chapter 20

3 0 0
                                    

Lenguhan kecil keluar dari bibir mungil dianka. Terbitnya sang surya membangunkannya dari tidur nyenyaknya! Namun pagi ini sesuatu seakan menghimpit tubuhnya, dia tersadar dan pikirannyapun kembali bersatuan. Bukankah semalam ia tidak tidur dengan rafa? Lalu mengapa ia berada dikamarnya, bukankah ia semalam tidur dikamar tamu?! Lamunannya teralihkan ketika tubuh kekar rafa kembali menyeret tubuh mungilnya kedalam pelukannya, mata biru dianka mengerjap lucu tatkala tubuhnya ditarik dan dihimpit secara paksa. Dia masih kesal terhadap rafa, dan oleh sebab itu dia malas untuk berbicara dengan rafa dan itulah yang sedang ada dalam pikiran dianka! Dianka mencoba melepaskan diri secara paksa, namun rafa tetap kekeh dengan pendiriannya untuk mengunci tubuh dianka dan memeluk  dianka erat sambil membisikan seauatu, sesuatu yang membuat lelwhan air bening dimata dianka kembali terjatuh. Menetes dengan sendirinya! "Maaf!" Itulah kata pertama yang rafa ucapkan, tepat ditelinga dianka secara pelan dan halus. Membuat hati dianka seakan ditikam oleh sebilah pisau! Bukan dianka bukanlah seseorang yang lemah maupun lebay, namun dianka berpikir tentang kebahagiaan dirinya sendiri! Kebahagiaan yang telah diberikan rafa kepadanya sampai membuatnya terbang tinggi keatas dan kembali menjatuhkannya secara perlahan membuat hati dianka terluka akan dirinya!...

"Kau menangis dia? Kumohon jangan menangis!" Rafa mencoba menghapus air mata yang terdapat dipipi dianka, namun dianka memalingkan mukanya kearah lain sehingga rafa tidak bisa menggapainya. "Maafkan aku, kumohon janganlah menangis! Aku akan menjelaskan semuanya kepadamu dia," Dianka menyeka air matanya secara kasar dan mulai menatap mata rafa. Rafa sadar wanitanya telah mengeluarkan air mata cukup banyak, ia bisa melihatnya melalui manik mata biru pujaannya! Dan entah mengapa hati rafa sakit ketika melihatnya. Ketika ia menatap mata biru sedalam lautan itu mengeluarkan air mata olehnya, hatinya terluka rafa kacau dan rafa takut! Entahlah ia tidak tau apa yang ia takutkan, yang jelas rafa sangat takut ketika melihat mata biru itu menangis!...

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan! Dan maafkanlah aku karena telah terlalu berharap dengan janjimu!" Rafa menggeleng seolah tidak menyetujui ucapan dianka. "Kumohon jangan seperti ini! Dia aku tidak pernah mempunyai niatan untuk berbohong padamu, namun kemarin aku menolong seseorang ibu yang anaknya membutuhkan pertolongan! please don't cry anymore!"  Dianka diam dalam dekapan rafa, lalu menangis mengeluarkan semua yang ia rasakan dan rafapun mengeratkan pelukannya dan mencoba menenangkan dianka. "Nanti sore kita  akan jadi pergi menemui dokter!" Jelas rafa, rafa sadar ia harus menepati janjinya dia tidak ingin wanitanya menangis lagi. Entah ap yang terjadi tiba tiba dianka mulai melepaskan dekapan rafa, rafa yang tidak tahu apa yang terjadipun secara refleks langsung melepaskan dekapannya. Dianka pergi dari ranjang setengah berlari menuju kamar mandi, benar saja perutnya kembali bereaksi seperti kemarin seakan diaduk dan dikocok dianka mencoba memuntahkan seluruh isi dari perutnya walaupun belum ada yang masuk, namun hanya cairan beninglah yang keluar seperti kemarin. Namun seolah tidak peduli dianka terus menerus merasa mual! Rafa yang melihatnyapun merasa khawatir dan langsung menghampiri dianka menuju kamar mandi. Dilihatnya dianka yang sedang berdiri didepan wastafel tempat mencuci muka sedang muntah namun tidak ada muntahan yang dia keluarkan selain cairan bening yang rafa lihat! Seakan takut terjadi sesuatu rafa langsung memijit tengkuk dianka dan memberikan dianka minyak kayu putih yang terdapat dinakas. Setelah dirasa dianka mendingan, rafa memutar tubuh dianka untuk menghadapnya dan betapa kagetnya ia tatkala ia melihat wajah putih dianka menjadi pucat pasi seperti orang kekurangan darah. Dengan cekatan rafa langsung membawa dianka keluar dari kamar mandi dan langsung menidurkannya di atas Queen sizenya. Dan tanpa babibu rafa langsung melontarkan pertanyaan pertanyaan yang membuat dianka jengah atas sipat rafa sekarang yang ia rasa terlalu bawel dan berisik! Terasa aneh menurut dianka karena rafa yang dulu ia kenal tidak pernah berbicara banyak selain dari tiga atau empat suku kata tidak lebih! Namun sekarang malah sebaliknya. "Apakah kau sedang sakit dia? Jika ia kenapa kau tidak memberi tahuku huh?! Dan mengapa kau bisa sampai muntah seperti tadi, apakah kau masuk angin? Kau ingin kupanggilkan dokter hem? Oh yah akan kupanggilkan milla untuk membawakanmu obat dan menghubungi dokter! Kau tunggu disini," dianka tersenyum kecil mendengar pertanyaan pertanyaan rafa. Dia mencoba menghentikan rafa ketika dia ingin menemui milla dan menghubungi dokter pribadinya. Ini terlalu berlebihan bagi dia, karena dia rasa dia baik baik saja! Dia hanya membutuhkab istirahat yang cukup agar pulih kembali! "Kau tidak perlu memanggil dokter rafa! Aku baik baik saja, mungkin aku hanya masuk angin dan kecapaian saja! Aku hanya membutuhkan istirahat yang cukup! Dan mengapa kau belum juga brsiap untuk kekantor huh?!" Dianka berucap pelan terhadap rafa, namun rafa mendengar ucapan dianka dengan sangat jelasnya. "Baiklah kau istirahat saja. Aku akan menemanimu seharian karena aku takut kau kenapa kenapa dia!" Dianka terkekeh mendengar jawaban rafa, "Kau tidak akan berangkat kekantor emang? Bukannya setiap hari pasti akan ada pembisnis besar yang ingin bertemu denganmu?" Pertanyaan dianka yang hanya dibalas dengan kekehan sombong oleh rafa. "Tidakah kau tahu baby. Siapa aku dan aku tidak memerlukan mereka semua! Mereka yang memerlukanku. Dan aku bisa dengan mudahnya mengatur jadwal pertemuan ataupun meeting bersama mereka!" Dianka hanya memutar bola matanya dengan jengah, dan bersikap seolah ingin memuntahkan perkataan yang didengarnya keluar dari mulut rafa barusan! Rafa yang melihatnyapun tertawa terbahak bahak membuat dianka tambah kesal dan geram terhadapnya! "Aku akan panggilkan milla untuk mengurusmu!" Setelah mengucapkannya rafa hendak pergi lalu perkataan dianka membuatnya kembali mengurungkan niatnya. " Kau ingin keluar tanpa menggenakan celana dan hanya menyisakan celana boxer pendek itu? Kau gila rafa!" Seolah puas dengan ucapannya dianka tertawa terbahak bahak dan seolah malu namun ditahan rafa kembali pergi menuju kamar mandinya, malu atas apa yang dikatakan oleh dianka! Benar saja ia hanya menggunakan boxer pendek diatas lutut tanpa menggunakan pakaian dan hanya menyisakan kaos sangsang putih polos. Ia sadar jika ia menemui para maid sekarang, pastintubuhnya akan menjadi objek fantasi liar mereka dan ia tidak ingin apa yang mereka pikirkan terhadapnya dan menjadikan ia tokoh utama dalam objek tersebut!...

Dianka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang