chapter 19

3 0 0
                                    

Kau membuatku bahagia sehingga melupakan segalanya! Lalu kau kembali meluluhlantahkan semuanya!...

***

Dianka masih duduk rapi dengan anggunnya, menunggu sang pangeran datang untuk membawanya. Jam sudah menunjukan angka 10 malam, namun rafa tak kunjung jua datang namun dianka masih menunggunya, berharap rafa pulang dan pergi sesuai perjanjian yang direncanakannya tadi pagi! Para maid yang melihat dianka merasa kasihan sekaligus iba, entah sudah berapa kali mereka menyuruh dianka untuk tidur dan beristirahat dikamar dan meyakinkan dianka bahwa tuannya pasti sedang sibuk mengurusi pekerjaannya! Namun dianka tetaplah dianka, gadis yang teguh atas pendiriannya dan berkepala batu membuat para maid kewalahan sendiri. Bahkan milla sekalipunia tidak bisa membujuk dianka untuk saat ini, dan terpaksa membiarkan dianka untuk menunggu. Walaupun mereka semua tahu bahwa kondisi nyonyanya itu sedang dalam keadaan tidak baik, mereka tahu wajah cantik dianka nampak pucat walaupun tertutup polesan tipis make up...

*Rafa POV*

Kulihat jam sudah menunjukan angka 10 malam, dilihatnya bayi berumur 6 bulan itu sudah terlelap manis dalam gendongan sang ibu dengan tenangnya. "Dia sangat mirip sekali dengamu dinar!" Rafa berbicara sambil tersenyum memandangi wajah tenang sang bayi kecil itu. Dan wanita yang sedang menggendong bayi itu merupakan ibunya, ibu kandung sang bayi. Dia Dinar Dinara seorang wanita muda cantik yang sudah memiliki seorang malaikat kecil tanpa suami! Yah suaminya sudah meninggal saat pernikahannya sudah menginjak usia satu tahun dan meninggalkan seorang anak yang tampan dia Adreo denfaro, anak yatim yang hanya memiliki seorang ibu tanpa ayah membuat rafa iba dan kasihan melihatnya. Tapi walaupun begitu hidup dinar tidak kekurangan sepersenpun karena terdapat peninggalan dari sang suami untuk anaknya...

"Terima kasih tuan Alanka kau sudah membantuku, jika saja tadi sore aku tidak bertemu denganmu. Aku tidak tahu bagaimana keadaan adreo sekarang!" Dinar menundukan kepalanya kembali melihat sang putra. Rafa yang melihatnyapun hanya tersenyum dan membalas perkataan dinar, namun tatapannya tidak ia alihkan dari bayi tampan yang sedang tertidur pulas itu. "Tidak sudah kewajiban kita untuk membantu orang yang sedang mengalami masalah! Kau tidak perlu khawatir dia sudah mendingan sekarang. Dan panggil saja namaku rafa, kau bukan patner kerjaku sehingga memanggilku dengan sebutan alanka!" Rafa terkekeh kecil dengan ucapannya sendiri. Yah memang mereka baru saja saling mengenal pada saat sore tadi, saat rafa melihat seorang wanita yang sedang menggendong seorang bayi dipinggir jalan dengan keadaan panik. Rafa yang penasaranpun menghampirinya dan menanyakan apa yang terjadi. Dan benar saja apa yang dipikirkan rafa, wanita itu butuh bantuan anaknya sedang sakit demam dan dia harus segera pergi kerumah sakit, namun dia tidak bisa mengendarai mobilnya dan oleh karena itu ia sedang menunggu taksi yang lewat namun tidak ada satupun taksi yang lewat! Jika saja supirnya tidak cuti karena sakit, mungkin wanita dengan satu anak itu tidak akan mencari taksi seperti ini. Dan setelah kejadian tadi sore rafa mengantarkan dinar kerumah sakit dan kembali mengantarkannya lagi untuk pulang, entah apa yang mendorongnya untuk membantu wanita itu dan sampai melupakan janjinya! Namun ketika ia melihat wajah damai sang bayi, hatinya ikut tersentuh dan entah bagaimana ia bisa menyayangi bayi itu. Bayi yang bahkan bukan darah dagingnya sendiri! Apakah mungkin karena ia sangat mendambakan memiliki sang anak? Entahlah yang jelas bayi itu membuatnya melupakan segalanya...

Rafa mengalihkan tatapannya dari sang bayi, dia melihat kearah jendela dan betapa terkejutnya ia saatpikirannya menerawang dan mengingat janjinya tadi pagi terhadap dianka. Dilihatnya jam sudah menunjukan angka 11 malam, dia khawatir jika dianka masih menunggunya! Namun ego ya berkata lain tidak mungkin bukan jika dinaka menunggunya sampai selarut ini? Namun hati dan pikirannya kalut, bagaimana bisa ia melupakan janjinya?! "Ah sialan" rancaunya pelan sampai tidak ada seorangpun yang mendengarnya. "Dinar saya pamit pulang dulu, lagian sudah malam." Perkataan rafa mengalihkan perhatian dinar yang sejak tadi menimang adreo. "Hai jagoan kecil cepat sembuh yah, nanti kapan kapan om datang untuk melihatmu!" Rafa membungkuk menyesuaikan posisinya dengan sang bayi yang masih tertidur pulas, lalu mengusap pipinya dengan lembutnya membuat dinar tersenyum hangat melihatnya! Dinar tahu siapa itu Alanka, dia orang nomor satu didunia dan ia tidak menyangka jika sosoknya sehangat ini dan jauh dari apa yang diperkirakan dunia luar. "Baiklah kau hati hati dijalan rafa. Terimakasih untuk kesekian kalinya! Jika kau ingin kembali menemui adreo maka datanglah pintu ini akan terbuka lebar untukmu." Dinar tersenyum hangat terhadap rafa dan hanya dibalas anggukan oleh rafa. "Mari aku antar kau kedepan!" Rafa melangkahkan kakinya diikuti dinar sang pemilik rumah. Setelah sampai dihalaman depan rafa melangkah meninggalkan rumah dan memasuki mobil sport hitamnya, pergi dari sana menuju kediamannya untuk melihat keadaan wanitanya. Hatinya sakit takut terjadi sesuatu dengan dianka, namun mau bagaimana pun ia harus mengatakan semuanya dan tidak perlu ada kebohongan apapun...

*Author POV*

Mobil rafa memasuki kediaman besarnya, seorang maid menghampirinya dan membawakan tas dan jasnya dengan hormat. "Dianka dia dimana?" Tanya rafa dan mulai memasuki mansionnya, dan belum juga pertanyaannya dijawab oleh maid tadi matanya membelalak tatkala melihat sosok dianka yang tertidur dengan kondisi duduk diatas sofa! Dihampirinya dianka dan diusapnya pipi pucat dianka namun rafa tidak menyadarinya. "Bagaimana bisa dia tertidur disini! Apakah kalian tidak menyuruhmya untuk kembali kekamar ketika aku tidak ada huh!" Bentak rafa didapur terhadap para maid. Seorang maid maju dan membungkuk secara hormat untuk memperjelas dan menceritakan sesuatu terhadap tuannya. "Maafkan saya tuan. Namun tadi ketika semua maid menyuruh nyonya untuk tidur dikamar dan menjelaskan bahwa tuan sedang sibuk, nyonya tidak ingin dan tetap kekeh ingin menunggu tuan datang dan pergi ke dokter kandungan!" Deg!. Hati rafa mencelos ia merasa bersalah atas apa yang telah terjadi, dengan reflek ia melangkah meninggalkan para maid yang ketahukat terhadap tuannya. Dilihatnya wajah gusar dianka yang sedang tertidur, mungkin dia terlalu capai menunggu sehingga harus tertidur disofa! Rafa terus saja mengelus pipi dianka sampai dianka terbangun karena merasakan sentuhan diwajahnya. "Kau sudah pulang? Apakah kita bisa pergi sekarang?!" Dianka secara sepontan langsung berdiri dari posisinya. Senyumnya mulai luntur tatkala dilihatnya jam yang sudah menunjukan angka 11 malam rafa yang melihatnyapun hanya mampu diam tanpa mengucapkan satu patah katapun. "Maaf aku lupa, kukira ini masih sore! Karna tadi pagi kau berjanji akan pulang sore bukan tengah malam!" Seperti sesuatu yang menghantam hati rafa, hati rafa sakit ketika mendengar sebuah ucapan dari bibir mungil dianka. Ia tahu bahwa dianka sangat kecewa terhadapnya, namun ia harus bisa menjelaskan semuanya terhadap dianka. Dilihatnya dianka yang mulai melangkahkan kakinya pergi menaiki tangga menuju sebuah kamar, bukan kamarnya berdua yang dia tuju namun kamar yang tepat berada didekat kamar besarnya. Rafa kaget bukan main dan mencoba mengejar dianka yang sudah mulai memasuki pintu kamar yang mulai tertutup rapat. "Aku minta maaf dia, mungkin kau harus menenangkan dirimu sendiri dan butuh waktu untuk sendiri dia! Tidurlah dan kembalilah ceria besok pagi agar aku bisa menjelaskan semuanya!" Ucap rafa pelan didepan puntu kamar yang dimasuki dianka. Namun walaupun pelan dianka masih bisa mendengar dengan jelas, dia bersandar dibelakang pintu dengan cairan bening yang terus mengalir dipipinya dan menutupi wajah pucat nya! Ketika dirasa rafa sudah pergi dia mulai merasakan kembali sesuatu yang seperti mengaduk dan mengocok perutnya dengan kondisi setengah berlari dia langsung pergi menuju kamar mandi yang terdapat dikamar tersebut untuk memuntahkan sesuatu yang ada didalam perutnya namun untuk kesekian kalinya seperti tadi pagi, hanya ada cairan bening yang keluar dari perutnya! Dia langsung membaringkan tubuhnya setelah dirasa perutnya sudah kembali normal. Dan tanpa lelehan air mata dipipinya mungkin dia sudah terlalu lelah untuk menangis, dia hanya perlu menyesuaikan dengan keadaan...

Dianka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang