Bab 16: Semakin Gencar

1.5K 242 8
                                    

LIMA BELAS hari menuju akhir cerita. Ran sudah mendapatkan dua hal besar selama lima belas hari ini. Pertama, Rachel dipastikan sudah 80% melepaskan Nathan. Kedua, Arga semakin dekat saja dengan Rachel. Hal itu sudah membuat Ran cukup tenang.

Hanya tersisa satu masalah. Yaitu, Nathan masih setia. Ya, setia menyukai sang tokoh utama.

Memikirkan itu membuat kepala Ran mau pecah rasanya. Ia tahu trik licik Nathan untuk merebut hati Rachel kembali. Dan Ran tidak bisa membiarkan hal tersebut terjadi.

Gadis itu segera memasuki ruang klub Kebersihan. Ruangan itu sudah dipenuhi dengan hiasan-hiasan khas kebersihan.

Arga sedang sibuk menggunting potongan karton yang berserakan di depannya. Di sisi lain, Rachel sedang fokus menatap layar komputer di depannya. Di belakangnya, Nathan sedikit membungkuk. Berdiskusi dengan Rachel.

Melihat itu, Ran rasanya ingin menjambak rambut Nathan dan memaksa Arga agar menggantikan posisi Nathan.

Gadis itu berjalan cepat menuju tempat Rachel duduk. Tidak membalas sapaan Arga yang baru saja dilewatinya.

"Nathan!" Ran menarik telinga kiri Nathan hingga lelaki itu mengerang kesakitan. Tubuhnya tertarik ke belakang. Menjauh dari Rachel.

"Apaan sih lo?!" seru Nathan kesal.

Ran mengacak rambut hitam Nathan gemas. "Lo udah bikin Arga cemburu tahu!" serunya tak kalah kesal.

Nathan menepis tangan Ran. Memperbaiki posisi rambutnya seperti semula. Menatap tajam gadis di depannya.

Arga yang disebut namanya mendongak. "Gue?" tanya Arga pada Ran yang berdiri tak jauh di depannya.

Ran mengangguk. Matanya melotot pada Arga. Memberi isyarat agar meng-iya-kan alasan gadis itu.

Sayangnya, Arga bukanlah seorang yang peka terhadap hal-hal seperti itu. Ia menggeleng. "Gue nggak cemburu, lo kali yang cemburu lihat Nathan sama Rachel," ucapnya tidak terima.

Ran seketika melotot sebal. "Gue nggak cemburu! Lo yang cemburu, Arga, kan lo sendiri yang tadi bilang ke gue!?" sergah Ran gemas. Berusaha memberitahu Arga agar menuruti perkataan Ran.

Arga malah menggeleng-nggelengkan kepalanya heran. "Lo nuduh gue?" Ia seolah tidak terima dengan tuduhan Ran.

Gadis dengan rambut diikat satu itu memutar mata malas. Percuma, batinnya.

Rachel berdehem. "Kalian ini ngeributin apa sih? Udah, semuanya fokus! Besok kita udah festival tahu! Ran, lo buruan ngetik antologinya. Dan gue, mau keluar beli minum bentar. Nathan tetep stand by di sini. Bantuin Ran. Terus, Arga. Lo lanjutin bikin hiasannya," perintah Rachel panjang lebar. Membuat semua orang yang ada di ruangan itu mengangguk serempak. Tidak ada yang berani protes. Demi melihat raut muka Rachel yang serius.

Gadis cantik itu pun segera pergi meninggalkan ruangan klub Kebersihan.

Ran mengembuskan napas panjang. "Untung dia nggak ngamuk," gumamnya.

Arga terkekeh. Kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

Ran segera mendudukkan dirinya di depan komputer. Sementara itu, Nathan masih berdiri mematung. Tidak ada niatan sama sekali untuk membantu gadis itu.

Setelah mengetik beberapa paragraf, Ran mendengkus. Melirik Nathan yang masih setia berdiri di sampingnya. Sama sekali tidak merubah posisinya sejak tadi. "Oi! Lo niat bantuin nggak?! Cepatan sini! Dekte pokok paragrafnya!" gerutu Ran pada Nathan.

Lelaki itu memutar mata malas. Mengalah. Segera mendudukkan dirinya di samping Ran. Mulai membacakan pokok paragraf yang sudah disusun Ran di selembar kertas.

_●°●°●_

Festival sekolah dimulai hari ini. Seluruh murid SMA tempat Rachel dan kawan-kawan bersekolah hadir di festival tahunan itu. Temasuk juga para penduduk kota. Setiap ekskul dan klub-klub lainnya berusaha menampilkan penampilan terbaik mereka termasuk juga klub Kebersihan. Mereka menjual sebuah antologi tentang Zero Waste. Mempromosikannya lewat radio sekolah dan selebaran-selebaran agar para pengunjung datang ke stand mereka. Tak lain berada di ruang klub Kebersihan.

Terlihat keempat anggota klub paling disegani itu tengah berdiskusi di depan ruang klub. Penjualan antologi harus berhasil. Karena letak ruangan mereka kurang strategis, Ran mengusulkan agar mereka berkeliling menyebarkan selebaran.

Rachel meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Ran sama Arga. Kalian paling semangat orangnya. Jadi, tugas kalian yang keliling. Gimana?"

Arga mengangguk tanda setuju. Sedangkan Ran menggeleng keras. "Nggak! Gue maunya sama Nathan," tukas Ran. Membuat Nathan yang tadinya senang dengan keputusan Rachel melotot kesal pada gadis di sampingnya.

Rachel menaikkan salah satu alisnya. Beralih menatap Nathan. "Gimana, Nat?"

Saat lelaki yang ditanya hendak menggeleng, Ran lebih dulu menarik lengan lelaki itu agar mengikutinya. Gadis itu segera menyambar selebaran yang ada di tangan Rachel. Kemudian berlarian meninggalkan Rachel dan Arga. Ran melambaikan tangan. "Kalian pacaran aja sana! Gue mau PDKT sama ni batu!" teriak Ran sambil berlarian menyusuri lorong. Tidak peduli kalau Nathan berusaha keras melepaskan cengkeraman tangan Ran. Sial! Kuat banget ni cewek! kesalnya dalam hati.

Juga sama tidak pedulinya dengan tatapan orang-orang di sekitarnya.

Mereka berdua keluar dari gedung sekolah dengan napas masih menderu.

"Nath-ahn, Ghu-e ha-us. Bhel-lhi-in Ghu-e mhi-nhuman, ghih!" ucap Ran dengan napas masih ngos-ngosan. Mendorong punggung Nathan agar bergegas.

"Apaan sih lo!? Gue juga capek bego!" balas Nathan tidak terima.

Napas Ran mulai teratur. "Kalo nggak mau, lo harus gendong gue!" seru gadis itu membuat Nathan mau tak mau segera mencari stand penjual minuman. Sebelum Ran benar-benar melompat ke punggungnya.

Ran tersenyum miring. "Kalo dengan cara gitu, masih berhasil ya?"

Dalam hati Ran, ia sangat lelah. Nathan masih menyukai Rachel. Dan itu bukanlah fakta yang baik baginya.

_●°●°●_

Hari kedua festival tahunan sekolah. Bertepatan dengan hari ke-17 gadis itu berada di dunia novel ini.

Yang artinya, hanya tersisa 13 hari lagi. Kurang dari dua minggu kesempatan Ran menyatukan Rachel dan Arga. Dan itu ternyata tidak semudah yang Ran bayangkan. Masih belum ada tanda-tanda Arga dan Rachel akan jadian. Mereka lebih seperti dua orang yang masih bingung memahami perasaan masing-masing.

Ran tidak tahu apa yang membuat mereka tidak segera jadian. Padahal, mereka sama-sama suka. Selain itu, kini Ran masih harus dipusingkan dengan masalah Nathan.

Lihatlah, lelaki cuek itu kini sedang menatap Ran dengan tajam. Dia membawa Ran ke belakang sekolah. Bukan untuk menyatakan cinta atau apa, Nathan malah memberi gadis itu tatapan membunuh.

Ran hanya melipat kedua tangannya di dada. Bersiap meladeni Nathan.

_●°●°●_
..To Be Continue..
.
.
(965 kata)

#Ran






I Am In Love Story | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang