Sheila
"You sure you wanna join the sister property in Batam, Sheila?"
Pertanyaan yang keluar dari mulut James Langford adalah satu-satunya jalan pintas yang bisa gue dapatkan untuk kabur dari kenyataan.
Tahu kan, Sheila is a coward.
Gue paham betapa pengecutnya gue untuk memilih lari meninggalkan semuanya daripada harus tetap stay, dan menanggung konsekuensi dari perbuatan gue selama ini.
Tapi sekali lagi, Sheila is a coward. Sheila adalah seorang pengecut yang memasang topeng sangar di wajah. Realitanya, semuanya sangat jauh dari ekspektasi orang-orang yang berpikir bahwa seorang Sheila Jasmine Kirani adalah perempuan yang bisa dijadikan role-model. Karena faktanya, memang tidak demikian.
Kembali ke kenyataan. Saat ini gue masih duduk menghadap James Langford di ruangannya, dengan ditemani secangkir teh panas yang dipesannya dari restoran, namun sama sekali belum gue sentuh karena takut akan konsekuensi perut begah kalau gue nekat minum teh sebelum sarapan.
"Yes, Sir. I think I wanna take this rare opportunity. This can't be missed, right?" jawab gue, mengangguk setelahnya.
James melipat kedua tangannya di depan dada, duduk bersadar pada kursinya, lalu sedikit menggumam.
"You never agreed before. So, what makes you change your mind?"
Gue menelan ludah. Berikutnya, gue terpaksa meminum sedikit teh di cangkir karena mendadak tenggorokan gue jadi kering akibat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut General Manager di depan gue ini.
Sebenarnya, gue sudah antisipasi kalau James pasti akan menanyakan hal ini, mengingat gue selalu menolak tawaran untuk join di property Batam walaupun dengan jabatan yang lebih tinggi.
Tapi tetap saja, mendengar pertanyaan itu terlontar secara langsung, gue nervous.
"It's just..." Gue menelan ludah sekali lagi sambil memaksakan senyuman. "I—"
"I know, it's okay." James memotong omongan gue sebelum sempat berlanjut. "It's your privacy, I won't ask more," tuturnya, yang langsung membuat gue merasa lega karena tidak harus memutar otak mencari alasan.
"Thanks."
"No problem. Anyway, you don't have to wait for a month, I can send you there two weeks in advance. How's that?"
Mata gue membelalak otomatis begitu mendengar ucapan James barusan. Dua minggu?
"But it's fine if you still need more time to prepare, Sheila. The decision is in your hand. But, don't make it too long because I don't like waiting," lanjut James, meletakkan kembali kedua tangannya di atas meja, mencondongkan sedikit tubuhnya, dan menatap gue lamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Sheila
Romance[SELESAI] Sheila dan Senja. Mereka ibarat yin dan yang, hitam dan putih, Sahara dan Greenland. Terlalu kontras dan berlawanan. Tapi, bagaimana jika ternyata konsep sebuah kenyamanan adalah sesuatu yang berlawanan? Han Seungwoo as Rajendra Purnama S...