chapter 22

8 1 0
                                    

Matahari telah terganti dengan sang bulan, menyisakan kegelapan yang pekat. Tanpa sinar, tanpa cahaya, hanya tamaram lampu yang menemani dianka! Dilihat jam sudah menunjukan angka 11 malam, namun rafa ia belum pulang dan dengan tangisannya dianka menunggu! Menunggu ia dengan seorang diri, dia kecewa terhadap rafa. Namun dia sadar bahwa rafa sangat mendambakan seorang malaikat dan dia belum memberikannya jadi itulah sebabnya mengapa rafa sangat menyayangi bayi itu walaupun bukan darah dagingnya sendiri!...

*Dianka VOV*

Aku menangis, menangis seorang diri didalam ruangan yang luas ini! Aku kesepian, seolah aku tidak diinginkan. Sudah duakali dia melupakan janjinya, hatiku sakit! Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan! Apa karna dia sangat menginginkan seorang anak? Lalu apakah karna itu dia sangat menghawatirkan bayi itu? Aku takut apa yang aku takutkan terjadi Tuhan!...

Kulihat jam yang sudah menunjukan angka dimana semua orang sudah tertidur pulas! Namun aku masih memikirkan keadaan rafa, dia dimana, dan mengapa ia belum juga pulang! Tak terasa air mataku masih terus menetes, membasahi pipiku. Seperti hari hari sebelumnya, aku merasakan sesuatu seperti mengaduk perutku! Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi, dan seperti biasa tidak ada apapun muntahan yang keluar dari mulutku seperti orang sakit biasanya. Kulihat wajahku yang memucat dicermin, mata yang sayu dan sembab serta muka yang pucat yang tidak pernah kusadari, apakah aku hanya masuk angin biasa atau,. Pikiranku kembali melayang mencoba masuk kedalam memori memori ingatanku! Yah sudah hampir dua bulan aku tidak kedatangan tamu, tapi apakah mungkin jika aku sedang mengandung? Aku tidak merasakan apa apa yang sering dirasakan orang yang sedang hamil, hanya muntahan muntahan biasa yang sering aku rasakan! Oh Tuhan ada apakah ini? Apakah aku harus berbicara dengan rafa dan memeriksakanya ke dokter? Tapi aku takut jika aku tidak mengandung dan hanya sakit biasa! Apa yang harus aku lakukan?! Kulangkahkan kakiku menuju Queensize besar itu. Tubuhku terlalu lelah untuk memikirkan hal hal seperti itu, aku hanya ingin kebahagian. Kumohon!

*Rafa VOV*

"Bagaimana keadaannya sekarang din?" Kulihat dinar yang sedang menunggu putranya adreo yang sedang terbaring lemah dibrangkar bayi rumah sakit. Wajahnya yang sembab karena menangis, membuatku iba kepada ibu satu anak itu! Dinar memalingkan wajahnya memandangku dengan senyumannya. "Dia sudah lebih baik raf, aku sangan berterimakasih kepadamu! Jika tidak ada kau aku tidak tau bagaimana kondisi adreo sekarang!" Aku tersenyum mendengar perkataan dinar. Hanya dengan anggukan kecil yang kuberikan padanya, seolah mengerti dinar mulai mengalihkan pandangannya menuju adreo yang sedang tertidur pulas. Keheningan mulai melanda tatkala tidak ada percakapan diantara kami. Kulihat jam yang sudah menunjukan pukul 12 malam, aku sadar akan keadaan dianka, dan bagaimana keadaannya sekarang! Aku terlalu panik saat mendengar keadaan adreo tadi sore sampai aku harus melupakan janjiku kepada dianka! Maafkan aku dia! Lamunanku kembali tersadar saat aku mendengar suara dinar yang memanggilku, kualihkan pandanganku untuk menatapnya. Dinar tersenyum manis kepadaku namun pikiranku masih tertuju kepada dianka, kekhawatiranku seakan memuncak saat suara hujan yang lebat mulai terdengar ditelingaku. "Ada apa?" Dinar bertanya namun tak ku hiraukan, aku sangat cemas dengan dianka! "Din aku pamit pulang dulu yah, lagipula sudah malam kau juga pasti ingin beristirahat bukan? Dan yah jika terjadi apa apa dengan dreo, hubungi saja aku jangan sungkan oke!" Senyum yang tadi mengembang diwajah cantik dinar mulai memudar ketika mendengar ucapanku. Tidak ada yang salah bukan? Lagipula memang benarkan ini sudah larut malam ah tidak bahkan ini sudah tengah malam! Dia pasti menungguku saat ini, dan aku masih mencemaskannya karena kejadian sore tadi dimana aku meninggalkan dia seorang diri! "Oh baiklah, aku sangat berterimakasih kepadamu! Dan aku titip salam buat istrimu dirumah." Dinar tersenyum, disusul dengan langkahku yang mulai mendinggalkan ruangan. Sebelum aku pamit untuk pergi, tak lupaku menghampiri jagoan kecil itu dan mencium pipinya sebagai tanda perpisahan. Dan benar saja ketika aku sampai dipintu keluar rumah sakit, hujan yang mengguyur sangat lebat kecemasanku mulai kembali bahkan lebih tinggi dari sebelumnya! Bagaimana keadaan dia sekarang? Kumohon Tuhan tolong jaga dia!...

*Author POV*

Rafa memandangi wajah pucat dianka, dan tidak, bukan hanya pucat bahkan wajahnya sembab dia menangis daritadi! Bagaimana bisa aku membuat dia menangsi seperti ini?! Rafa merasa bersalah, hatinya sakit saat memandang wajah dianka. Ia sadar akan kelakuanya, bagaimana bisa ia lebih memilih bayi kecil yang bahkan tidak pernah ia kenal sama sekali! Aku mohon dia maafkan aku! Dengan pikiran yang berkecamuk menjadi satu rafa terus memandang dianka hatinya sakit jika memandang wajah cantik yang tertutupi oleh putih pucat itu, tanganya terarahkan untuk mengusap pipi dianka menghapus sisa sisa air mata yang belum sempat mengering...

Lenguhan kecil keluar dari bibir mungil dianka, dengan mata yang mengerjap dianka mencoba menetralkan sinar yang masuk dari jendela yang sudah dibuka. Dilihatnya tempat dimana rafa tidur yang sudah kosong, rafa sudah berangkat? Sepagi ini? Dengan perasaan yang menurutnya aneh dia mengambil handphone nya yang terdapat diatas nakas dilihatnya jam yang sudah menunjukan pukul 9 pagi. Dia hanya terbengong pantas saja rafa sudah tidak ada dirumah! Lalu bagaimana bisa tidak ada satupun yang membangunkannya! Dengan kesal dia mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk sekedar mencuci muka dan menggosok gigi, yah memang sudah menjadi kebiasaan tersendiri untuknya jika pagi hari ia hanya mencuci muka dan menggosok gigi! Tapi walaupun begitu tidak ada yang bisa menandingi aroma khas tubuh dianka, aroma yang sangat disukai oleh rafa perpaduan antara vanilla dan lavender membuat siapapun yang dekat dengan dianka akan merasakan nyaman dan memang itulah yang sering rafa ucapkan terhadap dianka. Bahkan rafa sendiri pernah menanyainya tentang apa merek parfum dia dan dimana dia membelinya! Dia merasa heran dengan pertanyaan rafa, seingatnya dulu ia tidak pernah memakai parfum mahal apapun, bahkan jika memakaipun ia hanya bisa membeli parfum yang harganya dibawah duapuluh ribu rupiah!...

Dengan langkah gontai dia melangkah kearah dapur dimana semua maid sedang berkumpul untuk bekerja. Tujuan dia hanya satu, yaitu untuk menemui milla dan memberitahukan keadaannya saat ini yang sering sekali mual dipagi hari. "Nyonya, apakah nyonya mau sarapan terlebih dahulu?" Seorang maid menghampiri dianka dan berjongkok dihadapan dianka, dianka yang melihatnyapun hanya menggeleng dan menanyakan keberadaan milla. Setelah tau dimana milla berada, dia melangkahkan kakinya untuk menemui milla...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dianka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang