3. Sakit Hati Yang Pertama

1.4K 235 84
                                    

Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja

'Sheila tuh punya teman nggak, sih?'

Itu adalah pertanyaan yang seringkali muncul di kepala setiap gue melihat Sheila selalu sendirian ke mana saja. Makan siang sendirian, berangkat-pulang juga sendirian naik motor matic

Gue belum sempat bertanya langsung karena sebenarnya, gue juga nggak enak kalau harus kepo. Kok, kesannya gue terlalu mengurusi hidupnya yang terlihat baik-baik  saja begini.

Makanya, gue sempat kaget saat tiba-tiba Sheila mengajak gue untuk pergi kumpul ke tempat favorite-nya bareng teman-temannya yang entah, gue nggak tahu mereka siapa.

Gue pertegas ya, teman-teman Sheila.

Dia punya teman. At least, hidupnya nggak monoton-monoton bangetlah ya. Soalnya, bukan mau terlalu percaya diri atau bagimana, tapi memang setahu gue, teman Sheila itu ya cuma gue saja. Bahkan, Danang yang tetanggaan sama dia pun, nggak pernah kelihatan main bareng perempuan itu.

Tapi ini, dua hari lalu tiba-tiba Sheila ngajakin gue untuk ikut merayakan ulang tahun temannya di Dragonfly. 

Wow! Dragonfly, man. 

Orang-orang juga tahu kan, Dragonfly tempat apaan? Clubbing. Dan Sheila bilang kalau itu tempat favorite dia sama teman-temannya. 

Jujur saja gue ggak habis pikir. Karena gue kira, walaupun Sheila anaknya begitu —doyan ngerokok dan berantem— dia nggak bakalan suka clubbing-clubbing.

Soalnya, di club pasti banyak orang dan Sheila tipikal manusia yang nggak suka sama keramaian. 

Does twelve years of being apart literally change everything? 

Maksudnya ya itu tadi, gue jadi seperti mengenal Sheila sebagai orang yang baru daripada Sheila yang dulu suka nyari capung buat dilepas lagi. 

But, whatever lah. Gue tetap bakalan happy kok dengan fakta kalau Sheila ternyata punya beberapa teman yang sebentar lagi bakalan gue temuin.

Anyway, gue sekarang lagi dalam perjalan untuk menjemput Sheila di apartemennya yang terletak di Rasuna Said. 

Sebelumnya, gue pernah sekali mengantar Sheila pulang ke apartemennya, saat kebetulan ban motor perempuan itu bocor dan anaknya bersikeras pengin coba mendorong sampai tukang tambal ban terdekat.

Waktu itu gue langsung minta tolong sama OB yang kebetulan shift malam untuk beresin urusan motor Sheila, sementara orangnya sendiri gue antar balik ke apartemennya.

Lagian, jam sembilan malam juga. Gue takut kalau Sheila malah jadi incaran orang-orang nggak beres di luar sana. Walaupun Sheila waktu SMP jago berantem, kan, dia tetep saja perempuan.

Naluri melindungi gue sebagai laki-laki langsung memberontak dong, tentu saja.

Sewaktu gue sampai di basement apartemen Sheila, ternyata yang bersangkutan sudah stand-by menunggu di depan. Rambut pendeknya yang berwarna hitam itu dijepit unyu pakai jepitan mutiara hits yang sering dipakai sama anak-anak zaman sekarang.

Senja Untuk Sheila Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang