Smell

785 85 4
                                    

Suatu malam di sebuah rumah, Eunji duduk di depan meja belajarnya. Dia bertopang dagu seperti bosan dengan sesuatu. Pandangannya fokus pada layar laptop di depannya. Kedua matanya tampak membaca tulisan panjang yang sudah di editnya hari ini. Salah satu tangannya sibuk mengetuk-ngetuk meja dengan sebuah pulpen.

"Lelah sekali....." Eunji mulai melakukan peregangan dan melepaskan kacamatanya.

Dia melihat banyaknya kertas di sebelah laptopnya dan hanya bisa menghela nafasnya. Dia bahkan selalu membawa pekerjaannya ke rumah seperti ini karena banyak yang belum terselesaikan.

Pintu kamarnya terketuk dan membuat dia menaruh kacamata yang menggantung di lehernya lalu menutup layar laptop. Dia juga mengubah posisi duduknya untuk menutupi kertas-kertas di atas meja.

"Kau belum tidur?"

"Nde, Eomma. Kau juga?" Eunji memberikan senyumannya saat sang Ibu masuk ke dalam kamarnya.

"Aku tidak bisa tertidur setelah meminum obat tadi"

"Bagaimana keadaanmu, Eomma?"

"Lebih baik setiap harinya. Apa yang sedang kau lakukan?"

"Ti-tidak ada...." Eunji selalu menutupi pandangan Ibunya dari meja belajarnya.

"Kau akan kembali tidur larut malam lagi?"

"Tidak, Eomma. Untuk apa aku......." Saat Eunji mengubah posisi duduknya, kertas-kertas yang ada di belakangnya tampak terjatuh ke lantai.

"Lihatlah. Kau bahkan masih sibuk bekerja saat sudah berada di rumah seperti ini. Apa pekerjaanmu sangat berat, Eunji'ah?"

"Nde? Tidak. Hanya saja aku banyak dipilih oleh penulis untuk mengedit karya mereka" Eunji berbicara sambil membereskan kertas-kertas itu.

"Apa yang ada di pergelangan tanganmu itu?"

Eunji mempercepat kegiatannya untuk menyembunyikan sesuatu dari sang Ibu.

"Eunji'ah, ada apa dengan tanganmu?"

Eunji terdiam sejenak dan tidak berani melihat Ibunya yang sudah berdiri di depannya.

"Eunji'ah......."

"Aku hanya mengenakan alat pendukung untuk tanganku saja Eomma. Kau tidak perlu khawatir" Eunji masih menyembunyikan salah satu tangannya di belakang badan.

"Apa kau berusaha melukai tanganmu sendiri?"

"Mwo? Mana mungkin aku mencoba untuk mengakhiri hidupku seperti itu?"

Ucapan Eunji membuat sang Ibu terdiam.

"Eomma, tanganku hanya terkilir sedikit karena terlalu sering mengetik. Dokter mengatakan kalau aku akan sembuh dalam waktu dekat ini" Eunji merasa bersalah dan akhirnya memberitahukan hal yang sebenarnya terjadi.

"Bisakah kau berhenti untuk membuatku khawatir, Eunji'ah? Kau tidak mengambil kuliahmu karena hanya ingin bekerja menghasilkan uang. Kau juga selalu mengerjakan pekerjaanmu di rumah seperti ini. Lalu sekarang, secara tidak sengaja kau sudah menyiksa dirimu sendiri"

"Eomma, tenanglah. Ini bukan luka besar"

Ibunya menghela nafas dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri terlebih dulu sebelum mulai berbicara kembali.

"Aku sama sekali tidak ingin melihatmu terluka sama sekali, Eunji'ah. Hanya kau yang ku miliki saat ini"

"Eomma, tidak akan terjadi apa-apa padaku. Kau yang seharusnya menghentikan kekhawatiranmu itu"

"Kau adalah anakku satu-satunya. Bagaimana bisa aku tidak khawatir padamu?"

Eunji tidak menanggapi apapun.

Who Is He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang