8

9.4K 1.3K 73
                                    

Brak!

Pintu apartemen Taeyong dibanting dengan keras membuat Taeyong dan Ibu Jaehyun yang tengah berbincang kaget setengah mati. Jaehyun yang menjadi pelaku pembantingan pintu masuk ke dalam apartemen dengan aura gelap di tubuhnya.

Ibu Jaehyun dan Taeyong saling berpandangan menerka-nerka apa yang terjadi dengan Jaehyun yang biasanya pulang ke rumah dalam keadaan semangat kini malah terlihat marah. Hari ini hari terakhir ujian kelulusan namun Jaehyun terlihat suram. Padahal biasanya pada hari terakhir ujian para siswa akan menyambutnya dengan suka cita namun tidak dengan Jaehyun.

Dengan segera Taeyong menyusul Jaehyun yang berada di dapur. Taeyong menemukan pemuda Jung itu terlihat buru-buru minum air putih.

"Demi Tuhan Jae!"

Jaehyun hanya melirik Taeyong sekilas, menghiraukan sahabatnya itu.

"Kenapa wajah babak belur begini? Kenapa seragammu lusuh? Bibirmu robek?" Tanya Taeyong lagi.

Jaehyun masih diam sambil minum air.

"Kau habis berkelahi? Di hari terakhir ujianmu?"

Jaehyun hanya diam melewati Taeyong menuju kamarnya namun Taeyong dengan sigap menahan lengannya yang membuat Jaehyun berhenti berjalan dan menatapnya marah.

"Jawab aku Jae!" Desak Taeyong lagi.

"Bisakah hyung diam? Kepalaku ingin pecah rasanya"

"Jawab dulu, oke?"

"Aku baru saja meninju Mingyu dan gengnya"

Taeyong terdiam mendengar ucapan Jaehyun barusan. Bagaimana bisa Jaehyun di hari terakhir ujian malah berkelahi dengan temannya sendiri?

"Kalau hanya diejek kenapa harus berkelahi sih?"

"Hyung, kalau dia hanya mengejekku aku masih terima saja"

"Lalu?"

"Hyung dan bayi kita yang ia ejek"

"H-huh?"

Jaehyun menghela napas menahan emosi yang akan keluar namun ia harus menahannya agar Taeyong tidak sedih. Seharusnya tadi lebih baik tidak usah pulang ke apartemen saja jika kejadiannya akan seperti ini, pikir Jaehyun.

"Mereka bilang kalau hyung aneh dan cacat karena bisa hamil. Mereka juga bilang hyung murahan seperti jalang yang kehausan sex dan mereka mendoakan bayi kita memiliki kelakuan buruk"

Jadi tadi setelah ujian usai, Jaehyun dan teman-teman sekelasnya berkumpul untuk merayakan ujian terakhir mereka. Mingyu adalah teman sekelas Jaehyun namun mereka berdua tidak terlalu akrab, lebih tepatnya Jaehyun yang malas berteman dengan Mingyu karena ia selalu berbuat ulah di sekolah. Jaehyun malas berhubungan dengan anak pembuat onar. Mereka sekelas makan bersama di salah satu  rumah sahabat mereka. Semua berjalan dengan baik hingga tiba-tiba Mingyu mengambil mic yang dipegang oleh MC dan memberitahu teman-temannya kalau Jaehyun sebentar lagi akan menjadi ayah. Hell, tahu dari mana si Mingyu itu.

Semua yang ada di sana mendadak kaget, Jaehyun yang mengerti situasi langsung menjelaskan hal yang terjadi sebelum semuanya berspekulasi yang aneh-aneh. Setelah pengakuan tersebut Jaehyun mendapat banyak ucapan selamat dan doa untuknya. Akan tetapi berbeda dengan Mingyu dan gengnya yang sengaja berbicara keras mengenai Jaehyun ketika Jaehyun sedang berbicara dengan temannya yang lain.

Jaehyun yang emosi langsung saja meninju wajah Mingyu dan membuat kegemparan di acara perpisahannya itu. Jumlah teman Mingyu ada 4 jadi Jaehyun berkelahi 1 lawan 5, tidak ada satupun teman kelasnya yang membantu melerai karena Jaehyun yang melarang mereka. Sekali-kali mulut kurang ajar Mingyu harus diberi pelajaran apalagi hari ini hari terakhir mereka bertemu jadi Jaehyun langsung gas saja.

Perkelahian akhir usai ketika Mingyu tak sadarkan diri karena Jaehyun memukulnya dengan sangat kuat. Para sahabat Mingyu sudah tidak kuat melawan Jaehyun yang menggunakan kemampuan taekwondonya. Tanpa pamit Jaehyun langsung pulang karena menurutnya untuk apalagi ia di sana, malah memperburuk keadaan. Makanya Jaehyun pulang dengan keadaan masih kacau karena tidak sempat membersihkan lukanya.

"J-jae....." Taeyong kehabisan kata-kata.

"Untung saja mulutnya sudah berhasil ku tinju sampai robek jadi dia tidak bisa mengejek hyung dan anak kita lagi"

Taeyong kehabisan kata-kata lagi dengan ucapan Jaehyun barusan. Jaehyun dalam kondisi marah adalah hal yang menakutkan, apalagi dengan tubuhnya yang besar serta beberapa minggu ini Jaehyun berlatih taekwondo bersama Jaejoong. Jaehyun yang sekarang sudah tidak lembek akibat didikan keras oleh Jaejoong. Taeyong bergidik ngeri membayangkan kondisi Mingyu dan teman-temannya yang pasti babak belur parah.

"Jae, lalu kondisi teman-temannya bagaimana?"

"Entah mungkin gegar otak aku tak peduli, hyung"

"Aku tidak tanggung jawab kalau sekolah menuntutmu"

"Biarkan saja, aku tak peduli"

"Lalu membiarkan anak kita memiliki ayah yang putus sekolah?"

Bug!

Taeyong meninju lengan Jaehyun membuat sang pemilik mengaduh kesakitan. Ayolah meskipun Jaehyun sudah bisa sedikit teknik taekwondo dan Mingyu berhasil dijatuhkan tidak membuat Jaehyun tidak terkena pukulan dari gengnya Mingyu apalagi Jaehyun kalah dalam jumlah.

"Hyung sakit!"

"Bodoh! Sini aku obati lukamu"

Taeyong langsung menarik Jaehyun menuju kamar mereka dan menyuruh Jaehyun duduk di kasur untuk diobati

"Ada eomma?" Tanya Jaehyun yang baru ingat tadi ketika ia datang ada ibunya yang berkunjung.

"Ah iya! Aku lupa ada eomma, sebentar aku cek eomma dulu"

"Jangan hyung, di sini saja. Aku takut nanti kalau keluar malah makin dimarah eomma"

"Salahmu sendiri berbuat nakal seperti ini"

"Ya habisnya aku emosi hyung. Aku janji tidak lagi, oke?"

Taeyong berdecak malas lalu mencubit pipi Jaehyun gemas atas kelakuan Jaehyun.

"Sakit hyung~" rengek Jaehyun manja.

"Awas saja kau mengulanginya lagi. Lain kali biarkan saja mereka berbicara mengenai kita toh mereka tidak memberi kita biaya hidup. Aku hanya ingin hidup tenang tanpa beban pikiran, Jae. Tahanlah emosimu sedikit, oke?"

"Eum"

"Tidurlah kau pasti lelah karena habis marah-marah hari ini" pinta Taeyong ketika ia telah selesai mengobati luka yang ada di wajah Jaehyun.

"Hyung aku belum makan malam"

"Ambil saja sendiri, aku mau curhat dulu dengan eomma" ucap Taeyong langsung meninggalkan Jaehyun yang merengek padanya.

"Hyung~"


-To be Continued-

PROBLEMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang