalnya waktu itu tuh, favorite gue ya si Bryan itu. Asli deh patah hati terbesar gue kayaknya."

Lagi-lagi Bima tertawa, yang kali ini terdengar lebih kencang. "Sama diputusin cowok lebih sakit mana La, rasanya?"

Senja Untuk Sheila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang