chapter 9

10 0 0
                                    

Kau menyakitiku, kau telah menorehkan luka terhadap hatiku! Sampai, sampai aku tidak bisa lagi merasakan getaran-getaran aneh dihatiku karena ulahmu!...

***

"Maafkan aku" dengan suara paraunya rafa meminta maaf untuk kesekian kalinya terhadap dianka atas kejadian semalam. Tapi mengapa, mengapa rafa harus meminta maaf dan merasa khawatir terhadap dianka? Dan merasa takut jika dianka tidak memaafkannya! Ada apa dengan hatinya. Apakah ia mulai mencintai dianka? Tapi bagaimana bisa? Baru beberapa minggu dia bersama dianka, apakah pantas ia mencintai dianka yang baru saja datang kekehidupannya?... Dengan pikiran yang memenuhi seisi kepalanya rafa dikejutkan oleh dianka yang mulai melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan menghiraukan rafa yang tepat berada disisinya beberapa menit lalu. Dengan langkah gontai dinaka mulai menapakan kakinya kearah kamar mandinya untuk melaksanakan ritual paginya yaitu mandi. Menghindari sosok yang menyambut paginya dengan wajah tampan yang tidak tertandingi oleh siapapun dan dilihatnya secara sekilas wajah tampan itu seakan menyorotkan tatapan bersalah tehadapnya! Namun untuk saat ini, dianka hanya ingin menenangkan diri atas kelakuan rafa terhadapnya semalam. Seolah dimasuki iblis, rafa membuat dianka ketakutan setengah mati atas kelakuan rafa terhadap nya! Seolah binatang yang lapar dia menghujami tubuh dianka dengan ganasnya membuat dianka menangis dibawah tubuh rafa merasakan kesakitan terdalam yang dihasilkan oleh rafa. Dipadukan dengan suara desahan rafa ia menangis meraung dan mencakar tubuh pria yang telah menjadi suaminya seolah pasrah atas apa yang telah ditakdirkan untuknya. Dia sakit, sakit karena diperlakukan bak seorang pelacur di atas ranjang karena keganasan rafa. Bahkan dengan jelas ia melihat sesuatu cairan merah menempel di milikinya serta milik rafa membuat ia khawatir atas apa yang terjadi dia takut. Takut akan terjadi sesuatu terhadapnya! Dengan polosnya serta rasa takutnya dianka memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya terhadap tubuhnya karena melihat darah terdapat disekitar selangkangannya. Dia tidak tahu jika itu simbol dari keperawanan wanita! Damn it dianka terlalu polos untuk memikirkan hal semacam itu!...

Satu jam berlalu rafa menunggu dianka di ruang makan. Ia terlalu cemas untuk meninggalkan rumah tanpa melihat dianka. Padahal jam sudah menunjukan jam dimana seharusnya ia sudah menduduki kursi kebesarannya. Diliriknya tangga besar nan panjang dilapisi dinding kaca yang menyemat indah itu. Menghubungkan lantai satu ke lantai lainnya. Dan jelas saja dilantai dua terdapat kamar dianka yang berdekatan dengan kamarnya. Bagaimana bisa gadis itu tidak keluar juga dari tadi untuk melakukan makan pagi seperti biasanya! Apakah dia masih marah terhadapnya atas kelakuanya semalam yang ia rasa seolah ada iblis yang mengendalikan dirinya yang membuat ia kalap atas semuanya?! "Panggil dianka untuk sarapan pagi!" Tegasnya terhadap seorang maid tidak terbantahkan. Dengan langkah cepatnya maid tersebut mulai menaiki pijakan anak tangga menuju kamar wanita tuannya. "Permisi nona tuan menyuruh anda untuk sarapan pagi sekarang!"

Seusai mengetuk pintu kamar dianka. Terdapat sahutan dari dalam yang menyuruh sipengetuk pintu untuk masuk. Pikirnya tidak salah lagi, itu pasti seorang maid yang ditugaskan tuannya untuk menjemputnya untuk sarapan pagi yang seperti biasa tidak terlewatkan oleh ia dan rafa! "Apakah dia masih disana? Bagaimana bisa ini sudah menunjukan jam 8 seharusnya dia sudah berada dikantornya sekarang!" Pekiknya kaget dan heran. Bagaimana bisa rafa dia seorang peia yang disiplin, apalagi dia sangat menghargai waktu dan tidak mungkin rafa membuang waktunya hanya untuk menunggu ia untuk sarapan bersama! "Belum nona, tuan sedang menunggu anda dari tadi pagi untuk melakukan sarapan bersama nona!" Jelas sipembantu terhadap dianka. Dianka melonggo dengan segala kesadarannya yang telah pergi entah kemana. Seolah tersadar dari lamunannya dianka menyuruh maid tadi untuk pergi kebawah disusul dengan ia yang mulai melangkahkan kaki jenjangnya ke tempat dimana seorang pria tampan yang telah duduk manis dan ditemani tatapan dingin yang sedang menunggunya. Seolah tatapan yang diberikannya tadi pagi hilang dalam sekejap tergantikan oleh tatapan dingin nan kilatan mata tajamnya. Dianka meringis melihatnya dan membuat dianka takut serta merasa canggung menghampiri pria tampan itu! Duduk di kursi, didepannya seperti biasa terdapat hidangan hidangan mewah yang membuat siapapun yang melihatnya ingin segera melahapnya sampai habis. Huh terlalu lebay bukan?! "Bagaimana keadaan tubuhmu?" Suara rafa memecahkan keheningan yang terjadi sedari tadi. Dengan suara yang pelan seolah tidak bisa berucap apapun dianka mendongkak melihat ke atas tepat ke pahatan sempurna didepannya tertuju pada mata hitam legam milik rafa sang suami kontraknya. "Aku baik baik saja!" Dengan pelan dianka menjawab pertanyaan rafa dan mulai menundukan kepalanya kembali. Menyantap makanan yang tertata indah pagi ini. Membuat ia ingin melahapnya dan memuaskan cacing cacing diperutnya. "Bagus. Minum obatmu nanti siang. Biar kau sembuh dan melayaniku sebagai suami kontakmu!" Dianka tersedak oleh makananya ketika ucapan rafa tersampir indah ditelinganya. Apa apaan ini! Baru saja dia semalam memporak porandakan kehidupan suci dianka setelahnya dia memanggil kan seorang dokter untuknya ia rasa rafa melakukan itu karena merasa bersalah terhadapnya. Namun tidak rafa hanya ingin ia sembuh untuk melyaninya lagi! Memberikan rafa kenikmatan yang hanya pria itu rasakan sendiri berbanding terbalik dengan dirinya yang hanya merasakan sakit dan nyeri terhadap tubuhnya! Ini tidak adil. Ia bisa saja mati jika melkukan hal serupa untuk kedua kalinya! Tidak dianka tidak ingin melakukan hal bodoh itu untuk kedua kalinya! Ia sangat trauma untuk itu! "Aku. Aku tidak ingin melakukan hal itu lagi! Aku takut tubuhku sakit lagi seperti semalam! Itu sangat menyiksaku dan sampai sekarang sakitnya masih terasa dan belum juga hilang!" Dengan lemah dianka menyuarakan isi hatinya terhadap rafa. Rafa yang melihatnyapun tentu saja merasa aneh dengan kepolosan gadis didepannya. Sebegitu poloskah dia? Seperkian detik bibir rafa tertarik membentuk senyuman yang indah tanpa disadari pemiliknya! Maupun dianka yang hanya terus menunduk memilin dress yang sedang dikenakannya pagi ini. Namun tidak dengan para maid yang berdiri didekat meja makan yang diisi dua pasangan itu. Mereka heran, bagaimana bisa tuanya tersenyum hanya dengan obrolan kecil bersama wanita itu? Tidak maksudnya istrinya itu? Mereka tahu bahwa gadis itu dan tuannya hanya menikah atas dasar kontrak karena dianka sendirilah yang sering bercerita dan berceloteh terhadap mereka seperti terhadap seorang teman. Yah para maid disana memang berumuran tidak jauh dari dianka jadi dianka tidak sungkan dan lebih menganggap mereka teman. Dianka pikir ia dan mereka mempunyai posisi yang sama. Toh mereka juga sama denganya kan, manusia! Hanya beda takdir kehidupan saja! Para maid itu bingung. Tuannya yang hampir tidak pernah tersenyum bahkan mereka juga pikir bahwa tuanya memiliki kelainan tidak bisa tersenyum seperti layaknya manusia pada umumnya karena insiden lalu dimana kekasihnya memilih pergi meninggalkannya tanpa kepastian dan seolah ditelan bumi. Tapi entah dibagian bumi mana! Membuat tuannya sampai saat ini tidak pernah memamerkan senyum indahnya kepada siapapun! Jikapun tersenyum hanya senyum tipslah yang ia sampaikan dan itupun jika ia berhadapan dengan klien kliennya. Walaupun hanya senyum tipisnya namun bagi sesiapapun yang melihatnya akan meraba dadanya sendiri dan merasakan detak jantung yang seakan menggila ditempatnya!...

"Aku pergi sekarang. Makanlah yang banyak! Dan buatlah tubuh kurusmu lebih berisi terutama dibagian bagian tertentu!" Dengan seringainya rafa mengusap kepala dianka yang mendongkak dan berdecak kesal teradapnya! Entah mengapa ia mulai merasa nyaman dengan dianka dan selalu tersenyum puas ketika menggoda dianka. Apakah ini cinta? Tapi ia rasa bukan karena hanya wanita itu yang tersemat indah dihatinya dan tidak ada siapapun yang akan menggeser namanya dihatinya! Tidak akan!...

Dengan langkah pasti. Dianka mendorong sebuah troli atau keranjang belanjaan disebuah supermarket terbesar dijakarta. Memasukan apa saja yang ia perlukan kedalam keranjangnya tapi yang jelas disana lebih banyak coklat dan ice cream yang ia masukan. Ditemani oleh seorang maid yang sangat akrab dengannya atau bisa dibilang orang paking dekat dengannya diantara maid maid yang lain. Namannya milla dan umurnya tidak jauh berbeda. Hanya berbeda 2 tahun diatas umurnya, membuat ia dan milla sangat akrab dimansion besar itu! Pergi menuju meja kasir untuk melaksanakan pembayaran yang ia gunakan dengan kartu. Kartu yang telah rafa berikan untuknya dan terdapat nominal yang tidak cukup sedikit didalamnya yang tidak dianka ketahui karena ketidak tahuannya! Yang ia tahu rafa mengucapkan bahwa jika ia ingin sesuatu dan membelinya dia bisa memberikan kartu ini kepada petugas atau kasir dari toko. Bagaimana bisa pikirnya seharusnyankan jika membeli barang atau apapun harus dibayar dengan nominal rupiah atau uang. Bukan dengan kartu ini! Jawaban dianka saat itu terhadaonrafa membuat ragmfa kalap atas jawabannya dan pergi dari hadapannya. Apa yang salah dengan dia? Ia kan hanya berucap dan mengakatak suatu kebenaran dengan polosnya seakan tidak tahu menahu atas apapun yang dilakukan orang kaya!. Dengan senyumnya dianka menerawang mengingat hal bodoh yang ia ungkapkan terhadap rafa. Untung saja milla memberitahunya tentang semua hal yang dilakukan orang kaya jadi dia tidak terlihat seolah bodoh lagi oleh mereka karena tidak tahu menahu kehidupan yang mereka jalani...

Dianka.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang