Chapter 1

22 0 0
                                    

Pagi menyapa bumi, terlihat sebuah wanita sedang bergelut dalam pekerjaanya dimana dia harus membuat sarapan untuk kedua adiknya dan juga untuk ibunya serta dirinya. Dianka Florentina, sebuah nama yang cantik nan indah telah diberikan oleh kedua orangtuanya untuk dirinya, sama seperti namanya diapun begitu cantik, manis dan baik hati. Hidup ditengah tengah keluarga yang sederhana, dimana dia sekarang harus menjadi tulangpunggung untuk menghidupi adik serta ibunya.
"Nak sudahlah berangkat kerja sana nanti kamu kesiangan" ucap seorang ibu yang sudah rentan sakit sakitan membuat diaka harus bekerja keras mencari uang untuk membelikan ibunya obat setiap harinya.
"Kak Dino sama Dina pergi kesekolah dulu yah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam" terlihat oleh pandangan mata semua orang, walaupun mereka terlahir dari keluarga yang sederhana namun hidup mereka saling menyayangi, serta selalu rukun dalam berkeluarga.
"Ibu jangan lupa minum obanya yah. Dianka pergi kerja dulu. Ibu hati hati dirumaha!."
"Iya, hati hati dijalan yah nak. Maafkan ibu yang selalu menyusahkanmu."
"Huss. Ibu bicara apa sih, sudah kewajiban dianka untuk bekerja dan mencari uang buat keluarga kita. Ibu jangan khawatir cukup doakan dianka aja supaya terus sehat agar bisa bekerja dan membelikan ibu obat!. Dianka pergi dulu yah bu, assalamualaikum."
   "Permisi, bak mau pesan!" Pelanggan memenuhi ruangan tempat  dimana dianka bekerja disana, terlihat bagaimana banyaknya orang orang yang sedang kelaparan memenuhi restoran tempat dianka bekerja dan mengabdikan diri.
"Permisi bak, apa ada yang bisa saya bantu?" Ucap dianka menanyai para pembeli, yah memang begitu tugas yang selalu dianka kerjakan direstoran tempat dia berkerja. Berangkat pagi dan pulang petang sudah menjadi kehidupan sehari harinya.
  Hujan mengguyur seluruh kota, ditemani hilangnya matahari dari bumi membuat dianka harus mencari tempat yang teduh, melihat hujan adalah suatu kebahagiaan bagi dianka. Mengapa? Karena dia mencintai hujan.
   Berbeda dengan dianka, seorang pria bersetelan jas hitam sedang menatap hujan yang ada didepannya dengan tatapan benci. Dia tidak menyukai hujan, karena hujan telah merenggut wanitanya seseorang yang telah pergi membawa hatinya dan tidak akan pernah kembali lagi. bukan maut yang memisahkannya, namun sebuah tragedi yang membuat wanitanya pergi dan memilih meninggalkan kehidupannya, entah karena apa sebabnya yang jelas dia pergi begitu saja tanpa sebab.  Dan itulah sebabnya dia membenci wanita dan menjauhi setiap wanita!.
"Sialan" itulah kata katanya ketika dia melihat hujan turun. Sebegitu bencinyakah dia terhadap hujan? Apakah jika wanitanya kembali dia akan menerimanya lagi?.
   Dia Rafa Alanka Diantara masih mencintai wanitanya, mengharapkannya untuk kembali dan menjadi bagian lagi dari kehidupnya.
"Ada pekerjaan yang harus segera dikerjakan. Kapan anda akan pergi dan menghabisinya?" Ucapan seorang pria setengah baya, seseorang kepercayaan rafa dan patner yang membantu rafa bekerja.
"Kita berangkat sekarang!"

Dianka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang