--Sebuah rumah--
Chanyeol masuk ke dalam setelah kembali dari Rumah Sakit tadi menemui seorang psikiater seperti yang sudah dijanjikannya kepada sang Ibu. Dia langsung menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Dia merasa tidak nyaman dengan penampilannya saat ini. Rambutnya yang masih tertata dengan rapih, terasa kaku disertai riasan wajahnya yang membuatnya mudah berkeringat.
"Ponselku......" Dia membuka jaket dan baru tersadar kalau meninggalkan benda itu di dalam mobilnya.
Chanyeol membiarkannya dan memilih untuk membersihkan tubuhnya terlebih dulu sekarang. Selama berada di bawah pancuran air shower, entah kenapa dia menjadi teringat dengan kalung yang di bawanya seharian ini. Tangannya masih sibuk membasuh rambutnya dan melihat warna merah mengenai tangannya.
"Perasaan apa ini? Kenapa aku selalu merasa aneh setiap melihat warna ini di tanganku?"
Chanyeol menyelesaikan kegiatan mandinya sampai selesai. Setelah menghabiskan waktu hampir satu jam di dalam kamarnya, dia keluar kembali untuk mengambil ponselnya di dalam mobil. Namun langkahnya terhenti saat melihat tumpukan dus di meja ruang tamu. Dia mengeceknya sebentar dan melihat nama pemesannya adalah nama sang Ibu.
"Apa dia memesan pakaian lagi?"
Pandangan Chanyeol menuju ke arah sebuah botol kecil yang ada di sebelah tumpukan itu.
"Apa ini?" Dia mengambil kertas kecil yang ditaruh di bawah botol itu.
"Minumlah. Obat ini bagus untuk kesehatanmu" Chanyeol membaca tulisan yang tertera.
Dia memperhatikan botol kecil itu sejenak dan berpikir kalau kedua orangtuanya yang memberikannya untuknya. Tanpa merasa curiga sedikitpun, dia membukanya dan langsung menutup hidungnya karena aroma menyengat yang keluar dari sana.
"Aishhh, apa ini?"
Dia bahkan sampai terbatuk-batuk terlebih dulu sebelum memberanikan diri untuk meminum habis cairan yang ada di dalamnya.
"Kenapa rasanya seperti ini?" Chanyeol mengecap mulutnya beberapa kali sebelum terbatuk-batuk kembali.
Dia menutup rapat botol itu dan menuju keluar rumah untuk mengambil ponselnya. Saat ingin berjalan kembali ke kamarnya, langkahnya terasa sangat berat karena mulai muncul dengungan pada kedua telinganya sekarang. Kekuatan kakinya terasa berkurang dan membuatnya jatuh berlutut sambil menutup kedua telinganya sendiri. Dengungan itu bertambah kencang sampai membuat kepalanya terasa sakit dan pandangannya kabur. Dari arah depan, dia melihat seseorang berjalan ke arahnya. Tapi sebelum dia mengetahui wajah dari orang itu, kesadarannya sudah menghilang lebih dulu.
"Bawa dia ke kamarnya"
Kai mendekat dan menghilang dari sana. Dia berhati-hati membaringkan tubuh saudaranya itu di atas tempat tidur dengan bantuan dari Sehun.
"Bagaimana, hyung?"
"Dia masih bernafas dengan normal. Kita harus menunggu sampai dia terbangun"
"Mwo? Malam akan segera datang. Kita tidak boleh berada di sini saat bulan purnama muncul nanti" Sehun menanggapi ucapan dari Suho.
"Kalau dia tidak terbangun dalam waktu satu jam, kita harus masuk ke dalam mimpinya seperti waktu itu. Dia pasti sudah merasakan efek dari obat itu" Minseok memperhatikan langit sore dari kaca jendela di sana.
"Kerja obat itu berlangsung sangat cepat. Aku terkejut melihatnya langsung pingsan seperti ini" Kai memandangi botol kosong di tangannya.
"Gunakan kekuatan kalian dan waspadalah selama berada di sini. Kita tidak ingin vampir itu datang dan menggagalkan rencana ini" Kedua bola mata Suho sudah berwarna merah, begitu juga dengan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Is He?
Fantasy[COMPLETED] Mitos mengenai vampir yang sudah lama menghilang, tiba-tiba muncul kembali di pemberitaan. Berbagai kejadian yang memperkuat dugaan akan adanya serangan dari mereka ini mulai meresahkan masyarakat sekitar kota Seoul. Rupanya hal itu seng...