Chapter 12

3.8K 302 5
                                    

Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya dan marah nya orang yang bodoh terlihat dari ucapan lisannya
( Imam Syafi'i )

" Wajah anak ibu kok kelihatan berseri-seri ..." Goda ibu ketika Maira sudah duduk di meja dapur membantu ibu nya mengemas kue-kue pesanan beberapa orang hari itu.

"Ah ibu..." Sahut Maira manja pada ibunya.

" Seperti nya Maira sudah menemukan jawaban ya..." Tanya ibu

"Jawaban apa Bu..." Jawab Maira pura-pura tak tahu. Pipinya mulai merona merah.

"Hmm.. pura-pura deh, jawaban buat itu tuh.. "

Senyum Maira terkembang indah.
"Benar ibu setuju apapun keputusan Maira?" Tanya Maira hati-hati.

Ibu membalikkan badannya. Dipandang nya lekat-lekat wajah bersih milik putrinya itu.
"Maira sudah mau lulus SMA, sudah baligh, insyaAllah sudah bisa mengambil keputusan yang terbaik. Kalau Maira bahagia dengan pilihan Maira, ibu juga ikut bahagia" kata ibu sambil mengecup kening Maira.

Adem rasanya mendengar perkataan ibu. Maira sangat bersyukur mempunyai ibu yang sangat bijak seperti ibunya.

Ini sudah hampir dua Minggu sejak pak Hariz mengajukan pinangan pada Maira. Dan selama itu pula Maira terus melakukan istikharah bukan untuk menentukan pilihan, tapi untuk memantapkan hati nya akan keputusan yang akan diambil nya.
insyaAllah Maira akan segera menjawab pinangan pak Hariz. Tak baik juga menggantung orang lain terlalu lama.

"Oh ya Ra...nanti siang tolong kamu antar pesanan kue ini ya... " Pinta ibu meminta tolong.

"Pesanan dari Bu RT Bu?" Tanya Maira menebak.

"Bukan, beberapa hari yang lalu ada perempuan cantik pesan kue kesini...kamu pas sekolah waktu itu. Ibu sendiri belum pernah melihat nya, yang jelas bukan orang sekitar sini. Pesan kue-kue buat acara gitu katanya, dan ibu langsung dibayar lunas"jelas ibu.

"Oh Alhamdulillah ya Bu.... insyaAllah bisa jadi langganan"jawab Maira senang.

🌸🌸🌸🌸🌸

Siang itu langit tampak tak berawan. Cuaca sangat terik.
"Ini Ra.. kuenya dah siap" kata ibu sambil mengangsurkan 2 buah kardus ukuran sedang berisi kue bolu pandan dan cake marmer.

"Maira berangkat antar kue dulu ya Bu, pak driver ojolnya sudah nunggu di ujung gang" kata Maira berpamitan

Rumah Maira terletak di gang sempit sehingga kendaraan roda empat tidak bisa  masuk ke dalam gang. Karena itu mobil hanya bisa berhenti sampai mulut gang saja.
Maira mengantar kuenya memakai jasa taksi online. Selain tempatnya lumayan jauh, Maira lebih aman dan cepat mengantar kuenya dan juga kata ibu, si pemesan juga memberi ongkos kirim yang cukup besar. Jadi dipilih lah taksi online untuk mengantarnya. Sebenarnya bisa saja ibu memakai jasa kurir online. Tapi sekali lagi atas permintaan si pemesan kue, kalau bisa Maira sendiri yang mengantarkan kuenya sampai di rumah sang pemesan.

Tak lebih dari satu jam, Maira sudah sampai ke alamat seperti yang tertera di kertas yang ditulis oleh pemesan

Dilihat nya sebuah rumah besar berlantai dua, megah dan indah. Dibacanya lagi alamat yang tertera di kertas yang tadi diberikan oleh ibunya.
"Iya benar...ini alamatnya"
Gumamnya dalam hati

Sampai di halaman depan, seorang perempuan paruh baya menyambut nya. Seperti nya dia asisten rumah tangga di rumah megah itu.

"Anu mbak kata ibu mbaknya langsung disuruh masuk saja lewat taman samping itu" kata perempuan itu sambil tangannya menunjuk ke arah pintu kecil yang sepertinya menghubungkan dengan taman yang dimaksud.

When My Heart Choose Him...( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang