Bab 8: Pujian Palsu?

1.6K 288 35
                                    

SUASANA perpustakaan menjadi sangat sibuk. Para siswi yang tertarik pada tawaran Ran sedang sibuk-sibuknya merapikan rak buku dengan serius.

Ran berjalan mengelilingi ruangan. Matanya fokus mengawasi para siswi itu. Senang bukan main saat rencananya berjalan lancar.

Di antara banyak buku, Nathan duduk bersila sambil memilah beberapa buku. Melihat itu, Ran berinisiatif untuk menjalankan rencana C-nya.

Gadis itu duduk bersila tepat di depan Nathan. Pemuda itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali pada buku-buku di depannya.

Ran tersenyum miring. Setidaknya, dia harus membuat Nathan suka padanya. Apapun caranya.

Mungkin pujian bisa meluluhkannya? Pikir gadis itu kemudian melontarkan isi pikirannya.

"Nathan, lo itu udah cakep, tajir, pinter lagi ... perfect-lah pokoknya." tangan Ran bertumpu pada siku. Telapak tangannya menahan wajah.

Pemuda di depannya sedikit terkejut dengan kalimat Ran tersebut. Entah itu hanya bercanda atau tidak. Rasanya aneh saja kalau gadis itu memujinya. Tapi untuk kemudian ia segera memasang wajah datar kembali. Berusaha tidak mendengarkan cewek pengganggu di depannya.

"Tapi sayang, nggak punya hati," lanjut Ran meremehkan.

Nathan hanya memutar mata malas sebagai respon akan ocehan tak jelas gadis bermata cokelat didepannya.

"Oi, gue muji lo tahu!"

"Muji pake 'tapi'," tukas Nathan datar.

Ran mengangkat bahu. "Bukan salah gue lo nggak punya hati. Tapi inget, jangan mentang-mentang lo cakep; lo bisa seenaknya sendiri cuekin orang yang seharusnya nggak lo cuekin. Contohnya: gue," ujarnya sambil nyengir. Berusaha membuat ekspresi setulus mungkin tapi ujungnya hanya ekspresi datar yang bisa diberikan Ran pada Nathan.

"Ran," panggil Arga dari arah samping. Membuat dua orang yang sedang duduk berhadapan itu menoleh.

"Apa? Gangguin orang lagi PDKT aja." Ran mendesah pelan. Ia beranjak berdiri.

"PDKT?" Arga mengernyit. "Sama Nathan?" tanyanya ragu.

Ran melirik Nathan sekilas. Cowok itu tampak tidak peduli. Sibuk dengan buku-buku di depannya.

Gadis itu menggeleng. "Nggak, sama batu," jawabnya. "Ada apa?"

"Gue mau minta pendapat lo soal rak yang di pojok itu, " ujar Arga sambil menunjuk sebuah rak di pojokan.

Ran mengangguk. Segera mengeceknya. Diikuti Arga yang berjalan di belakangnya.

_•°•°•_

Perpustakaan yang tadinya tampak suram berubah menjadi menyenangkan untuk dilihat.

Ran tersenyum lebar. Berdiri menatap ruangan itu dengan mata berkilat-kilat senang. Sebenarnya, Rachel tidak pernah sekalipun menyuruh Ran untuk membersihkan perpustakaan sekolah. Karena terakhir kali Ran dan Rachel berbicara adalah kemarin saat Rachel pergi begitu saja.

Jadi, bisa dibilang ide membersihkan perpustakaan adalah idenya sendiri-mengingat Ran adalah seorang kutu buku.

Siswi yang berdiri bergerombol di belakang gadis berkucir ekor kuda itu juga melongo tidak percaya. Perpustakaan kini menjadi tempat yang mungkin akan sering dikunjungi. Tidak sia-sia mereka membantu atas dasar ingin berfoto dengan Nathan dan Arga.

Ran tiba-tiba berbalik. Menatap para siswi di belakangnya yang sudah siap menunggu kesempatan berfoto itu.

"Kenapa masih disini?" tanya Ran heran.

"Fotonya?" sahut salah satu siswi.

Ran menepuk dahi. "Maaf, gue lupa. Tapi sebelumnya, gue udah bilang 'kan, kalau yang beruntung aja yang dapet?" Ran menaik turunkan alisnya. "Sayang, kalian nggak beruntung."

Seluruh murid perempuan di ruangan itu mendadak merasa ditipu oleh sang murid baru.

"Jadi, lo manfaatin kita?!" sahut seorang siswi cantik berambut pendek.

Ran menggeleng. "Nggak, kok. Kalian aja yang ngarep," jawab Ran seolah tak berdosa. Ia melirik Nathan dan Arga yang duduk di salah satu kursi tak jauh darinya. Meminta bantuan.

Tapi, baik Nathan maupun Arga, hanya bisa menonton semua itu dalam kebingungan.

Para siswi itu mendadak merah mukanya. Kemarahan siap di lontarkan.

"Kalian ngomong aja langsung ke Dua cowok itu. Kalo mereka nggak mau, ya udah." Ran berjalan mundur teratur mendekati pintu keluar. Untuk kemudian berlari secepat mungkin meninggalkan gerombolan yang sedang menahan amarah itu.

Sepersekian detik. Semua perempuan yang berada di perpustakaan tersadar. Kini, mereka menoleh pada Nathan dan Arga.

"Kak Arga foto 'yuk!" Salah satu junior memberanikan diri mendekat.

Arga menggeleng. "Maaf semua, gue nggak bisa berfoto sama kalian. Tapi mungkin Nathan bisa." Arga menepuk bahu pemuda di sampingnya.

Nathan seketika berdiri. Membuat para siswi itu mengira Nathan akan mau diajak berfoto.

Tapi sayang, Nathan juga mengikuti apa yang dilakukan Ran tadi. Yaitu, pergi. Bedanya dengan langkah masygul.

Seluruh siswi ber-yaah kecewa. Arga meminta maaf sekali lagi. Tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada gerombolan cewek itu; yang disambut teriakan histeris mereka karena senang. Setidaknya, mereka sedikit terhibur dengan Arga yang tersenyum manis pada mereka.


_•°•°•_

.. To be Continue..
.
.
(705 kata)

#Ran

I Am In Love Story | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang