Chapter 1

12.8K 471 6
                                    

Yakini ini
Bahwa Allah selalu mempunyai hal baik untuk setiap hambaNya.
Nanti, akan datang kebahagiaan, buah dari kesabaran mu.
Ketika air mata mu jatuh bukan lagi karena kesedihan, melainkan karena kebahagiaan yang tak tertahankan


Braaakkk....
Satu kantong plastik berisi beberapa kue basah itu jatuh ke lantai koridor.

"Ha...ha...ha..." Terdengar derai tawa menyeringai dari Hilda dan teman-teman satu gank nya
"Aduh kasian banget deh..." Kata Hilda setengah meledek
"Maaf lho ya kita emang ga sengaja..." Sambung Vena teman Hilda yang lain.
Tiga orang satu gank itu pun berlalu meninggalkan Maira sambil cekikikan tanpa bersalah.

Maira hanya diam. Ia berjongkok memungut aneka kue basah yang sekarang berserakan di koridor sekolah.
Maira hanya menghela nafas dalam. Entah apa salah dia. Sepertinya Hilda dan teman-teman nya itu mendapat kan kebahagiaan kalau sudah berhasil menjahili nya. Padahal Maira tak pernah sekalipun melakukan kesalahan pada Hilda atau pada Vena dan Levy, teman se-gank nya itu.

" Masya Allah Maira, kenapa kuenya berjatuhan begini...mari kubantu" seru Nadia teman sekelasnya buru-buru mendekati nya.

Maira menoleh sekilas ke arah Nadia. Ia menggeleng kan kepala pelan.
"Biasa lah Nad...tapi ga papa kok" kata Maira bukan bermaksud menenangkan Nadia, tapi lebih pada menenangkan hatinya sendiri.

"Ya Allah Ra... sekali waktu kamu tuh harus lawan kelakuan mereka. Ga sekali dua kali ini mereka berlaku begitu padamu" sahut Nadia gemas. Nadia sudah tahu siapa yang melakukan hal ini pada teman sebangku nya itu, siapa lagi kalau bukan Hilda dan teman-teman nya yang suka buat onar itu.

Maira hanya diam. Tangannya terus memasukkan lagi beberapa kue basah yang masih tercecer.
Sebenarnya bukan hanya Maira yang suka dijahilin sama Hilda dan ganknya tapi ada beberapa anak lain yang juga sering jadi sasaran empuk mereka.

Hilda adalah anak pengusaha ternama di kota Jakarta. Orang tua nya sering memberikan bantuan buat pembangunan atau keperluan sekolah. Di Surabaya ini Hilda tinggal bersama neneknya. Konon kabarnya orang tua nya sangat sibuk dan sering bepergian ke luar negeri. Konon katanya Hilda sendiri yang meminta untuk tinggal bersama neneknya. Mungkin karena itulah Hilda sering berbuat jahil pada teman-teman nya karena merasa orang tua nya ikut andil dalam pembangunan sekolah ini.

"Sudahlah Nad ga usah dihiraukan... Alhamdulillah ga ada kue yang rusak, ibu sudah membungkus semua nya dalam plastik, jadi insya Allah semuanya masih bersih" sahut Maira sambil berdiri.
"Kamu cepat masuk dulu ke kelas Nad... sepuluh menit lagi bel bunyi lho" kata Maira sambil segera bergegas menuju arah kantin sekolah.

"Oke Ra...aku duluan ya" kata Nadia sambil melambaikan tangan nya.

Maira berjalan cepat menuju kantin sekolah yang terletak di belakan sekolah. Ia tak ingin terlambat masuk kelas. Membawa kue-kue basah untuk dititipkan di kantin sekolahnya adalah rutinitas nya tiap pagi.
Iya, ibu Maira adalah orang tua tunggal. Sejak Maira lahir,ibunya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Kini untuk menyambung hidup dan membiayai sekolah Maira, ibunya membuat berbagai kue di rumah. Selain menerima pesanan, ibunya menitipkan kue-kuenya di beberapa tempat, termasuk di kantin sekolah Maira. Kue buatan ibu Maira sangat enak. Bahkan banyak guru-guru di sekolah Maira yang sering memesan kue buatan ibu Maira karena enak kata mereka.
Bu Darsih pemilik kantin yang tahu kabar kelezatan kue buatan ibu Maira sendiri yang menawarkan untuk menitipkan kue-kue itu di kantin miliknya. Dan memang Alhamdulillah kue-kue buatan ibu Maira hampir selalu habis tiap hari karena banyak yang suka tidak hanya murid-murid tapi juga guru-guru disini.

"Aduh Ra...ini tadi habis jatuh?" Tanya Bu Darsih demi melihat kantong plastik kue-kue Maira agak berantakan.
"Iya Bu...maaf ya" kata Maira sambil meletakkan kue-kue di piring yang telah disediakan Bu Darsih.

"Hmm...pasti ulah anak-anak nakal itu ya..." Sungut Bu Darsih.
"Sudah Ra...ibu saja yang naruh piring. Kamu cepetan ke kelas nanti telat masuk" baru saja Bu Darsih mengucapkan itu terdengar sirine sekolah tanda jam pelajaran pertama dimulai.

"Makasih Bu..." Sahut Maira sambil setengah berlari ke arah kelasnya.

🌸🌸🌸🌸🌸

Maira menyandarkan punggungnya ke tembok musholla. Wajahnya masih merasakan sejuknya air wudhu. Di setiap istirahat pertama selalu Maira habiskan di musholla untuk melaksanakan sholat Dhuha.

"Kamu ga ke kantin Ra" tanya Nadia sambil duduk di sebelahnya.

"Ini kan Kamis Nad... insyaAllah aku puasa" jawab Maira.

"Alhamdulillah...aku juga insyaAllah" kata Nadia menanggapi.

"Kamu besok Sabtu ikutan jalan bareng teman-teman sekelas Ra?" Tanya Nadia

Maira mengernyitkan dahinya.

"Oh ya...lupa kamu belum masuk tadi waktu Lidya menyampaikan itu" sahut Nadia sambil tersenyum.
"Lidya kan Sabtu ulang tahun Ra..dia ngajak teman-teman sekelas yang cewek ke grand city katanya sih mau ditraktir"lanjut Nadia menerangkan.

Maira menggeleng kecil.
"Ah nggak Nad...aku bantuin ibu saja, seingat ku besok Sabtu ibu ada pesanan kue lumayan banyak" Maira menjawab ajakan Nadia.

"Sekali-kali santai ga papa kali Ra...ibu juga pasti kasih ijin deh. Kulihat kamu tuh kalau ga belajar ya kerja kalau ga gitu ke kajian... sekali-kali boleh lah Ra nyenengin diri ke mol gitu"

Maira tersenyum pada sahabat nya itu.
"Aku beda sama kamu Nad, bisa minta ini itu dengan mudah. Aku harus belajar keras dan bekerja bantu ibu agar kehidupan kami tetap berlangsung. Apalagi aku ingin kuliah Nad...jadi aku harus pandai menabung. Ga ada dalam kamus ku buat bersantai apalagi menghabiskan uang di mol Nad....kamu tahu kan Nad bagaimana keluarga ku..." Kalimat Maira menggantung.
Kepalanya menunduk. Matanya mulai panas menahan agar buliran bening tidak keluar dari mata indahnya.

Nadia yang melihat itu jadi tak tega.
"Ah...jangan gitu dong Ra...aku kan jadi ikut sedih...iya deh... kapan-kapan jalan-jalan nya sama aku dan umi aja ya Ra? Pasti mau kan kalau sama aku dan umi" kata Nadia sambil menggenggam tangan sahabat nya itu.

"Insya Allah ya Nad...makasih kamu sudah mau jadi sahabat terbaikku" sahut Maira sambil balas menggenggam tangan Nadia
(Ahh...sedih)

Sirine sekolah kembali berbunyi tanda jam istirahat pertama telah usai. Nadia dan Maira serta beberapa anak yang menghabiskan istirahat nya untuk sholat Dhuha di sekolah pun bergegas keluar menuju kelasnya masing-masing.

( Bersambung )

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang