Sheila
Gue jahat.
There's nothing can describe me better than that. Gue tahu itu. Tapi ternyata, gue masih dalam peran gue untuk berpura-pura bodoh saat Bima, lagi-lagi memperlakukan gue dengan begitu manis.
Setelah kejadian Senja datang ke apartemen gue malam itu, gue janji ke diri sendiri untuk berkata jujur di depan Bima dan juga Exy.
Gue mau semua ini clear. Tapi ternyata gue terlalu pengecut dan malah memilih untuk menunda itu semua, manakala Bima datang dengan lengkung senyum di bibirnya sembari menawarkan diri untuk belanja snack di supermarket sebelum keberangkatan gue ke Bali.
Mimpi gue tadi malam juga nggak begitu bagus. Malah bisa dibilang buruk.
Gue mimpi berada di ruang kosong yang luas, sendirian, dan nggak ada sama sekali yang mendengarkan teriakan gue.
Exy, Bima, Bayu, Bian, bahkan Senja dan juga Zizi, semuanya pergi.
Gue takut semua itu kejadian. Either gue yang harus meninggalkan mereka, atau mereka yang meninggalkan gue seperti yang terjadi di mimpi.
Sheila isn't ready to be alone.
Sheila is... afraid.
Lamunan gue buyar begitu suara dari flight attendant terdengar melalui speaker. Melirik ke arloji dan membenarkan posisi duduk gue, setelahnya gue membangunkan Senja yang masih tertidur di kursi sebelah.
He looks so peaceful.
"Sen, mau sampai." Gue berkata sembari menepuk pelan bahu Senja.
Laki-laki itu mengerjap beberapa kali sambil menengok ke kanan dan kiri, hingga akhirnya tersenyum setelah sadar kalau kami berdua sedang berada di pesawat dalam perjalanan ke Bali.
"Eh, ya ampun gue ketiduran ya?" tanyanya sambil mengucek mata dan sedikit menguap.
"Nggak. Lo mati suri," jawab gue sekenanya, karena memang Senja tadi tidurnya lebih mirip orang mati. Capek banget apa ya?
"Tadi malem nggak bisa tidur Sel, nyiapin speech sama bikin product knowledge sister property yang ada di Batam. Tengah malem banget ditelepon sama si James. Berengsek emang."
Gue terkekeh mendengar sungutan Senja. "Ya ntar nyampe hotel tidur lagi aja, lagian acaranya masih besok sore ini."
Senja menggeleng dan menggoyangkan satu telunjuknya. "No no. Masa udah sampai Bali malah tidur sore, mana hari Jumat pula. Ya jangan dong, mending kita ke mana kek gitu jalan-jalan," ucapnya. Raut wajahnya berubah dan tampak bersinar seketika.
"Ya udah dong, jangan merengut terus muka lo. Jelek tau, Sen."
Senja cuma meringis. "Siap, Bu Sheila," ucapnya, mencubit ujung hidung gue sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Sheila
Roman d'amour[SELESAI] Sheila dan Senja. Mereka ibarat yin dan yang, hitam dan putih, Sahara dan Greenland. Terlalu kontras dan berlawanan. Tapi, bagaimana jika ternyata konsep sebuah kenyamanan adalah sesuatu yang berlawanan? Han Seungwoo as Rajendra Purnama S...